Jumat, 24 April 2009

Malam Orientasi

Aku memutuskan untuk melanjutkan SMA di Padang dan mulai terbiasa dengan bahasa Minang. Aku tinggal di rumah tante Ima, adik bapak, yang tinggal bersama Dedi, suaminya, dan Rendi, anak lelaki tunggal. Rumah tante berada diluar kota Padang ke arah timur laut, didaerah perbukitan di kaki pegunungan Bukit Barisan. Jadi untuk ke sekolah aku diizinkan menggunakan motor tante.

Masuk SMA diawali dengan ospek atau perploncoan atau masa orientasi sekolah MOS. Kakak2 kelas memberikan banyak penugasan yang aneh2 yang harus kami kerjakan. Setiap kelalaian atau kesalahan akan mendapat hukuman. Kami harus hadir sebelum jam 6 pagi dan dilarang bawa kendaraan ke sekolah, masuk gerbang sekolah harus berjalan kaki. Karena jauh, aku tetap naik motor, lalu motornya kutitipkan di salah satu bengkel kenalan om.

Hari kedua kami dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil sekitar sepuluhan orang dengan tugas masing2. Tugas kelompokku adalah mencari sepuluh batu sebesar kepala yang berwarna merah yang tersebar disepanjang jalan setapak yang diberi petunjuk arah khusus. Semua siswa diangkut truk dan diturunkan di masing2 pos sesuai kelompoknya. Kelompokku diturunkan terakhir, agak diluar kota Padang. Disana telah menunggu kakak kelas pendamping, yaitu Kak Rizal dan Kak Noni, kemarin kulihat keduanya judes dan gampang memberi hukuman.

Baru menemukan lima batu, cuaca mendung dan turun hujan deras. Padahal bulan Juli adalah bulan kemarau. Kami berada didaerah pepohonan dan lapangan, tak ada rumah atau warung tempat berlindung. Kakak pendamping menyuruh kami untuk tidak berhenti karena waktu yang dibatasi. Tak pelak lagi kami semua basah2an. Bagi siswa tidak jadi masalah, tetapi bagi siswi dengan baju basah maka terlihatlah lekuk dada dan tubuhnya. Kami para siswa senang menikmatinya dan juga senang melihat siswi teman2 baruku itu melotot. Tetapi yang menarik perhatianku adalah lekuk dada dan tubuh Kak Noni yang membekas di baju putihnya yang basah. Badannya terlihat atletis ideal, langsing tapi padat. Walaupun terbungkus bh warna krem, bentuk susunya juga ideal.

Tiba2 ‘plok’, pundakku ditepuk keras oleh Kak Rizal. “Lihatin apa kamu!! Naksir kakak kelas ya!!”, bentaknya. Aku diam saja, malu juga ketahuan. Lalu aku dibawa ke Kak Noni dan dilaporkan. Tentu saja aku dibentak2, disuruh berteriak seratus kali bahwa aku ketahuan melirik kakak kelas dan disuruh pus ap limapuluh kali di bawah curah hujan.

Disaat istirahat kami makan siang sambil mengobrol dengan teman2 baru. Disatu kesempatan salah seorang teman mendekatiku dan bertanya sambil berbisik, “Memangnya kenapa sih harus melirik Kak Noni, orangnya kan hitam?”
“Biar hitam tapi orangnya tegas, tidak plin plan juga tidak berlebihan. Kerjasama timnya bagus, tidak sok2an tapi juga tidak kalahan. Ngomongnya jelas suaranya jernih. Bodinya bagus, atletis. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kakinya ideal banget. Waktu bajunya basah kelihatan jelas”, kataku juga berbisik.
“Ehm..”. Ups, ternyata Kak Noni sudah ada di belakang kami. “Coba ulangi lagi!”, bentaknya
“Kak Noni tegas, teamwork, komunikatif”, jawabku masih agak kaget
“Terus!”, bentaknya
“Kak Noni bodinya bagus, atletis. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kakinya ideal banget”, kataku.
“Kalimat yang terakhir!”, pintanya dengan keras
“Waktu bajunya basah, bodi Kak Noni kelihatan jelas”, kataku sambil memandangnya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Wah bakal dihukum lagi.

Dan betul aku diminta mengikuti dia ke tempat sepi sambil memanggil juga Kak Rizal. Ternyata Kak Rizal masih belum selesai dengan urusan dengan siswa siswi lainnya. Sambil menunggu, sekalian saja aku terus memandangi tubuh Kak Noni dibalik bajunya yang masih basah. Tahu dilihatin dia melarangku, tapi aku terus melihatnya. Dia menyuruhku pus ap, aku pus ap sambil terus melihat tubuhnya. Sambil pus ap, tanpa disuruh aku berkicau “bodi Kak Noni bagus.. bodi Kak Noni bagus..”. Dia menyuruhku diam tapi aku terus berkicau.

Karena Kak Rizal belum datang juga, akhirnya Kak Noni menyuruhku berhenti pus ap dan kembali ke tempatku semula. Sambil berjalan aku mengatakan, “Memang betul. Bodi Kak Noni bagus. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kaki, semuanya ideal”. Kak Noni melotot dan ngeloyor pergi ke Kak Rizal. Alhasil, Kak Rizal mendatangiku dan memukul perutku. Dia hampir memukulku lagi tetapi ditahan oleh Kak Noni. Memang ada aturan dilarang kontak fisik selama acara ospek atau masa orientasi sekolah.

Hari2 berikutnya kami berganti tugas, berganti tim dan berganti kakak pendamping. Kak Rizal dan Kak Noni tidak menjadi kakak pendampintku. Di hari terakhir kami akan melakukan api unggun. Untuk menuju tempat api unggun masing2 kelompok dilepas sejauh sekitar sepuluh kilometer dari lokasi api unggun dengan medan cross country. Kami dilepas dan mulai bergerak sekitar jam setengah tujuh malam dan harus tiba di api unggun paling lambat jam 10 malam. Kelompokku terdiri dari 25 orang dengan empat kakak pendamping diantaranya Kak Noni. Dia sempat melototi aku saat tahu aku ada di kelompoknya.

Di setengah perjalanan ada salah satu siswi, Indri, yang mulai lamban jalannya. Dia minta aku menemaninya. Kami tersusul oleh siswa siswi lainnya, hingga terakhir ada dua kakak pendamping Kak Zul dan Kak Noni. Karena tidak ada masalah, hanya capek dan lambat jalannya akhirnya Kak Zul berjalan menyusul dibelakang siswa siswi lainnya, dan Kak Noni diminta untuk menemani Indri dan aku.

Saat melintasi batu menyebrangi sungai, Indri sedikit hilang keseimbangan dan meraih Kak Noni. Kak Noni yang tidak siap mencoba menahan Indri tetapi justru dia yang tidak seimbang dan tercebur ke sungai. Aku segera menolongnya. Dan kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan berikutnya kulihat Kak Noni mulai kedinginan karena pakaiannya basah. Aku menghampiri Kak Noni dan membuka jaket, baju dan kaos dalamku untuk dipakainya. Mulanya dia menolak tetapi setelah kupaksa mencopot jaketnya, akhirnya dia mau memakai bajuku. Karena gelap, dia ganti baju didepanku. Aku suruh juga dia mencopot bh yang basah. Saat dia telanjang dada, kunyalakan senter dan terlihatlah bentuk tubuhnya yang bagus itu.

Karena aku membawa sarung, kusuruh dia mengganti celanapanjangnya dengan celana panjangku. Dan kusuruh juga dia mencopot celana dalamnya dan diganti dengan memakai celana pendekku. Saat berganti celana, dia melirik ke selangkanganku. Aku tak mau kalah, kuarahkan senter ke selangkangannya dan terlihatlah pantatnya yang padat, bulu jembut yang hitam serta bibir vagina yang juga hitam. Kak Noni tak peduli dan konsentrasi memakai celana. Indri tak melihat ini karena asyik minum dan istirahat dan memang suasana cukup gelap.

Akhirnya kami jalan kembali bertiga sambil ngobrol. Aku memakai sarung dan kaos oblong. Ditengah jalan ada posko persimpangan yang memutuskan membawa Indri dengan motor ke lokasi api unggun. Kak Noni menitipkan tas basahnya kepada kakak wanita lainnya dan dia diberi senter pengganti. Sedangkan aku diberi pinjam jaket. Lalu aku dan Kak Noni ditawarkan untuk berjalan duluan atau menunggu kelompok lain yang masih dibelakang, masih 3 km menuju lokasi api unggun. Kak Noni memilih untuk berjalan dan menyusul kelompok kami di depan, karena dengan tidak adanya Indri, kami bisa berjalan lebih cepat.

Merasa tahu rute Kak Noni berjalan didepanku. Beberapa kali aku harus menolong dia saat jalannya naik atau turun secara terjal. Saat membantu dan memegang tubuhnya selalu kuingatkan bahwa tubuhnya bagus, perawakannya ideal. Dia marah, tapi lama2 mengacuhkan ocehanku. Sampai satu saat dia berhenti, aku yang ikut dibelakangnya juga berhenti, kelihatannya kami tersesat. Kami memutuskan untuk menunggu kelompok berikut. Saat menunggu itulah sambil duduk aku iseng menggoda tentang tubuhnya yang ideal, yang terlihat saat bajunya basah kuyup. Dan aku lihat juga saat dia ganti baju dan ganti celana tadi.

Seperempat jam menunggu, tidak ada tanda2 ada kelompok yang lewat. Kak Noni mulai kedinginan dan menggosok2kan kedua tangannya. Sebenarnya aku tidak merasa dingin, tapi melihatnya kedinginan, aku memeluknya untuk memberi kehangatan. Kak Noni kaget, tapi mendiamkan. Kucium pipinya, dia diam saja. Kurebahkan tubuhnya, lalu kucium bibirnya, dia juga diam saja. Akhirnya kuberanikan membuka jaket dan kancing bajunya, dan karena bhnya sudah dicopot, maka terlihatlah bukit mungil menantang. Remang2 terlihat putingnya berwarna coklat tua. Kubelai, kuremas, dan kuhisap susu dan putingnya. Tanganku meremas pinggangya yang padat. Dia benar2 atletis.

Kak Noni masih diam saja. Maka kucopot celana panjang dan celana pendek sehingga terlihatlah vaginanya. Pemandangan ini membuat penisku ngaceng dibalik sarung.Kubuka jaketku untuk alas bokong dan pahanya. Dan segera kubuka kaos oblongku. Kusingkap sarung sehingga penisku tampak ngaceng. Dan segera kutempelkan penisku di vaginanya

Kutindih tubuhnya dan kutatap matanya. Kak Noni menatapku tajam. Aku mencium kening pipi dan bibirnya sambil menggesek2an penisku ke vaginanya.
“Boleh?”, aku mohon izin untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Kak Noni diam saja. Hanya suara jangkrik, kodok dan gemercik air yang terdengar. Aku menciumi susu ranumnya serta menghisap2 putingnya sambil tetap menggesek2kan penis ke vagina.
“Boleh?” aku mohon izin lagi. Kak Noni masih diam dan terpejam matanya. Kuturun lebih kebawah menciumi vaginanya, mencari itil dan lubang vagina dan menjilati. Kak Noni terpejam dan menghela nafas dalam. Kulakukan terus sampai dia mendesah2.

Lalu aku merangkak lagi ke susu lalu ke bibirnya dan terus menggesek2an penis ke vagina. Aku tak berani memasukkan penis tanpa izin pemilik vagina. Kak Noni terpejam dan mulai mendesah lebih kencang.
“Boleh?”, aku bertanya lagi. Kak Noni menatapku, lalu matanya terpejam, bibirnya tersenyum. Lalu… dia mengangguk pelan. Aku mencium keningnya
“Kak Noni, boleh?”, aku bertanya untuk meyakinkan anggukannya. Kak Noni tetap terpejam dan tersenyum, lalu mengangguk.

Aku mencium bibirnya, dan dia membalas dengan ciuman yang lebih hangat. Sambil mencium kuluruskan penisku ke lubang vaginanya. Kutekan pelan, dan .. blesss..penisku mulai masuk. Kak Noni terhenyak namun mulutnya tertutup ciumanku. Tanpa berhenti kutekan terus pantatku hingga perlahan tapi pasti, penisku terus masuk kedalam vaginanya, hingga ke ujung dalam vaginanya. Saat penisku menyentuh dinding dalam vaginanya, Kak Noni melepaskan ciuman dan berteriak kecil dan sedikit meringis “aahhh..”

Aku kaget, seharusnya dia tidak meringis kesakitan. Aku mengangkat pantatku untuk mengeluarkan penis dari dalam vagina. Kulihat sejenak. Karena gelap kunyalakan senter untuk melihat penisku. Ah, ternyata ada darah. Kak Noni masih perawan.

Aku diam sejenak, memandangnya. Tangan kak Noni segera mendekap pantatku dan menekankan sehingga penisku masuk kembali ke vaginanya. Bless.. ahh..aku mendiamkan penisku di vaginanya. Kak Noni berusaha menggoyangkan pantatnya. Melihat keinginannya, aku kembali menggoyangkan pantatku. Clep bless clep bless .. berulangkali penisku keluar masuk vaginanya. “aah.. aww..ahh.. mmph..”, Kak Noni selalu bersuara setiap kali penisku menancap.

Kami menikmati persetubuhan malam diluar, ditemani suara2 binatang air dan angin. Aku terus menggenjot dan Kak Noni terus mendesah2 dengan mulut tertutup dan terkadang mencium bibirku. Tak ada posisi lain selain aku diatas Kak Noni menindih dan menggenjot. Kak Noni tidak berinisiatif dan tidak mau merubah posisi. Berpuluh2 menit aku menggenjot sampai akhirnya Kak Noni memuncak dan mendekapku erat, lalu terlentang lemas. Aku mempercepat genjotan sehingga aku memuncak dan mengeluarkan mani. Sadar aku mengeluarkan mani, Kak Noni mendorong pinggangku dan aku segera mencabut penis lalu memuncratkan maniku di perutnya.

Kami berpelukan sejenak, lalu Kak Noni berdiri dan menarikku. Dia berjalan agak mengangkang dan sedikit tertatih dan terasa pegal karena sodokan penisku tadi. Dia membawaku ke parit kecil. Disana kami saling membersihkan bekas maniku, cairan vaginanya dan darah perawannya. Sekali lagi aku mengungkapkan kekagumanku atas tubuhnya yang sintal atletis. Kak Noni hanya tersenyum.

"Kamu pengalaman ya?", tanyanya. Aku malah balik bertanya "kak Noni belum pernah seks ya?". Dia menjawab, "sudah hampir". Lalu dia menceritakan pengalamannya dengan seorang teman lelakinya yang sudah hanya tinggal memakai celana dalam saja, lalu keburu ada orang datang. Hubungan itu berakhir karena si lelaki ketahuan melecehkan kulitnya yang hitam.

Setelah meminum bekal dan merapikan baju, Kak Noni mengajakku berjalan agak cepat. Kelihatannya dia menggunakan jalan pintas yang datar. Tak lama kami berhasil menyusul dan bergabung dengan kelompok terakhir. Untuk selanjutnya bersama2 dengan seluruh siswa siswi dan kakak kelas melakukan pesta api unggun. Kak Noni tetap semangat memandu kelompoknya.

Malam itu memberi kesan bagiku karena merupakan pengalaman seks pertamaku di kota Padang. Tetapi kejadian malam itu masih mengandung tanda tanya besar. Bagaimana setelah berhubungan seks, Kak Noni tahu lokasi parit kecil dan jalan kembali menuju rute api unggun, padahal sebelumnya dia mengaku tersesat?

Setelah malam itu aku berusaha mendekat ke Kak Noni dan ingin menjadikan dia pacarku, walaupun dia kakak kelasku dua tahun. Tetapi Kak Noni terasa menghindar. Hingga suatu kesempatan aku bertanya “mengapa malam itu terjadi?”. Kak Noni hanya menjawab, “kamu tidak melecehkan warna kulitku yang hitam”.

Setelah itu kulihat Kak Noni akrab dan berpacaran dengan Kak Rizal hingga mereka lulus SMA.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar