Jumat, 24 April 2009

Cinta berbagi, bukan Pacar

Acara survey darmawisata membuat hubungan Reni, Yuni dan aku agak aneh. Reni dan Yuni tahu bahwa aku telah berhubungan seks dengan keduanya. Reni dan Yuni adalah sahabat sejak kecil karena mereka selalu satu kelas sejak SD dan rumah mereka tidak berjauhan. Sebagai sahabat mereka sulit untuk saling memarahi. Kami saling terdiam dan hanya ngobrol seperlunya. Terus berlanjut hingga ulangan kenaikan kelas dan darmawisata.

Saat darmawisata itu, kulihat beberapa kali Reni menatap bukit tempat dia dan aku berikrar sebagai pacar. Saat darmawisata itu, kulihat beberapa kali Yuni menatap air terjun tempat dia memberikan perawannya padaku.

Yudi menugaskan Reni, Yuni dan aku membuat laporan panitia darmawisata. Kesempatan ini aku gunakan untuk menyelesaikan permasalahan segitiga kami. Perdebatan alot karena kami semua membela diri. Sampai akhirnya kami sadar bahwa kami semua sama2 salah. Reni dan Yuni tidak saling terbuka bila menyukaiku, sedangkan aku tidak tegas memilih dan menolak.

Yuni membuka diri dan memulai minta maaf kepada Reni dan aku. Aku juga meminta maaf kepada Reni dan Yuni. Reni sejenak terdiam, terlihat airmatanya berlinang, lalu dengan erat dia memeluk Yuni. Akhirnya kami menyatakan perasaan dan melihat kenyataan bahwa kami saling mencintai satu sama lain. Bukan cinta segitiga, tetapi cinta bertiga dan untuk sementara kita saling menjaga cinta unik ini. Cinta tidak harus pacaran dan mereka memutuskan bahwa aku bukan pacar Reni dan juga bukan pacar Yuni. Waduhh..!

Usai liburan, kembali masuk sekolah di kelas 3 SMA. Kebijakan sekolah adalah tidak mengubah kelas, sehingga kami sekelas kembali dengan teman2 sekelas di kelas 2. Artinya Reni, Yuni dan aku kembali sekelas, tapi tidak lagi aktif jadi pengurus kelas. Aku tetap berusaha merayu Reni untuk menjadi pacarku, tapi dia terlihat menghindar dan hanya menjawab dengan senyumnya yang khas.

Saat wali kelas menyuruh membentuk kelompok belajar kecil 3 sampai 5 siswa, Reni dan Yuni memasukkan aku jadi kelompok mereka. Aku melihat mereka dan mereka hanya tersenyum penuh misteri. Mereka sepakat belajar bersama dilakukan hari rabu sore di rumah Reni dan sabtu sore di rumah Yuni.

Belajar bersama hari rabu sore berjalan lancar, kami belajar bersama di rumah Reni yang tidak terlalu besar dan disambut hangat oleh keluarganya. Belajar bersama di rumah Yuni terasa janggal. Rumahnya sepi. Saat belajar bersama, Reni dan Yuni malah membicarakan masalah baju pesta hingga baju tidur. Lalu mereka beranjak ke lemari Yuni dan tanpa sungkan mengganti pakaian di depanku. Tentu saja aku berulangkali menelan ludah. Sampai akhirnya mereka sama2 memakai daster.
“Nah belajar sambil pake daster ini baru enak, lebih leluasa. Ya kan Ren?”, tanya Yuni.
“Tapi lebih enak pake daster ini, yang tanpa lengan, terus lubang lengannya besar, terus pendek sepaha”, kata Reni yang langsung mengenakan daster mini. Yuni kembali memilih baju di lemarinya.
“Ini ada yang lebih simple dan tipis”, kata Yuni.
“Kalau pakai yang tipis, bh dan cd nya kelihatan, warnanya tidak cocok”, kata Reni.
“Kalau begitu jangan pake bh dan cd dong”, kata Yuni sambil mencopot celana dalam dan bhnya lalu menggunakan kembali daster tipisnya.
“Aku juga ah, biar plong”, kata Reni yang juga mencopot celana dalam dan bhnya lalu menggunakan daster minimnya.

Setelah itu mereka kembali kepadaku untuk belajar bersama sambil tiduran. Aku tak bisa konsentrasi belajar karena didepanku ada dua gadis hanya berbalut pakaian minim dan tipis. Mereka bagaikan bugil saja. Reni dan Yuni tersenyum melihat kekikukanku.
“Eh lihat, pentilmu kelihatan”, kata Yuni sambil tangannya memegang puting susu Reni yang membekas didasternya.
“Kamu juga kelihatan tuh”, Reni membalas memegang puting susu Yuni yang terlihat jelas dibalik dasternya. Lalu mereka saling memainkan puting susu sahabatnya.
“Enak ya..”, terasa sekali mereka menggodaku. Dan tentu saja aku terangsang. Degup dadaku mengencang, penisku mulai menegang.
“Eh, kakinya jangan digerak2in begitu. Dasternya kan pendek. Tuh memeknya jadi kelihatan”, Yuni menunjuk vagina Reni yang tersingkap. Tapi Yuni juga menggerakkan kakinya sehingga vaginanya tersingkap.
“Wah bulu memekmu bagus ya..”, tangan Yuni mengelus2 vagina Reni.
“Kamu juga. Memekmu tebal”, kata Reni membalas mengelus vagina Yuni.

Aku tak tahan lagi. Aku ikut tiduran didekat mereka. Kuhampiri Reni dari belakang dan kucium tengkuknya. Reni dan Yuni tersenyum. Reni membalikkan tubuhnya menghadapku, sedangkan Yuni beranjak dan berpindah ke belakangku.

Reni mencium bibirku. Tanganku menggerayangi susu dan vagina Reni. Matanya terpejam. Yuni sibuk mencopot celanaku, lalu menggenggam dan mengusap2 penisku. Aku tak begitu memperhatikan Yuni, aku hanya senang dan sangat senang bisa mencium Reni. Telah beberapa bulan ini Reni selalu menghindar.

Aku mengangkat dan mencopot daster Reni sehingga dia bugil. Lalu akupun mencopot bajuku hingga bugil juga. Reni menyuruh Yuni untuk bugil juga. Aku tetap tak mempedulikan Yuni. Aku hanya ingin melepas dahagaku dan menunjukkan cintaku pada Reni. Maka segera kulumat kedua susunya, kunikmati dengan sepuas2nya. Yuni kubiarkan berbuat semaunya. Dia mengambil penisku dan mulai menciuminya.

Aku terus mencumbu mesra Reni. Setelah membelai vaginanya, aku mulai menciumi dan menjilati itil dan lubang vaginanya. Reni mengerang keras. Melihat aku memainkan vagina Reni, dan menderang erangan Reni, tanpa sadar Yunipun ikut mengerang. Yuni gemas dan menggigit penisku pelan.

Aku kembali mencium bibir Reni dan mendekap erat. Yuni yang tak mau melepas penisku, melihat jarak penisku dan vagina Reni sudah mendekat. Yuni melepaskan emutan penis, memegang penisku dan didekatkan ke vagina Reni. Aku merasa penisku sudah menempel di vagina Reni. Yuni meluruskan dan mendorong penisku hingga kepala penisku mulai masuk ke lubang vagina Reni.

Reni menatapku dengan mata sayu dan pasrah. Sesekali dia menyebut namaku. Kupanggil juga namanya, dan tanpa membuang waktu kutekan pantatku sehingga penisku amblas kedalam vaginanya.
“Aww.. Jar.. Yuni..”, Reni menjerit sambil memanggil namaku dan juga memanggil Yuni.
Aku genjot sekali lagi sehingga penisku keluar lalu masuk lagi ke vaginanya.
“Awwh.. Yuni..”, Reni memanggil Yuni. Yuni mendekat kekepala Reni dan memandang Reni.
“Ennakk Yunn..”, kata Reni. Aku menciumi susu Reni dan menggenjot lagi berulang2 dan menimbulkan bunyi ceplak ceplok saat vagina Reni tersodok2 penisku.

Reni mengerang, menarik kepala Yuni mendekat. “Enak Yun, nanti gantian ya..”, kata Reni dengan suara terengah2. Aku tak peduli. Aku hanya ingin melampiaskan rinduku pada Reni.

Sekarang Reni menggerakkan pinggulnya dengan kencang dan terus berkoceh ke Yuni. Yuni mengelus kepala Reni sambil melihatku menggenjot dan menciumi susu Reni. Aku mengangkat kepala dan dadaku dan membiarkan Yuni melihat penisku keluar masuk vagina Reni.

Reni tak tahan lagi. Dia mengerang kerass sekali. Lalu terkulai lemas. Aku terus menggenjot ingin mengeluarkan maniku. Tapi Reni merangkul leherku dan berkata “Aku sudah Jar, sekarang gantian Yuni”
“Tapi aku cinta kamu Ren”, kataku terengah.
“Tapi Yuni juga cinta kamu Jar”, balas Reni, “dan aku cinta Yuni”, lanjut Reni. “Jadi kalau kamu cinta aku, kamu harus cinta Yuni juga”, kata Reni sambil mengusap kepalaku.

Aku terdiam dan menghentikan genjotanku. Memandang Yuni. Yuni tersenyum menunggu. Aku memandang Reni. Reni mengangguk, menyuruhku ke Yuni. Aku memeluk erat Reni. Reni mendorongku pelan2.
“Jar, bilang kalau kamu juga cinta Yuni”, Reni memaksaku. Pelan aku mengangguk. Lalu menghampiri Yuni.
“Yun, aku cinta kamu”, kataku. “Aku juga cinta kamu Jar”, kata Yuni.

Aku mencium bibirnya, merebahkannya lalu menindihnya. Sebenarnya secara tubuh, Yuni lebih menarik. Berkulit lebih putih, lebih padat, dengan susu dan vagina yang lebih sintal. Tapi aku lebih suka Reni karena senyumnya. Tapi aku sedang dalam gairah seks yang tinggi, maka tubuh Yuni tak kusia2kan. Kulumat susu dan vaginanya hingga Yuni mengerang dan memanggil2 Reni.

Reni menghampiri Yuni, membelai rambutnya. Lalu Reni juga membelai rambutku, punggungku dan pantatku. Reni memintaku mengangkat pantatku yang menindih Yuni, lalu Reni mencium dan mengulum penisku sebentar. Setelah itu segera ia mengarahkan penisku ke vagina Yuni. Setelah lurus, Reni menekan pantatku sehingga penisku masuk ke vagina Yuni. Yuni menjerit dan memanggil namaku dan nama Reni.

Aku menggoyang perlahan beberapa kali, setelah itu kugenjot pantatku dengan cepat. Yuni juga bergoyang dengan cepat. Suara Yuni, suaraku dan suara Reni memeriahkan pergumulan kami. Yuni memeluk dan mendorongku kesamping. Aku tahu dia ingin diatas, maka kuberi kesempatan. Dengan posisi diatas Yuni lebih bisa mengatur dan mencapai nikmatnya bersetubuh.

Yuni menggoyangkan pinggulnya. Aku menggenggam dan meremas susu Yuni. Reni memegangi pantat Yuni dan meraba2 daerah pertemuan penisku dan vagina Yuni. Aku terangsang hebat dan segera kukatakan pada Yuni bahwa aku mau keluar. Yuni mempercepat goyangannya dan akhirnya hamper bersamaan kami mencapai puncak orgasme. Maniku kusemprot kencang di dalam vagina Yuni. Lalu kami lemas terlentang.

Reni menciumku, Yuni juga ikut menciumku, kami tidur berpelukan bertiga dalam keadaan bugil. Aku merasa aneh dan bingung, tapi aku senang sekali. Aku memang mencintai Reni dan Yuni.

“Ketika cinta harus berbagi, maka cinta itu tidak harus pacaran”, kata Reni tiba2. Aku kaget.
Reni dan Yuni bergantian menjelaskan padaku, bahwa kejadian di survey darmawisata antara Reni, Yuni dan aku, menyadarkan mereka bahwa ada cinta yang dalam antara Reni dan Yuni. Saking cintanya sehingga mereka tak tega memperebutkan aku. Akhirnya mereka memutuskan bahwa mereka berbagi dalam mencintaiku, tetapi tak ada yang akan menjadi pacarku. Terus terang aku sama sekali tidak mengerti. Tapi mereka membiarkanku dalam kebingungan.

“Malam ini keluargaku menginap di vila kami di Bukittinggi. Aku tidak ikut karena sudah kelas 3 dan harus rajin belajar. Ayah ibuku setuju asal Reni menemaniku tidur di rumahku. Malam ini kami tidur disini. Kami minta kamu juga menginap disini”, kata Yuni. Aku setuju, tetapi aku harus pulang dulu, minta izin pada om dan tanteku di rumah.

Setelah mendapat izin om, aku segera menuju rumah Yuni. Malam itu aku menginap dan tidur bertiga dengan Reni dan Yuni. Dan malam itu kami bergumul lagi bertiga. Tapi kali ini urutannya terbalik. Yuni duluan hingga dia orgasme, lalu Reni. Malam itu Reni dan aku mencapai puncak orgasme bersama2 dan maniku keluar didalam vagina Reni. Terlelah dan terlelap kami melewatkan malam itu dengan tidur bersama dalam keadaan bugil.

Pagi buta aku terbangun dan turun dari tempat tidur. Sambil berdiri kuperhatikan kedua tubuh bugil Reni dan Yuni. Dua2nya bagus. Penisku juga mengagumi keduanya dan mulai menegang. Aku mendekati Reni dan membopong tubuhnya memindahkan ke sofabed di ruang tamu. Masih dalam keadaan tidur, kugerayangi dan kuciumi seluruh bagian tubuh Reni. Dengan mata yang masih tertidur, Reni menggelinjang. Aku segera membuka selangkangannya, lalu kumasukkan penisku ke vaginanya. Reni mendesah, matanya masih merem.

Aku menggenjot hingga aku keluar dan terkulai lemas menindihnya.
“Terimakasih Jar”, kata Reni sambil matanya merem. Ah ternyata Reni sudah mulai bangun.
“Aku yang terimakasih”, kataku
“Aku terimakasih karena kamu mencintai Yuni juga”, kata Reni menjelaskan. Aku diam sejenak
“Aku juga terimakasih karena kamu mengizinkan aku mencintai Yuni juga”, kataku membalas.
Masih terlentang dengan mata terpejam, Reni memelukku erat. Lalu kami tertidur bugil di sofabed.

Aku terbangun lagi dan hari sudah mulai terang. Reni masih tidur, Yuni juga. Aku ingin adil, maka kuhampiri Yuni dan kucumbu seluruh tubuhnya. Yuni terbangun, dan menanyakan Reni dimana. Aku menunjuk Reni yang masih tidur dan terus mencumbu Yuni. Yuni minta dicumbur bersama Reni. SEtelah kubilang tadi aku sudah mencumbu Reni sendiri, barulah Yuni mau kucumbu sendiri.

Yuni termasuk agresif, saat behubungan seks dengan Yuni, kami sering bergumul bergulingan dan berganti posisi seks. Yuni belum berpengalaman, tapi dia melakukannya secara alami dan naluri. Saat Yuni dan aku asyik bergumul, Reni terbangun dan melihat pergulatan kami. Dia tersenyum khas, menghampiri, mencium rambut Yuni dan rambutku, lalu membiarkan dan menonton Yuni dan aku bergumul. Sampai akhirnya Yuni dan aku orgasme. Walaupun kali ini kurasakan jumlah mani yang kusemprotkan tinggal sedikit.

Setelah usai, kami merapikan rumah, mandi dan sarapan. Lalu Yuni menyuruhku pulang.
Begitulah, pada sabtu2 berikutnya kami belajar bersama, dan bila tidak ada keluarga Yuni, kami belajar bersama sambil bergumul bersama. Dua bulan pertama keluarga Yuni selalu menginap di luar kota dan dalam dua bulan itu setiap malam minggu kami bergumul bersama. Bulan2 berikutnya mulai jarang. Hingga akhirnya kami fokus pada persiapan ujian kelulusan SMA dan tidak bergumul2an lagi. Kami lulus dengan nilai baik, dan semua melanjutkan kuliah.

Atas cinta bertiga ini, aku selalu terngiang kata2 Reni “Ketika cinta harus berbagi, maka cinta itu tidak harus pacaran”.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar