Minggu, 24 Mei 2009

Melihat Wanita Bugil

Di masa kanak2ku dulu, bermain bersama, bercampur antara anak2 perempuan & anak laki2, adalah hal yg lumrah. Di desaku di pelosok Bengkulu, aku biasa bermain gandeng2an & gendong2an dengan teman2 perempuan.
Masuk SMP aku dititipkan ke kakek untuk sekolah di Tasikmalaya. Hubungan anak laki dan perempuan sudah berbeda, karena sudah ada yg puber. Saat itu anak2 laki sering ngeledekin anak perempuan yang sudah puber dengan mencubit susunya yang mulai membesar. Aku berteman dengan geng anak2 'iseng' ini. Diantara kami ada yg sudah puber bernama Maman, dan otomatis dia menjadi komandan untuk urusan perempuan.

Suatu hari Maman mengajak kami untuk mengintip wanita mandi. Rupanya dia sudah tahu dimana posisi bisa ngintip orang mandi, yaitu diatas pohon dekat genteng. Dengan menggeser satu genteng maka terlihatlah pemandangan di kamar mandi.
"Tuh liat, Ceu Kokom memang bahenol. Susunya gede, bulu jembutnya banyak", kata Maman mengajari kami.

Rupanya memang Maman mengincar Ceu Kokom yang memang tergolong cantik di kampung kami. Umurnya 19 tahun, sudah tamat SMA, namun tidak meneruskan sekolah dan belum bekerja. Dia sudah tunangan dan beberapa bulan lagi menikah. Keluarganya tiga kakak beradik perempuan semua. Seluruh keluarga berangkat pagi, sehingga tinggal Ceu Kokom dirumah. Itu sebabnya dia tidak terburu2 mandi pagi dan baru mandi setelah semua berangkat kerja dan sekolah.

Beberapa kali aku diajak mengintip dan beberapa kali ngomongin wanita dan sex, semua ini mendorong aku cepat puber. Suatu pagi, disaat bangun, aku merasa celanaku basah. Kukira mengompol. Tapi ternyata ompolku berwarna putih kental. Aku mengeluarkan air mani setelah mimpi tak keruan. Aku mimpi basah bersama Ceu Kokom, karena baru dia gambaran wanita bugil yg aku tahu. Saat itu aku belum 14 tahun.

Puber membuatku merasa dewasa. Tanpa komandan Maman, aku mengajak dua temanku untuk mengintip Ceu Kokom lagi. Seperti biasa, setelah mendengar Cu Kokom masuk ke kamar mandi, aku naik pohon untuk menggeser genteng. Mungkin karena belum berpengalaman, genteng terlalu lebar ku geser dan menimbulkan bunyi. Ceu Kokom kaget, melihat ke atas.

“Hey, mau ngintip ya!”, Ceu Kokom segera memakai handuk dan mengejar kami.
Teman2ku yang masih dibawah dapat segera ngacir lari. Sedangkan aku yang masih di atas harus turun secepat mungkin. Namun apa daya aku tertangkap Ceu Kokom. Kupingku dijewer. Mungkin karena merasa hanya memakai handuk, sambil dijewer aku digiring masuk ke kamar mandi.
“Kecil2 mau ngintip. Siapa yg ngajarin ?!” bentak Ceu Kokom
Sambil meringis aku menjawab, “diajarin kang Maman..”
“Si Maman itu memang badung, jangan diikutin”, katanya
“Sering ngintipin aku ya?!”, dia membentak
“Iya.. beberapa kali”, aku masih meringis dan takut
Setelah diam sesaat Ceu Kokom menatapku, “Ya sudah, karena kamu sudah sering lihat aku, sekalian saja lihat sekarang, tidak usah pake ngintip segala”

Lalu Ceu Kokom mencopot handuknya, lalu mandi di pancuran bak. Walaupun masih takut, tapi aku terpana, melihat tubuh ceu Kokom yang mulus. Kulihat lagi susunya yg padat, pentil susunya coklat kemerahan. Lalu dibawah ada bulu2 halus menutupi vaginanya.
Melihat aku terpaku, saat sabunan Ceu Kokom menghampiri. “Kamu bugil juga dong”
Setelah bugil dia mendekat ke penisku, “wah masih kecil koq sudah mau cewek”, ledeknya sambil menoel2 (mempermainkan dengan jari) penis
Aku gelisah karena hanya berjarak beberapa centimeter dari wanita bugil yang cantik.
“Emang kamu sudah pernah mimpi basah?”, tanyanya
“Sudah” jawabku sedikit bangga
“Mimpi basah sama siapa?”
“Sama Ceu Kokom” jawabku malu
“iih, gedein dulu tuh burungnya, baru boleh mimpi basah beneran”
Aku terdiam.
“Memangnya umur kamu berapa?”, Tanya Ceu Kokom sambil membilas sabun di tubuhnya
“13 tahun” jawabku
Dia melihatku lagi, “Dibanding sama si Dedi yang seumuran, punya kamu lebih gede dikit, jadi lumayanlah”
“Mau digedein lagi gak?”
“Emang harus digedein”, aku belum mengerti
“Nggak harus, cuma kalau lebih gede lebih baik. Banyak cewek yang suka, karena lebih enak”
Karena masih kecil, aku tetap belum mengerti maksudnya, “Iya deh, tapi gimana caranya?”

Ceu Kokom menghampiriku. “Sering-sering dipijit begini. Pas bangun tidur, mau mandi, waktu pipis ke jamban, juga waktu mau tidur”
Ceu Kokom mempraktekan pijitan, mulai dari pangkal penis hingga keujung penis. Sedikit diremas, lalu ditarik2 supaya panjang dan diputar2. Aku deg degan tak keruan dan mata merem melek. Ceu Kokom tersenyum.
“Terus jangan lupa bikin teh malam-malam, simpan. Terus besok pagi, siang, sore, atau sehabis dipijit, rendam burungmu di air teh itu 5 menit. Yang ketiga, jangan pake celana dalam yg sempit seperti ini, biar burungnya bebas berkembang”.
“Cepet gede ya burung.. Nanti kalau sudah gede boleh kesini lagi. Kalau sudah sejengkal ini, kira2 15 cm. ukur pake penggaris” Ceu Kokom mengakhiri pijitannya yang nikmat itu, lalu menyentil penisku,

Begitulah, mulai hari itu aku mengikuti saran Ceu Kokom untuk memperbesar burungku. Tiap hari kupijit dan kurendam. Aku tidak lagi menggunakan celana dalam sempit, tapi menggunakan celana pendek longgar sebagai gantinya. Tidur malampun aku hanya sarungan tanpa cd. Setelah enam bulan, penisku bertambah panjang dan bertambah lebar. Waktu kuukur kira2 bertambah 5 cm, dari 9 cm menjadi 14 cm. Waktu pipis bareng dengan teman2 sebaya memang terlihat ukuran penisku lebih ‘raksasa’.

Merasa sudah memenuhi syarat, aku ke rumah Ceu Kokom. Aku buru2 ke rumahnya karena mendengar kabar ia akan pindah rumah dua hari lagi. Ia sudah menikah dua mingguan lalu dan menurut adat ia dan suaminya tinggal dulu di rumah orangtua perempuan beberapa saat.
“Ceu Kokom, sekarang burungku sudah hampir 15 cm”
Ceu Kokom agak kaget tak percaya. “Iya ya, kamu juga sudah tambah tinggi sekarang”
“Katanya boleh lihat Ceu Kokom mandi lagi”, aku menagih janji.
Ceu Kokom kaget, “Waktu itu aku cuma bercanda”
Ia terdiam sejenak dan melihatku agak kecewa. Lalu berkata, “Okelah. Tapi sekarang aku lihat dulu buktinya”
Ceu Kokom menarikku ke kamar mandi dan menyuruhku membuka celana. Kelihatannya ia cukup kaget melihat penisku yang walaupun belum ngaceng tapi terlihat cukup besar.

Sejenak ia terdiam, mungkin ragu. Tapi melihat wajahku berbinar2 akhirnya ia mencopot baju, rok, bh dan cd nya sehingga bugil. Dan akupun dimintanya untuk bugil.
Melihat Ceu Kokom bugil dan mandi, penisku ngaceng. Ku lihat Ceu Kokom terpana melihat penisku. Seolah tak percaya, ia mendekati dan memegang penisku.
“Lebih dari satu jengkal. Punyamu lebih panjang dan lebih gede dari Kang Didin” katanya. Kang Didin adalah suaminya yang baru dinikahi sebulan lalu.

Entah sengaja atau karena kebetulan sudah begitu dekat, tanganku menyentuh susunya dan memegang. Ceu Kokom kaget sebentar. “Kamu penasaran ya. Ya sudah, pegang saja”, ia membimbing kedua tanganku untuk memegang kedua susunya. Setelah meremas2 sebentar, didorong oleh rasa penasaran mataku mencoba melihat kebawah, melihat vagina. Yang terlihat hanyalah bulu tebal menutupi selangkangannya.
Melihat tatapanku, Ceu Kokom membimbing tanganku untuk mencoba memegang jembutnya. Aku mengelus2 bulu halus itu.
Hanya sebentar, lalu Ceu Kokom kembali mengguyur badannya dan segera mengakhiri mandinya. Mungkin karena takut suaminya keburu pulang. Bagiku pengalaman ini bagaikan kado ulang tahun yg ke 14, saat kelas dua SMP.

Setelah itu Ceu Kokom pindah rumah. Bagiku Ceu Kokom adalah guru pertama yg memperkenalkan masalah seks secara sederhana dan praktis. Ia hadir dalam mimpi basahku, dia yg pertama membelai penisku, dia berjasa memperbesar penisku, dan dia wanita dewasa pertama yang kupegang susu dan jembutnya

Terimakasih Ceu Kokom atas saran dan bimbingannya.

.

Menghisap Susu

Aku bukanlah orang cerdas, tetapi bila ada keinginan, aku berusaha mengerjakannya setekun mungkin. Ketekunan inilah yang membuat nilai sekolahku cukup baik. Dan seperti biasanya 20 siswa terbaik kelas 2 SMP akan ikut seleksi untuk pelajar teladan tingkat kabupaten. Nanti di kelas 3 Pelajar Teladan tingkat kabupaten akan ikut kontes pelajar teladan tingkat propinsi. Aku termasuk siswa kelas 2 yang ikut seleksi pelajar teladan tingkat kabupaten mewakili sekolahku bersama teman siswi bernama Diah, yang kebetulan juga teman sekelasku.

Aku baru mengenal Diah dikelas 2 SMP karena di kelas satu kami beda kelas. Keakraban kami dimulai ketika pelajaran seni suara dan harus menyanyi di depan kelas. Semua siswa menyanyikan lagu2 pop zaman itu. Hanya Diah dan aku yang menyanyikan lagu perjuangan nasional. Karena merasa ‘senasib’ sejak itulah Diah kulihat mulai memperhatikanku, dan senang bila bisa satu group belajar denganku. Tapi sejauh ini kami tidak akrab karena sama2 termasuk anak yang tidak banyak cakap.

Mewakili sekolah untuk seleksi pelajar teladan ini, kami jadi sering bersama. Ikut lomba berbagai jenis mata pelajaran dan ketrampilan diberbagai tempat di kota Tasik.
“Penat juga ya.. nonton yuk..” aku mengajak Diah setelah sore itu kami mengikuti lomba pidato di aula kantor bupati.
Diah kaget, karena tumben aku ngajak dia.”Ayo, nonton apa?”
Aku kaget juga, padahal aku ngajak hanya basa basi. Lagian dia cewek pendiam, kuper kalau kata anak sekarang.
“Apa saja, yang penting ke bioskop dulu. Nanti lihat film apa yang lagi main”, jawabku ngasal.

Akhirnya kami pergi bioskop. Ternyata jam mainnya sudah terlewat, baru main lagi jam 6.30 atau jam 7.00. Itupun film yang labelnya 17 tahun keatas. Aku senang karena tidak jadi nonton.
“Kita pulang dulu, ganti baju, terus nanti kesini lagi nonton jam 6.00”, kata Diah. Aku terkejut.
“Nanti nonton film yang mana?”, tanyanya
“Yang itu saja ya”, dia menunjuk film Blue Lagoon yang dibintangi Brooke Shields. Film yang diputar di bioskop itu memang bukan film2 baru.
Aku benar2 kaget atas responnya dan hanya bisa berkata “Oke..”
“Sampai ketemu”, ia berlalu dengan ceria.

Malam itu kami bertemu di bioskop, dan Diah tampak cantik. Aku berharap bahwa penjual tiket atau penjaga bioskop akan melarang kami karena usia kami yg masih 14 tahun. Tetapi ternyata kami lolos dan boleh nonton film Blue Lagoon. Alasannya karena malam itu penontonnya sedikit.
Film itu cukup membuat darah muda kami bergolak. Dibioskop itu aku genggam tangannya dan dibalas erat. Karena duduk paling belakang, aku berani meraih pundaknya menyandarkan kepalanya di pundakku. Semakin lama, aku terdorong utk mendekapnya. Aku mulai mencium pipinya. Lalu mencium bibirnya. Pada saat berciuman terdengar suara dada dan desah napas kami berpacu. Kami tak peduli lagi dengan jalan cerita filmnya
Gejolak terus membara. Tanganku mulai meraba dadanya dan meremas2. Sambil terus berciuman
Semakin membara, tangan menyusup ke celah2 kancing baju, menyelinap ke balik bh. Terasa kulit halus susunya. Terasa juga degup jantungnya. Kupaksa terus menyusup dan tertangkaplah puting susu.
Ketika sedang dimabuk gairah, tiba2 lampu bioskop nyala. Rupanya film sudah selesai. Dengan napas terengah2 kami keluar bioskop.

Dalam perjalanan pulang, kami menyempatkan diri menepi ketempat sepi dan berniat mengumbar gelora lagi. Tetapi karena tempat agak rame, kami cuma bisa berciuman sebentar. Dan akhirnya berpisah didepan rumahnya dengan pengalaman yang sulit dipercaya tapi sangat mengesankan. Sejak malam itu, hubungan kami berubah. Kadang canggung kadang akrab. Kebersamaan dan keakraban kami dianggap biasa oleh teman2 karena kami masih harus menuntaskan lomba pelajar teladan.

Dua minggu kemudian, saat sesi latihan matematika siang hari, guru pembimbing berhalangan dan hanya member soal2 utk diselesaikan oleh kami berdua, utk diperiksa besok paginya. Kami memutuskan utk melanjutkan di rumah Diah. Baru mengerjakan soal beberapa menit, orangtua Diah pamit ke acara keluarga.
Tahu bahwa kami hanya tinggal berdua di rumah itu, pikiran dan emosi kami mulai kacau. Kenangan percumbuan di bioskop membangkitkan hasrat kami, dan ini ada kesempatan. Daripada saling menunggu, aku ambil inisiatif mendekati Diah dan mencium bibirnya dan dibalas hangat. Aku mendorong tubuhnya sehingga terlentang di lantai. Lalu aku merangkak ke atas tubuhnya dan menindihnya. Diah kaget tapi terlihat pasrah. Ini adalah posisi yang mendebarkan bagi kami. Lalu kucium lagi bibirnya.

Kuangkat wajahku, dan kutekan2 bokong ke selangkangannya. Dia terus menatapku. Berhenti sejenak dan kubuka kancing bajunya, sehingga tampaklah bagian muka tubuhnya yg hanya tertutup bh. Sesaat aku menikmati belahan dada dan gundukan susu yang tertutup bh krem. Kubelai tubuh mulusnya dan belahan dadanya. Kuciumi belahan dada itu pelan2, kudengar jantungnya mulai berdetak kencang.

Setelah puas, kusingkap bhnya ke atas sehingga nampaklah dua bukit susu dan putingnya. Secara reflek Diah menutupi susunya dengan tangannya. Pelan2 tanpa memaksa aku lepaskan tangannya dari susu. Dia tidak melawan, sehingga bukit susu itu tampak kembali. Dibandingkan dengan susu wanita dewasa yang pertama kali kulihat, susu Ceu Kokom, susu Diah masih mungil. Putingnya pun kecil berwarna coklat.

Setelah puas memandang, kubelai2 kedua bukit itu, dan kuremas2. Lalu kuciumi kedua bukit itu, kuhisap putingnya, dan kujilati. Bergantian yang kiri dan yang kanan. Berulang2.
“Mmhhh..”, Diah menahan erangannya
Tanganku menyelinap kebalik roknya. Mengusap2 paha Diah. Lalu mencoba menuju selangkangannya.
Tiba2 terdengar suara motor. Orang tua Diah sudah kembali! Waduh cepat banget baliknya.
Bergegas kami bangkit. Aku kembali menghadapi soal2 yg harus dikerjakan. Sedangkan Diah segera berlari ke kamar mandi dan menutup pintu utk merapikan kembali bh dan bajunya.

“Lho koq sendiri. Diah mana?” ibunya bertanya.
Byurr, terdengar suara siraman dari kamar mandi. Tak lama kemudian Diah keluar dan menyalami ibu bapaknya. Sambil nyengir Diah bilang, “sakit perut nih”. Dan orangtuanya mengangguk2.
Lalu kami teruskan penyelesaian soal2 hingga malam.

Sejak itu, setiap ada kesempatan kecil, ngumpet dibalik tembok atau di kebun, aku sering minta nyusu ke Diah. Cukup buka kancing baju, singkap bh, lalu kuhisap susunya. Kalau kesempatannya sempit, paling2 cuma meraba2 dadanya.

Namun kesenangan ini hanya bertahan sebentar, karena dikelas 3 keluarga Diah pindah tugas ke Samarinda.

.

Kocokan Onani

Dibulan awal kelas tiga SMP, ada puting beliung yang memporakporandakan sebagian genteng sekolah kami yang memang sudah uzur. Karena ada perbaikan atap sekolah, maka sebagian kelas menumpang ke kelas lain dan masuk siang, termasuk kelasku. Karena masuk siang, aku tidak terburu2 mandi pagi. Kamar mandi dirumah kakek berada di ruang terbuka, di halaman rumah yang dikelilingi pagar, sehingga masih berada didalam lingkungan rumah.

Suatu hari saat baru mau mulai mandi, kudengar ada yang masuk kehalaman rumah. Orang itu lalu menimba air di sumur dan mengisi bak mandi dikamar mandi.
“Jar, aku numpang mandi ya..sumur di rumah kering”, ternyata Bi (tante) Neneng tetangga kakek. Memang kalau musim kemarau banyak sumur kering. Sedangkan sumur kakek dalamnya hampir 30 meter sehingga masih ada airnya. Aku kenal dan akrab dengan Bi Neneng karena sejak nenek meninggal tiga tahun lalu, ia sering mengantarkan makan untuk kakek dan aku.
“Ya Bi, tapi aku baru mulai mandi”, sahutku sambil jongkok dibawah pancuran bak mandi.

Lima kali nimba, bi Neneng langsung nyelonong masuk ke kamar mandi yang memang pintunya hanya selembar seng yang digeser. Lalu langsung bugil, membuka tutup pancuran, jongkok dan langsung mandi. Memang didalam kamar mandi itu ada dua pancuran bak.
“Maaf ya, buru-buru”, katanya tanpa mempedulikanku yang kaget dan terpana
“Iya Bi”, jawabku sambil tetap terpana melihat Bi Neneng bugil di depanku. Waktu itu usianya 26 tahun. walaupun mukanya biasa saja, tapi tubuhnya langsing dengan kulit mulus coklat langsat. Susunya lebih besar dari Ceu Kokom. Putingnya juga lebih besar, mungkin karena dia sudah punya dua anak. Melihat pemandangan ini penisku segera tegang.

Saat sabunan, terpaksa aku berdiri. Dan karena penisku ngaceng maka aku menghadap membelakangi Bi Neneng.
“Kok balik badan? Malu ya, karena titit (penis) kecilnya ngaceng..”, Bi Neneng mencandai
Tak lama Bi Neneng juga berdiri untuk sabunan. Aku penasaran untuk melihat bagian vaginanya yang tadi tertutup saat jongkok. Kalau berdiri, harusnya vaginanya terlihat, pikirku. Maka aku beranikan menoleh utk melihat Bi Neneng. Ternyata bulunya tidak lebat dan kelihatan belahan bibir vaginanya. Membuatku tambah ngaceng.

Tiba2 Bi Neneng berhenti sabunan, “coba balik badan, aku mau lihat”. Bi Neneng memegang pundakku dan memutar tubuhku menghadapnya.
“Hah, gede amat” ujarnya kaget sambil tangannya menutup mulut karena takjub. Rupanya waktu tadi aku menoleh melihat vaginanya sekilas ia melihat penisku.
“Tititmu kena penyakit ya?” tanyanya
“Nggak Bi, aku dikasih tahu Ceu Kokom cara membesarkan titit” jawabku sambil menceritakan caranya.
Bi Neneng menghampiri, memegang penisku dan membersihkan busa sabun yang masih menempel di penis, buah zakar dan sekitarnya.
“Kamu normalkan? Suka mimpi basah?”, dia menyelidiki
“Iya beberapa kali”, jawabku
“Pernah mimpi basah waktu bangun?”
“Maksudnya?”, tanyaku
“Pernah mengeluarkan mani (sperma) waktu bangun?”, ia bertanya
“Belum”, jawabku

Bi Neneng mengambil sabun lalu menyabuni penisku yang masih tegang. Lalu ia menggosok2 dan mengocok2 penisku. Aku kaget, tapi terasa nikmat.
“Diapain Bi?” tanyaku
“Ngetes ngeluarin mani”
Bi Neneng terus menambah sabun dan mengocok2 penisku. Aku meregang2.
“Kok nggak keluar sih?” setelah 15 menit mengocok. Tapi melihatku merem melek dan meregang2 dia terus mengocok. Makin lama makin cepat dan makin cepat. Aku meregang, mendesah dan menggoyang2kan pinggulku.
Akhirnya aku merasakan seperti ingin pipis, tapi berbeda. Seperti ada yang mau meledak keluar dari penisku.
“A aaaahhhhh..” ada sesuatu keluar dari penisku, sesuatu yang kental berwarna putih. Muncrat kemana2 dilantai kamar mandi itu.
“Nah , tuh bisa keluar mani. Kamu sehat”, kata Bi Neneng.
“Enak banget Bi” ujarku terbata2. Tubuh ini lemas rasanya.
“Memang enak. Sudah, mandi lagi sana”, kata Bi Neneng. Lalu ia segera menuntaskan mandinya dan terburu2 pergi.

Besoknya aku menunggu di kamar mandi. Dan sengaja tidak segera mandi, menunggu Bi Neneng datang. Tak lama kemudian dia datang, menimba dan mandi bareng lagi.
“Mau dikocok lagi tititnya?”, ia seperti tahu mauku yang telah berdiri dengan penis tegang
“Iya..”, jawabku girang.
Dan mulailah ia menyabuni dan mengocok lagi. Hingga maniku keluar.
“ini namanya onani. Kamu bisa melakukan sendiri”, kata Bi Neneng

Besoknya, kembali aku minta penisku dikocok Bi Neneng.
“Lho, kan bisa onani sendiri?” katanya
“Sudah nyoba tapi nggak bisa, ngacengnya lama” kataku
“Oo mungkin ngacengnya karena terangsang melihat aku bugil ya?” sindirnya
“He he he” aku nyengir, “Mungkin kalau sambil megang lebih cepat ngacengnya”
“Megang apa?” tanya Bi Neneng
“anu..Megang susu ..” aku menjawab ragu takut ia marah
“Ya sudah, pegang saja nih”, Bi Neneng menyodorkan susunya. Tanpa menyia2kan kesempatan aku meremas2 susunya. Dan benar, ada kenikmatan yang lebih banyak saat penis dikocok sambil megang susu. Aku jadi lebih cepat keluar mani.

Besoknya sambil dikocok aku minta nyusu. Sejak Diah pindah, sudah lama aku tidak ngemut susu wanita. Atas permintaanku itu, Bi Neneng juga mengabulkan. Kurasakan ia membelai rambut dan menikmati hisapanku di puting susunya.

Besoknya aku minta tambah megangin vaginanya. Kali ini Bi Neneng tidak mengizinkan. Akhirnya pengalamanku hanya sampai menghisap susu. Tapi dengan ukuran susu yang lebih besar sehingga tidak semua bagian susunya muat dimulutku. Juga pentil Bi Neneng lebih besar dari pentilnya Diah, lebih terasa saat dihisap2.

Lebih dari seminggu aku dikocok Bi Neneng, sampai akhirnya kelasku masuk pagi lagi, karena perbaikan atap sudah selesai. Tak ada kesempatan untuk mandi sore bareng dengan Bi Neneng karena rame orang. Kakekku, suami dan anak2 Bi Neneng, di sore hari semua ada di rumah. Apalagi setelah musim hujan tiba, Bi Neneng mandi di rumahnya sendiri.

.

Gairah Film Porno

Libur tiga hari, aku diminta menemani kakek ke adiknya (berdasarkan silsilah, adiknya kakek yang perempuan adalah juga nenekku), yang tinggal bersama anak lelakinya (berarti Om ku) di Bandung. Buat orang kota mungkin rumah om sederhana, tapi buat orang kampung seperti aku, rumah Om tergolong bagus, lengkap dengan peralatan elektroniknya. Walaupun sudah 30 tahun tapi om masih bujangan. Kabarnya dia pernah patah hati dua kali. Dia ditemani oleh sepasang suami istri, Mang Amat sebagai supir dan Bi Oyah pembantu sekaligus pengasuh nenek. Mereka tinggal beberapa puluh meter dari rumah om.

Setelah ngobrol ngalor ngidul sambil nonton tivi, akhirnya kakek dan aku pamit tidur karena capek diperjalanan. Sedangkan om melanjutkan menonton tivi dengan suara yang dipelankan. Aku biasa tidur dengan mematikan tivi dan lampu, sehingga sayup2 suara tivi di rumah om cukup mengganggu tidurku. Walaupun akhirnya aku tertidur juga.

Tengah malam sesuai kebiasaan rutin aku bangun utk pipis. Kudengar sayup2 tivi om masih nyala, sedangkan om tertidur disofa. Aku berniat akan mematikan tivi, tetapi mendekat aku agak kaget, karena di layar tivi ada wanita bule lagi bugil. Wanita itu meremas sendiri susunya dan memegangi vaginanya. Lalu gambar bergeser kesamping wanita bugil itu, ada wajah wanita yang terengah2, “uh ah aw..”. Lalu gambar bergerak menunjukkan bahwa wanita itu tidak pake bh, alias susunya terlihat. Terlihat setengah badan wanita itu sedang terentang dengan susunya bergoyang2 seperti dihentak2. Lalu gambar bergerak lagi memperlihatkan bulu jembut dan vagina wanita itu. Ternyata vaginanya sedang disodok2 sesuatu. Lalu layar tivi memperlihatkan bahwa vagina disodok oleh penis seorang pria bule.
Aku takjub, mungkin inilah yang namanya ngewe atau ngentot, yang sering disebut2 orang. Dan ini yang disebut2 orang sebagai film blue.

Terlihat pria bule itu makin kencang menggerakkan bokongnya menyodokkan penisnya ke vagina, “uuh..uuh”.
“ohh ahh fuck me..”erang si wanita.
Lalu “uuuuuuhhhh” laki2 mengerang panjang, mencabut penisnya dari lubang vagina dan memuncratkan mani ke perut wanita. Wanita satunya yang sedang bugil segera mengambil penis dan menghisapnya. 'Iih.. jijik', pikirku
Setelah itu sudah, filmnya selesai. Aku tak berani mematikan tivi, takut om terbangun. Langsung saja aku ke kamar mandi, pipis dan kembali tidur. Tapi kali ini aku susah tidur karena melihat tontonan bf tadi.

Besok paginya, om pamit ke kakek dan nenek karena ada rapat di Jakarta, menginap semalam dan akan kembali besok sore. Om berangkat bersama sopirnya. Aku menyibukkan diri dengan berkeliling kota Bandung, khususnya ke Alun-alun. Sepulang dari tour the city, aku hanya bertemu Bi Oyah yang sedang rapi2 dapur. Rupanya kakek dan nenek lagi tidur siang. Akhirnya kuluangkan waktu utk nonton tivi sambil menghabiskan gorengan yang kubeli di alun-alun.

Saat nonton tivi aku jadi teringat film bf yang tadi malam. Kuberdiri dan mengitari seluruh isi rumah untuk mencari tahu dimana om menyimpan video porno itu. Di ruang istirahat kulihat ada tempat penyimpanan video, tetapi setelah kulihat2 judulnya, kebanyakan film Warkop dan action, tidak ada yang video porno. Mungkin di kamar om, tetapi ternyata kamar om terkunci. Kutanya Bi Oyah, memang kamar om terkunci, tetapi Bi Oyah megang kuncinya untuk ngerapihin dan ngeberesin kamar.

“Ada perlu apa Sep”, tanya bi Oyah dengan memanggilku Sep, yang singkatan dari Kasep artinya cakep.
“Nggak ada kok, cuma ingin lihat seberapa besar kamar tidurnya om”, jawabku.
“O, silahkan atuh”, Bi Oyah mengambil kunci dan membukakan pintu kamar Om.
“Wow, luas juga ya”, memang kamar Om cukup luas karena kamar tidur dan kamar kerja disatukan.
“Aku lihat2 ya Bi”, aku mengagumi kamar Om, tapi juga berusah mencari dimana kira2 Om menyimpan video porno. Banyak lemari dan laci yang dikunci, dan Bi Oyah juga tidak pegang kunci sehingga tidak tahu isinya. Aku menyerah, video porno itu pasti disimpan om disalah satu lemari atau laci itu. Padahal aku sangat ingin menonton video porno, ingin belajar tentang seks.

Akhirnya kuhabiskan sore itu mengobrol dengan Bi Oyah utk lebih mengenal Om ku. Menurutnya Om adalah orang yang tidak banyak menuntut tetapi disiplin. Dua kali om punya calon istri, bahkan yang kedua sudah sering tidur di rumah ini. Kalau yg pertama berpisah karena kerja di Kalimantan. Yang kedua pisah karena si cewek ini selingkuh, dan kepergok oleh om di rumah si cewek. Kejadian ini yang menghancurkan hati om dan om melampiaskan dengan beberapa kali mengencani wanita penghibur di hotel2. Tapi om tetap berusaha tegar dalam hal kerjaan.

“Tadi malam aku lihat om nonton film porno”, kataku
“iya, om sering nonton malam2 kalau nenek sudah tidur. Om juga pernah nyuruh Mamang dan Bibi untuk nonton film porno berdua. Iih.. Bibi ogah. Risih”, kata Bi Oyam
“Memangnya Bibi tahu film pornonya disimpan dimana sama Om?”, tanyaku
“Dibawa masuk ke kamarnya. Tapi Bibi tdk lihat disimpan dimana. Paling2 dilemari yang dikunci”, jawabnya.
“Kalo buat Asep mah nonton yang itu saja”, kata Bi Oyah sambil menunjuk tempat video. Aku mengiyakan.

Sore itu aku diajak Bi Oyah berputar2 lingkungan termasuk ke rumah Bi Oyah yang sederhana. Malamnya Bi Oyah pulang kerumahnya setelah selesai melayani kakek dan nenek hingga mereka tidur. Sedangkan aku menghabiskan malam dengan membaca dan menonton tivi. Melihat deretan video Om, aku tertarikuntuk menonton salah satu film. Setelah memilih2, akhirnya film Rambo yang akan kutonton.

Saat ingin memasukkan video ke player, ternyata ada video lain yang belum dikeluarkan dari player. Tertulis di labelnya judul filmnya Schoolgirl Adventures. Karena tak ada gambar dalam judulnya, maka kustel video itu. Diawal film terlihat sekelompok pelajar siswi yang belajar bersama, belanja bersama, bermain dan bercanda bersama. Karena tak ada teks terjemahan, aku tidak mengerti jalan ceritanya, jadi lebih baik nonton Rambo.

Ups tunggu dulu, ternyata terusannya para siswi itu bertemu dengan para siswa, berpasangan dan berciuman, sebelum akhirnya masing2 pasangan berpisah. Satu pasangan ke apartemen, satu pasangan ke taman dan satu lagi naik mobil. Adegan berikutnya adalah masing2 pasangan berciuman, berpelukan dan meraba2. Melihat itu gairahku mulai membara.

Pasangan yang dikamar, setelah berciuman, yang perempuan mendorong si laki2 kekasur dan duduk di atas perutnya. Lalu si wanita melepas baju dan bh nya, sehingga tampaklah susunya yang besar. ‘wah jangan2 ini film porno. Rezeki nomplok nih’, pikirku. Lalu si pria membelai2 susu dan menciumi kedua susu itu. Aku deg2an. ‘O ternyata begini cara menciumi dan menghisap2 susu’

Setelah puas menghisap2 si pria gantian merebahkan si wanita dan melepas baju dan celananya. Terlihatlah penis si pria yang masih menggantung2. Lalu ia melepaskan rok dan celana dalam wanita sehingga tampaklah vaginanya. Lalu si pria mendekatkan kepalanya ke vagina wanita, lalu wanita itu mengerang2. Aku bingung, apa yang dilakukannnya. Setelah kamera didekatkan, terlihatlah bahwa si pria sedang menjilati kelentit wanita. Menghisap2 kelentit dan juga bibir dalam vagina. 'Ih, jorok, jijik', aku mengernyitkan dahi.

Lalu si pria membuka vagina wanita, dan terlihatlah lubang vaginanya. Aku tekan pause dan aku perhatikan betul2 gambar vagina yang sedang dibuka. Ada bulu, ada bibir luar, ada kelentit, ada lubang pipis dan ada lubang seks. Wow… lalu aku play lagi videonya. Ternyata si pria menjilati seluruh bagian vagina dan berusaha memasukkan lidahnya ke lubang seks. Setelah itu jari tengah si pria dimasukkan ke dalam lubang vagina. Ditusuk2 dan diubek2.
“Aahh..” si wanita menggelinjang2

Setelah puas, gantian wanita merebahkan pria. Lalu ia menuju ke penis, membelai2, menarik2, mencium lalu mengemut penis. Wanita menggerakkan kepalanya sehingga penis menjadi keluar masuk kedalam mulutnya. Sementara si pria terpejam. Selanjutnya wanita memutar badannya sehingga wanita mengulum dan mempermainkan penis, sedangkan pria menciumi dan menjilati vagina. Masing2 kepala berada diselangkangan pasangannya. Aku masih merasa jijik karena menurutku kelamin itu kotor. Tapi disatu sisi aku terkesima 'wow..'.

Selanjutnya si cewek duduk diatas perut membelakangi cowok, memegang penis lalu mengarahkannya ke lubang vagina. Setelah lurus ia menekan kebawah pelan2, sehingga penis itu masuk sedikit demi sedikit ke lubang vagina. Aku benar2 terpaku melihat pemandangan ini. Kuulang lagi adegan ini sampai tiga kali. Oo, ternyata beginilah cara berhubungan seks itu, penis masuk ke vagina. Selanjutnya mereka bermain seks, memasukkan penis ke vagina dengan berbagai gaya. Aku melihat ada banyak gaya dalam bermain seks. Dan disetiap gaya keduanya kelihatan sangat menikmati.

Akhir dari persetubuhan ini adalah saat si pria mencapai puncak dengan mengeluarkan maninya di muka si wanita. Hii, lagi-lagi aku merasa jijik melihatnya.

Lalu film beralih kepasangan lain. Pasangan yang ke taman bermain seks ditaman, dengan berbagai posisi. Bedanya dengan pasangan yang di kamar, hubungan seks diakhiri dengan gerakan penis yang dijepit oleh sepasang susu wanita yang besar, dan akhirnya sperma si pria muncrat di dada wanita.

Selanjutnya pasangan yang ketiga memarkir mobil di tepi jalan dipuncak dengan pemandangan kota. Lalu mereka berhubungan seks, baik didalam mobil maupun di luar mobil. Gaya berhubungan yang berbeda adalah ketika si ceweknya nungging dan cowok menusukkan penisnya. Ceweknya meringis kesakitan. Tadinya aku heran kenapa ia meringis, padahal sebelumnya ah oh kenikmatan. Setelah diperlihatkan, ternyata penis cowok tidak masuk ke vagina, tetapi ke lubang dubur. Iih, jijik.
Pasangan ini mengakhiri hubungan seks dengan posisi cewek terlentang di kap mobil dan vaginanya disodok oleh penis. Lalu sambil menekan penis dalam2, si cowok mengerang, kelihatannya ia mengeluarkan sperma di dalam vagina cewek. Karena setelah itu diperlihatkan vagina cewek, lalu dari dalamnya menetes cairan sperma yang putih.

Film belum berhenti. Pasangan yang berjalan ditaman akhirnya berpisah. Yang pria bertemu dengan pasangan yang naik mobil, sedangkan yang wanita menuju ke apartemen temannya.

Yang bertiga naik mobil, pulang ke rumah utk makan. Didapur si cowok berlaku genit ke sicewek pasangannya dengan menepok2 bokong dan meremas dada. Karena bergairah mereka bermain seks lagi, dan lupa bahwa ada temannya melihat. Saat si cowok menciumi vagina cewek, laki2 satunya menghampiri dan menciumi susu si cewek. Si cowok bukannya marah tapi malah nyuruh laki2 itu untuk nyobain menjilati vagina ceweknya. Karuan saja ceweknya senang karena dilayani dua cowok.
Saat yang satu cowok mencobloskan penis ke vagina, satunya lagi memberikan penisnya untuk diemut oleh cewek. Selanjutnya setelah puas diemut, sicowok pindah kebelakang dan mengarahkan penisnya masuk dubur cewek. Jadi sicewek mendapat dua sodokan, satu penis masuk menyodok vagina, satu penis lagi menyodok dubur. Wow.. pantesan sicewek mengerang keenakan.

Ditempat lain cewek yang mendatangi apartemen temannya, menjumpai temannya sedang mandi bareng pria pasangannya. Merasa gerah, si cewek juga mau mandi dan minta izin bergabung. Ternyata diizinkan oleh pasangan tersebut dan mereka mandi bertiga. Disitu sicowok mengelus susu kedua cewek. Semakin hangat akhirnya mereka bertiga melakukan hubungan seks.
Secara bergantian penis masuk kesatu vagina, lalu gantian ke vagina satunya lagi. Ketika penis pria masuk ke satu vagina, si pria juga disodori vagina lain untuk dijilati. Sedangkan kedua cewek saling bergantian menghisap susu cewek lainnya. Akhirnya cowoknya mengeluarkan mani diperut satu cewek dan cewek satu segera menghisap penis.

Lalu filmnya habis. Adegan terakhir ini adalah adegan yang aku lihat tadi malam. Berarti setelah selesai nonton, om lupa mengeluarkan videonya karena harus segera pergi ke Jakarta.

Nonton video porno selama dua jam ini telah membuatku shock. Dari tahu sedikit, tiba2 aku menjadi tahu banyak, bahkan tahu kevulgaran seks. Bagaimanapun malam itu telah banyak memberiku ilmu tentang seks. Selama ini aku tidak tahu bahwa penis bisa dimasukkan ke vagina. Ceu Kokom dan Bi Neneng hanya mengelus2 penisku.

.

Sex Live Show

Sore hari kami berkumpul di kebon dekat balai desa, orang2nya masih geng yang dulu juga. Kami sudah jarang berkumpul karena beberapa anggota sudah bekerja di pabrik sukro (kacang atom). Dalam pertemuan seperti itu biasanya mereka membagi2kan sukro atau mentraktir kami makan bakso. Setelah selesai SMP, mereka memang tidak melanjutkan ke SMA dan memilih bekerja. Karena memang sudah waktunya pacaran, beberapa senior membawa serta pacar mereka, termasuk komandan Maman, ketua geng kami untuk urusan perempuan. Dalam pertemuan itu Maman memberi kabar akan menikah minggu depan. Usia Maman 19 tahun dan calon istrinya, Ening, 17 tahun berasal dari kampong seberang. Masih muda, tapi utk ukuran kampong kami, umur itu dinilai cukup matang untuk menikah.

Usai pertemuan, Maman menghampiriku, “katanya kamu dulu pernah ketangkap ngintip Ceu Kokom ya?. Terus kamu diapain?” . Gaya ngomong isengnya keluar lagi.
“Dijewer ke kamar mandi, terus suruh lihat dia mandi”, jawabku
“Wah hebat. Kamu beruntung. Iri aku. Dia kan idolaku”, katanya dengan nada menggoda.
“Tapi kamu belum pernah ngewe (seks) dengan cewek kan?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Aku sudah”, katanya bangga.
“Nggak percaya”, kataku
“Kalau mau bukti, nanti ikut aku nganterin Ening ke kampong sebelah”, kata Maman dengan nada memaksa

Kami bertiga jalan menuju kampong sebelah melewati jalan yang dikelilingi sawah dan kebun. Ditengah jalan Maman menggandeng Ening berbelok. Dan melihat aku ikut berbelok, Ening berbisik kepada Maman, “Kang, dia ikut belok..”. “Nggak apa2”, jawab Maman. Dan kami berhenti dekat saung ditengah kebun.
“Istirahat dulu disini ya. Ini kebun bapaknya Ening”, kata Maman kepadaku. Lalu kami beristirahat di saung itu.

Disaat istirahat itu, Maman menghampiri Ening, lalu mencium dan memeluknya. Ening merasa risih karena ada aku disitu. Tetapi karena Maman terus menciumi, Ening pasrah, dan malah balas mencium. Tangan Maman dan Ening meraba2 dada dan selangkangan lawannya. Lalu Maman membuka kancing baju Ening.

“Kang..”, kata Ening khawatir, sambil melihatku. Aku sendiri deg2an melihat adegan didepanku.
“Nggak apa2. Biar dia belajar”, Maman terus membuka baju dan bh Ening, dan menciumi susunya. Karena terangsang Ening tidak mempedulikan kehadiranku di saung itu.

Tak berapa lama Maman mencopot seluruh pakaian hingga bugil dan Ening mencopot pakaian tersisa sehingga bugil juga. Aku kaget dan terpana melihat laki2 bugil dan wanita bugil bersamaan. Belum hilang kagetku, Ening sudah rebahan dan Maman menindih Ening. Lalu penis Maman masuk ke vagina Ening. Sambil menciumi Ening, Maman menaik turunkan bokongnya, sehingga penisnya keluar masuk vagina. Terus berulang2.

Didorong rasa penasaran, aku mendekat utk melihat penis masuk vagina. Maman melihatku, “Nggak percaya?”.
Lalu mengangkangkan kaki Ening dan kakinya agar penis dan vagina mereka terlihat. “Lihat tuh”, kata Maman. Aku melihat dengan jelas bagaimana penis Maman masuk ke vagina Ening. Sementara Maman dan Ening semakin asyik bersenggama. Pemandangan ini membuatku tak menentu.

Sampai akhirnya Maman dan Ening sama2 menekan kuat pantatnya. “U..uuuuhhhhh”. Mereka berpelukan dan terkulai lemas di saung. Lalu tergeletak menghadap ke atas berdampingan. Disitu kulihat jelas bentuk susu yang mungil dan putingnya yang masih muncung. Juga bulu jembut Ening yang masih halus dan belum banyak. Sedangkan vaginanya mungil dan terlihat agak memerah akibat disodok penis. Aku juga melihat penisnya Maman. Uups kayaknya punyaku lebih besar dari Maman.

“Hhh, enak Jar”, kata Maman. “Terbukti kan..” Lalu Maman beranjak turun dari saung. “tunggu ya, mau bersih2 dulu di pancuran sana”

Ditinggal Maman, aku memperhatikan lagi tubuh mulus mungil Ening. Ia terlihat kelelahan dan sedikit tertidur. Entah refleks atau penasaran, aku menjulurkan tangan utk memegang jembutnya. Ening diam saja. Lalu aku teringat film porno, dan tanganku meraba2 mencari itilnya. Ternyata walau sambil merem, antara sadar dan tidak, Eningmembuka selangkangannya. Dengan mudah aku melihat itil dan lubang vagina. Lalu jariku menyentuh2 itil. Lalu kumasukkan jariku ke lubang vaginanya. Masih basah. Aku bermaksud mengeluar-masukkan jariku, tiba2 terdengar Maman datang bersiul2. Segera kucabut jariku, dan Ening kaget dan membuka matanya. Ia melihatku ada didekatnya sedangkan Maman baru datang menuju saung. Dia juga sempat melihat jariku yang basah. Ening segera menutupi susu dan vaginanya, lalu memejamkan mata lagi. Aku berdiri menjauh dari saung.

“Ning, bangun, gantian, aku sudah bersih”, kata Maman membangunkan. Ening terbangun dan segera beranjak ke untuk mencuci pejuh dan membilas keringat. Saat menuju pancuran, ia menghampiriku dan berbisik, “kamu tadi mainin memekku ya?”, memandangku kesal lalu sambil melihat jariku. Aku merasa bersalah karena ketahuan.

Melihat aku terdiam Maman menghampiri.
“Yang kamu lihat tadi anggap saja pelajaran. Ternyata ngewe itu asyiik kan.. makanya cepet2 cari cewek yang mau di ewe. Tapi jangan pernah ceritakan kejadian ini pada siapapun”, kata Maman padaku, wajahnya campur aduk antara bangga, menyesal dan mengancam. Ia tak tahu kalau aku barusan memainkan vagina calon istrinya.

Usai mereka berpakaian, kami keluar dari kebun dan kembali kejalan desa. Disitu kami berpisah. Maman melanjutkan mengantar Ening ke kampong sebelah sedangkan aku kembali ke kampungku. Kejadian ini menunjukkan bahwa Maman memang edan, tapi Ening dan aku juga terbawa edan.

Disepanjang perjalanan aku memandang jariku yang tadi sempat masuk ke lubang vagina Ening.


.

Gesek Kelamin

Aku gagal menjadi pelajar teladan SMP di tingkat kabupaten, sehingga aku tidak ikut seleksi tingkat propinsi di Bandung. Namun panitia kabupaten minta aku dan beberapa siswa lain untuk ikut ke Bandung. Katanya utk pembelajaran sekaligus cadangan kalau pada hari lomba nanti, si juara pelajar teladan kami berhalangan. Di Bandung kami bertemu dengan teman2 siswa SMP se propinsi. Diantaranya aku kenalan dengan Soraya, gara2 minumannya tumpah didekatku dan sedikit nyiprat ke bajuku. Ternyata dia sama seperti aku, besar di Bengkulu dan sekarang tinggal bersama orangtuanya di Bekasi, dan datang ke Bandung juga sebagai cadangan. Karena sama2 cadangan dan tidak berlomba, jadi kami sering bertemu dan dalam beberapa hari menjadi akrab.

Dihari terakhir ada acara tour keliling beberapa tempat di Bandung. Aku izin tidak ikut karena ingin menjenguk nenek di rumah om yag di Bandung. Ternyata Soraya juga tidak ikut tour karena mau kerumah tantenya yang di Bandung.
“Sama dong. Main ke tanteku dulu yuk. Baru nanti ke om kamu. Terus baru ke sini lagi”, Soraya mengajak jalan bareng. Aku oke saja. Dan kami jalan naik angkutan umum.

Di rumah tante Soraya, aku dikenalkan dengan tantenya. Ternyata mereka ada darah arab di kakek buyutnya. Pantesan hidung Soraya mancung dan foto keluarga tantenya yang ditempel didinding berwajah kearab2an. Tak berapa lama anak tante yang sulung datang bersama teman sekolahnya. Katanya kelas dibolehkan pulang karena guru2 sekolah mau rapat.

“Begitulah anak SMA sekarang, sudah pacaran”, tante mengomentari kedatangan putranya dan pacarnya.
“Halo Soraya, apa kabar?” kata sepupunya menyalami Soraya
“Ini siapa? Pacar ya..”, dia menyalamiku juga
“Hush..”, Soraya memukul sepupunya, “Dia memang suka godain begitu”
“Iya dong. Kalau bukan pacar, masak jalan berdua terus dibawa kesini terus dikenalin. Ini aku juga bawa pacarku”, sepupunya terus menggoda. Lalu ia dan pacarnya berlalu ke beranda belakang.

“Tante jemput sibungsu dulu ya. Sudah kelas 3 SD masih minta dijemput. Kalau mau tambah minum, ambil sendiri di kulkas. Ada eskrim juga di kulkas. Jangan pulang dulu ya, tante belikan karedok enak”, kata tante sambil terus pergi meninggalkan rumah.
“Makan es krim yuk”, Soraya mengajak sambil menuju kulkas. Aku mengikutinya. Dan kami menyantap eskrim dimeja makan. Dari situ kami bisa melihat taman belakang yang rapi, ada tempat duduknya dimana anak tante dan pacarnya duduk berduaan. Sambil menyantap eskrim soraya dan aku ngobrol tentang keluarga dan pengalaman di Bengkulu.

Ditaman kami lihat anak tante juga asik ngobrol. Saling berpegangan mesra. Lalu berpelukan dan berciuman. Soraya dan aku kaget melihatnya. Tak lama kemudian tangan putra tante meremas2 dada pacarnya. Soraya dan aku terus menonton sambil makan eskrim. Lalu tampak putra tante membuka kancing baju sekolah pacarnya, menyibak bh dan meremas serta mencium susu pacarnya. Tangannya menggerayangi paha dan selangkangan. Soraya dan aku jadi terdiam melihatnya.

Lalu putra tante berdiri menggandeng pacarnya dan membawa masuk kesalah satu kamar.
Sejenak Soraya termangu, ia menatapku lalu kelihatan salah tingkah. Belum selesai kaget kami, entah sengaja atau lupa, korden kamar itu tidak ditutup, sehingga masih terlihat sepintas oleh kami, putra tante dan pacarnya mencopot baju mereka. Setelah itu tak terlihat di jendela karena mereka merebahkan diri. Aku merasakan jantungku berdebar dan demikian juga Soraya. Kupegang tangan Soraya dan dia membalas meremas tanganku. Kami tetap menatap ke jendela kamar itu. Sesekali terlihat punggung dan dada putra tante atau pacarnya, lalu hilang lagi karena merebahkan diri.

Karena tak terlihat, aku keluar mencari tempat yang lebih jelas untuk melihat. Dan kutemukan bahwa pemandangan dikamar akan terlihat jelas dari tempat jemuran dilantai atas.
“Dari atas kelihatan”, aku mengajak Soraya. Ia tidak bergerak, jadi segera aku tarik Soraya keatas.

Memang dari atas terlihat jelas dibalik jendela, putra tante dan pacarnya dalam keadaan bugil dan sedang bersetubuh di kasur. Meskipun agak jauh, terlihat bahwa ukuran susu sicewek cukup besar, dan penisnya putra tante terlihat panjang, mungkin karena turunan arab. Mereka berhubungan seks penuh semangat dengan berbagai posisi. Soraya meremas tanganku dan bersandar dibahuku. Kami menonton mereka sampai selesai.

“Mereka sudah pada mau pakai baju. Turun yuk.”, aku menarik Soraya yang masih terkesima. Soraya sama sekali tak berkata2 masih berdegup kencang dan lemas. Sampai dibawah, kuberi ia minum air putih dan kembali mengambil es krim, lalu pindah duduk ke ruang tamu di depan dan membaca majalah sambil makan eskrim.

“Nanti kalau mama pulang, bilangin aku ngantar pacar pulang ya?” putra tante keluar dari belakang bersama pacarnya
Karena Soraya tidak menjawab, maka segera kujawab, “Iya kak. Kami menunggu tante karena katanya mau dibelikan karedok”
“O iya, memang karedoknya enak. Oke sampai ketemu lagi. Kakak pergi dulu ya..”. Lalu kami bersalaman dengan mereka.

Tak berapa lama tante datang dan bilang sudah berpapasan dengan putra dan pacarnya. Lalu tante memperkenalkan anak bungsunya dan menyajikan karedok bagi kami. Aku lahap memakannya, sedangkan Soraya masih agak terdiam. Selesai makan karedok, karena sudah siang kami berpamitan, dan langsung menuju ke rumah om. Tante telah menelpon taksi untuk kami. Di dalam taksi, Soraya masih banyak diam. Sehingga kuberanikan diri memeluknya. Dan ia bersandar dipundakku sepanjang perjalanan.

Sesampai di depan rumah om kami berpapasan dengan Bi Oyah pembantu om , baru keluar rumah.
“Eh Asep.. Nenek baru tidur, jadi Bibi pulang dulu mau beres2 di rumah Bibi. Nanti bibi ke sini lagi”, katanya
“Iya Bi. Ini Soraya teman dari Bekasi. Om ada?” aku memperkenalkan soraya.
“Om pulangnya sore. Paling2 dua jam lagi sampai di rumah. Duduk2 dulu dan minum2 dulu ya Sep”, kata bi Oyah dan berpamitan.

Di rumah om, Soraya dan aku duduk di ruang tamu.
“Kamu nggak apa2 kan Soraya”, tanyaku
“Aku masih kebayang2 kejadian tadi. Sampai sekarang aku masih gemetaran,” katanya pelan.
Kupeluk dan kudekap erat Soraya. Cukup lama. Diapun mendekapku. Kucium keningnya. Lalu pipinya, “Kenapa kamu gemetaran?”

“Liburan lalu aku nginap di rumah saudara di kampung, dan tengah malam dari sebelah kamartidurku terdengar orang ngobrol2 mesra lalu main gituan. Aku gemetaran mendengarnya. Sejak itu aku jadi penasaran, tapi tak pernah dapat jawaban. Tadi aku lihat dengan mata kepala sendiri cara orang gituan. Makanya aku gemetaran”, jelasnya.

Soraya memandangku, “kamu kok tidak gemetaran?”
“Aku sudah pernah lihat orang gituan dari dekat”, kataku
“Hah?!”, Soraya tidak percaya.
“Sebentar..”, tiba2 aku teringat video porno paman. Siapa tahu paman meninggalkan videonya di dalam player. Waktu kubuka playernya, ternyata ada satu video, dengan tulisan yang tak kukenal. Mungkin tulisan China, Korea atau Jepang. Langsung saja kustel. Lalu duduk kembali memeluk Soraya.
“Film apa?”, tanya Soraya
“Lihat saja”, jawabku

Sepasang remaja Jepang bermain dan bercanda dipantai dengan pakaian minim dan bikini, lalu masuk ke kamar hotel. Di kamar mereka mencopot pakaian, bugil dan mandi bersama. Kulihat Soraya sangat serius menonton video itu. Sambil mandi pasangan remaja itu saling berciuman dan menciumi bagian2 tubuh lawan mainnya. Yang cowok menciumi susu dan vagina cewek, sedangkan yang cewek menciumi dada dan penis cowok. Sambil bersandar di bahuku, Soraya mendekap erat. Aku membelai2 dan meremas dadanya.

Pasangan remaja itu mengeringkan tubuh dengan handuk, lalu melanjutkan permainan seks mereka di kasur. Dengan cewek dibawah, si cowok mengarahkan dan memasukkan penis ke vagina cewek. Soraya sedikit meringis menyaksikan adegan itu. Di tivi cowok itu menghunjamkan penis berulang2, sedangkan aku menyusupkan tangan ke paha dan selangkangan Soraya. Ia memejamkan mata, maka kucium bibirnya. Ia kaget, tapi diam dan akhirnya membalas ciumanku. Lama kami berciuman, dan adegan hubungan seks terus berlangsung. Akhirnya kumatikan video, kucium Soraya dan kuraba dadanya, lalu perlahan kutuntun dia ke salah satu kamar yang pintunya terbuka, yang biasanya menjadi kamar tamu. Bersama kami duduk ditepi tempat tidur.

Soraya duduk menatapku. Aku berjongkok didepannya, mencium bibirnya lagi dan meremas dadanya. Lalu aku membuka kancing bajunya, menyingkap bhnya dan menciumi susu2nya. Akhirnya kucopot semua pakaian, rok dan cdnya hingga ia bugil, lalu kurebahkan dikasur. Aku juga segera mencopot seluruh pakaian, sambil melihat tubuh mulus Soraya. Susunya masih kecil tapi hampir sama besar dengan susu Diah, dengan puting kecil berwarna coklat muda. Bulu jembutnya masih sedikit sehingga terlihat bibir vaginanya yang tipis.

Setelah sama2 bugil aku menghampirinya, rebah disampingnya. Soraya menatapku diam dan menunggu. Maka mulailah aku mencium bibirnya yang dibalas dengan ciuman dan pelukan. Tanganku bergerak meraba2 susu, puting, perut, paha, dan vaginanya. Aku juga menuntun tangannya untuk memegang penisku. Saat memegang penis, ia kaget dan segera melepas. Tapi kutuntun lagi tangannya memegang penisku yang semakin ngaceng. Dan kubantu tangannya untuk mengelus2 penisku.

Aku merangkak keatas tubuh Soraya dan menindihnya. Menggesek2kan penisku di vaginanya. Waktu aku mau melihat vagina dan memainkan vagina seperti di video porno, dia menarikku dan memelukku dan mencium bibirku, seolah melarangku melihat vaginanya.

Setelah merasa sangat ngaceng, aku meluruskan dan mengarahkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku menurunkan pantat dan mulai menekan penis untuk masuk ke vaginanya. Soraya memegang pinggulku dan menahan agar tidak turun.
“Jangan..”, katanya memohon agar penisku jangan menembus vaginanya.Aku juga tersadar bahwa kami masihlah anak2 SMP

Akhirnya aku melakukan gerakan berhubungan seks tanpa memasukkan penis ke vaginanya. Penisku bergerak menggesek2 vagina Soraya. Adegan dan gerakan ini merangsang Soraya sehingga dia terengah2. Kubalikkan posisi sehingga aku dibawah dan Soraya diatasku. Gantian dia yang menggerak2kan pinggulnya, menggesek2an vaginanya ke penisku yang ngaceng. Terus kami lakukan itu bergantian berguling2an. Sampai akhirnya Soraya mengerang dan lemas.

Aku meneruskan menggesek2kan penis ke vaginanya sampai akhirnya maniku keluar. Seperti di video porno, maniku kumuncratkan di perut Soraya. Akhirnya kami sama2 lemas. Aku segera mencari tisu atau lap untuk membersihkan mani di perut Soraya atau yang berceceran. Lalu kami segera memakai baju dan bergantian ke kamar mandi. Setelah bersih kami merapikan kembali tempat tidur.

Kami kembali duduk di ruang tamu dalam keadaan lemas. Soraya tak hentinya memegang tanganku, mencium pipiku dan merebahkan kepalanya di dadaku. Ia terus tersenyum. Kelihatannya ia telah lega sekarang.

Tak lama kemudian Bi Oyah datang, nenek bangun dan om pulang. Kami ngobrol sebentar dan mohon pamit karena ditunggu rombongan untuk pulang ke kota masing2.

Akhirnya Soraya dan aku pulang ke kota masing2 dengan kenangan yang sangat indah. Disitulah aku pertama kali bergumul bugil2an dengan wanita, walaupun hanya sampai menggesek2an penis di vagina.

Konyolnya, soraya dan aku lupa menanyakan alamat, sehingga kami tidak bisa berkirim surat atau menelepon. Yang tinggal hanyalah kenangan dan kerinduan. Tetapi aku sudah tahu kira2 rumah tantenya, dan Soraya sudah tahu kira2 rumah om ku. Mudah2an nantinya, kedua rumah kenangan itu bisa menjadi penghubung yang mempertemukan kami lagi.

.

Oral Seks

Duduk dikelas 3 SMP memberiku tekanan untuk terus konsentrasi belajar dan harus lulus EBTA dengan baik untuk dapat meneruskan ke SMA yang bagus. Sayangnya pengalaman pendidikan pengenalan seksku yang tiba2 banyak, membuat konsentrasi belajar menjadi buyar. Nilai2 ulangan semua mata pelajaran turun. Aku resah, tetapi ternyata bukan hanya aku, sekolahkupun resah. Pelajar yang biasanya nilainya lumayan kok tiba2 jeblok. Maka mulailah aku dipanggil ke ruang kepala sekolah, yang bersama wali kelas menanyakan permasalahanku. Lalu dipanggil ke ruang BP (Bimbingan Penyuluhan) untuk membantuku. Aku hanya menjawab bahwa aku rindu orangtua di Bengkulu karena sudah lebih dari dua tahun tidak bertemu.

Mereka berusah menghibur dan membangkitkan semangatku. Mereka juga sepakat bahwa untuk mengembalikan konsentrasiku, beberapa guru dari beberapa mata ajaran utama akan memberiku les privat selama sebulan. Setiap pulang sekolah sampai sore aku wajib belajar privat di sekolah atau di rumah masing2 guru. Tapi karena siang hari sekolah sepi, akhirnya aku harus ke rumah guru. Aku jadi ingat saat harus sering belajar privat untuk lomba pelajar teladan. Aku jadi ingat sama Diah.

Siang itu adalah jadwal privat Bahasa Indonesia, ini adalah privat yang ketiga kalinya aku datang ke rumah Bu Lia. Biasanya Pak Endang, suami Bu Lia yang membukakan pintu, namun kali ini Bu Lia sendiri yang membuka pintu dan kami privat di ruang tamu. Setelah selesai biasanya Pak Endang menemani dan kami ngobrol sebentar dan Pak Endang turut memberiku semangat. Tapi kali ini dia tidak keluar menemuiku.

“Bapak kemana Bu? Sakit?”, tanyaku
“Tadi pagi sama temannya ada urusan ke Bandung. Katanya urusannya sampai sore terus langsung kembali lagi, paling2 sekitar jam 7 jam 8 sampai rumah,” jawab Bu Lia

“Jar, kalau menurut ibu, hilangnya konsentrasi kamu karena masalah cewek”, Bu Lia membuka pembahasan. Aku diam tidak menjawab.
“Ibu perhatikan dulu kamu dekat dengan Diah dan menurut ibu cukup dekat. Ibu tahu dari wajah dan bahasa tubuh kalian,” Bu Lia coba memancing. Aku masih diam.

“Satu lagi. Ingat waktu kamu dan teman2 sekolah membantu mempersiapkan pernikahan ibu di rumah orang tua ibu?” tanyanya
“Iya. Kami sampai harus menginap semalaman”, jawabku
“Kamu dan anak2 laki tidur di bale di luar dekat tenda. Disitu ibu lihat kamu berbeda”, katanya. Aku tertegun dan ingin mendengar penjelasannya.

“Tidak seperti anak lain, kamu tidur pakai sarung dan dibalik sarung kamu tidak pakai celana atau celana dalam”. Sebelum sempat bertanya Bu Lia melanjutkan, “Malam itu ibu beberapa kali keluar, ibu lihat kamu seperti bermimpi dan ibu lihat dibalik sarung penismu ngaceng. Lalu dinihari ibu keluar lagi, dan ibu lihat lagi2 penismu ngaceng dan sarungmu basah. Kamu mimpi basah. Jadi menurut ibu masalah kamu adalah masalah wanita”, kata ibu menyimpulkan.

“Darimana ibu tahu, kalau aku ngaceng?” tanyaku menyelidik
“Justru ibu juga kaget, karena kelihatannya ukuran penismu besar sehingga terlihat jelas. Kalau ibu perhatikan, kamu tidak pernah pakai celana dalam. Ini berarti kamu sudah banyak tahu tentang seks. Kamu sudah berhubungan badan dengan Diah? Atau seseorang?”, tanyanya. Aku menggelengkan kepala.

“Kalau begitu pengalaman seks apa yang pernah kamu rasakan”, Bu Lia merendahkan suaranya. Dari tadi nadanya memang tidak memaksa, tetapi mencoba menjadi seorang sahabat.

Ragu2, aku mulai menceritakan pengalamanku dengan Ceu Kokom sampai Soraya, dan tahu seks melalui film porno. Bu Lia menghibur aku, bahwa waktu kuliah dia juga pernah beberapa kali nonton film porno bersama geng cewek. Tetapi pengalamannya dengan beberapa lelaki hanyalah sampai cium kening dan pipi. Sedangkan pengalaman seks hanya dengan suaminya, dan itupun tidak seheboh seperti di film porno.

Aku dengar memang Bu Lia adalah guru primadona, karena memang wajahnya mirip paramita rusady dan perawakannya cukup tinggi dan langsing. Tambah lagi ia selalu rapi, segar dan murah senyum. Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya dan beberapa pernah dekat dengannya walaupun sebentar. Ia memutuskan untuk memilih Pak Endang perjaka tampan insinyur teknik, dan menikah beberapa bulan lalu.

Bu Lia bercerita tentang adegan film porno yang pernah ditontonnya. Ceritanya terbuka dan vulgar, membuatku risih tapi sekaligus terangsang, sehingga tanpa bisa dicegah, penisku ngaceng. Meskipun aku sedang dalam posisi duduk, tetapi lekuk penis ngacengku terlihat di celana.

“Coba kamu berdiri”, kata Bu Lia. Aku ragu dan malu karena penisku ngaceng, tetapi Bu Lia membantuku berdiri.
“Kamu memang tidak pernah pakai celana dalam, jadi kalau lagi ngaceng bisa kelihatan”, katanya. Lalu menarikku pindah dari ruang tamu ke ruang makan. Dia duduk di kursi makan sedangkan aku berdiri disampingnya.

Lalu dia meneruskan cerita adegan di film porno. Yang membuat aku kaget dan deg2an adalah sambil bercerita, tangannya mengusap2 celana persis dibagian penisku yang ngaceng. Aku yang tadinya bingung akhirnya memutuskan untuk menikmati belaian tangan Bu Lia. Memejamkan mata dan sedikit mendesah.

Saat sedang asyiik menikmati rabaan, tiba2 Bu Lia memelorotkan celanaku dan secara reflek aku menutupi penis dengan tanganku. Dengan lembut dan perlahan Bu Lia menyingkirkan tanganku dari penis. Sejenak dia memperhatikan penisku dan mengukur dengan jengkalan tangannya. Lalu membelai2 penisku.

“Hebat kamu, kecil2 tapi burungnya gede”, katanya.

Lalu dia melanjutkan cerita adegan film porno lagi, sambil memberi contoh. Saat bercerita tentang adegan si wanita mencium penis si laki2, Bu Lia juga menciumi penisku Lalu…diemut!. Ahh… aku kaget, berjuta rasa berkecamuk. Ini pertama kali penisku diemut. Ibu guruku yang primadona itu mengemut penisku. Lalu dia memasukkan penisku lebih dalam ke mulutnya. Mengeluarkan dan memasukkan penisku kemulutnya. Berulang-ulang.

Lama juga Bu Lia menikmati penisku. Daripada berdiri, aku merebahkan diri, dan Bu Lia tetap tak mau melepaskan penisku dari mulutnya, ia mengemut sambil tiduran. Kulihat belahan dadanya, maka tanganku menggerayang menyusup bh, mengelus2 susunya. Bu Lia mendekatkan susunya agar mudah terjangkau tanganku.
Bu Lia bercerita lagi, dan semakin bernafsu memainkan penisku. Aku menggeser badanku sehingga kepalaku lebih dekat ke bagian pinggulnya. Kusingkap roknya, dan kuperosotkan celana dalamnya. Bu Lia membantu membuka rok dan mencopot celana dalamnya sendiri, sambil tetap mengemut penisku. Wow, vaginanya tebal dengan bulu jembut yang juga tebal.

Kuberanikan diri mendekatkan wajahku ke vaginanya, Bu Lia dengan sadar membuka kakinya sehingga terlihat jelas vaginanya. Pemandangan ini tidak kusia2kan. Tanganku segera membelai jembut dan vaginanya. Kubuka bibir vaginanya dan inilah pertama kali aku melihat bagian dalam vagina. Ada itil dan ada lubang.

Sesuai dengan celotehan Bu Lia tentang adegan berikutnya, maka aku mainkan itilnya dengan jariku. Bu Lia menggelinjang. Lalu jariku memainkan lubang vaginanya. Dengan rasa penasaran aku mencoba mengikuti jalan cerita Bu Lia untuk menciumi vaginanya. Saat kucium, sejenak Bu Lia menghentikan mengemut penisku. Lalu kucium lagi, kubuka bibir vaginanya dan itilnya kujilati dengan lidahku. Ahh.. Bu Lia mendesah dan meremas kuat penisku, lalu mengemut dan mengocok penisku dengan mulut dan tangannya. Bu Lia berhenti bercerita dan menikmati permainan kami.

Setelah itil, kujilati juga seluruh bagian vaginanya dan lubang vaginanya. Rasanya aneh, aku ingin meludah. Akhirnya aku hanya menciumi bagian luar vaginanya. Cukup lama aku menikmati menciumi dan menjilati vagina. Selanjutnya kuarahkan jariku ke lubang vaginanya. Kumasukkan jariku kedalamnya. Bu Lia mendesah lagi. Di dalam vagina Bu Lia kurasakan ada gundukan2 kecil. Didalamnya, jariku serasa dipijit2 oleh vaginanya. Kukeluar masukkan jariku ke vagina, Bu Lia menggelinjang2. Terus kulakukan sampai akhirnya Bu Lia mengejang. Kelihatannya dia sudah sampai puncak nikmat.

Adegan ini membuatku semakin terangsang. Setelah cukup lama, kurasakan penisku mau mengeluarkan mani. Aku bernafas kencang, Bu Lia semakin mempercepat ngocoknya. Dan akhirnya…. Aaahhh, maniku muncrat keluar. Bu Lia tidak siap, sehingga sebagian maniku masuk ke dalam mulutnya dan sebagian mengenai muka dan matanya.

Aku terlentang lemas dengan wajah masih mencium vagina Bu Lia. Sementar Bu Lia juga lemas dengan kepala di pahaku dan mencium penisku yang mulai meloyo. Tak lama kemudian ia mengambil lap untuk membersihkan mani dan cairan vaginanya yang berceceran di lantai. Lalu dia menuntunku kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Aku menyiram dan membersihkan penis dan sekitar selangkangan. Bu Lia mengambil handuk dan kemudian ikut masuk kamar mandi untuk membersihkan. Ternyata Bu Lia malah mencopot baju dan bh nya sehingga bugil. Wah ternyata badan Bu Lia mulus, dengan warna kulit khas orang sunda. Susunya tidak terlalu besar, tetapi putingnya cukup panjang, mungkin hampir 1 cm. Bu Lia berusia 22 tahun dan baru menikah dengan Pak Endang beberapa bulan lalu.

“Kalau habis seks, sebaiknya mandi”, dia menjelaskan. Aku ikuti sarannya dan mencopot semua pakaian dan mandi bersama.

Bu Lia membantu memandikanku dan dia menyabuniku dari atas. Agak lama dia menyabuni penisku, sambil digosok2. Katanya biar bersih, tapi kenyataannya penisku menjadi ngaceng lagi, dan dia tersenyum. Lalu dia minta aku menyabuninya. Aku juga menyabuni Bu Lia dari atas sampai bawah, dan sengaja berlama2 saat menyabuni susunya. Bukan hanya menyabuni tapi meremas2 susu dan memainkan putingnya. Bu Lia tersenym. Begitu juga saat menyabuni vaginanya, aku memainkan itilnya. Setelah menyiramkan air untuk menghilangkan sabun, kulihat susunya sangat menantang. Aku beranikan diri mencium dan menghisap susu. Bergantian kiri dan kanan

Aku semakin ngaceng lagi, dan kutempelkan penis ngacengku ke pantat dari belakang. Lalu membalikkan tubuh Bu Lia dan menempelkan penis ke vaginanya dari depan. Kugesek2an dan kami berciuman. Permainan ini membuatku ingin mencoba memasukkan penis ke vagina. Kupegang penisku dan kuarahkan ke vaginanya.

“Jangan ya.. ibu belum hamil. Ibu ingin punya anak dari Pak Endang”, katanya lembut.
“Digesek2 gini saja” katanya sambil mempercepat gerak pinggulnya.

Kelihatannya Bu Lia menikmati gesekan penisku divaginanya, dia mendesah2 hingga erangan panjang menandai bahwa ia telah mencapai puncaknya. Bu Lia lemas dan merebahkan kepalanya dipundakku. Sedangkan aku terus menggesek2an penisku. Bu Lia terduduk lemas di kamar mandi, sekalian kurebahkan dia dan kuciumi seluruh tubuhnya. Dan kembali aku menciumi dan memainkan vaginanya. Jilatan di vagina membuat Bu Lia terangsang kembali dan mendesah2 memegangi kepalaku untuk dibenamkan ke selangkangannya.

“Sudah dulu ya.. terus cepat mandinya. Sebentar lagi Pak Endang pulang”, tiba2 Bu Lia menghentikan permainan kami karena ingat suaminya segera datang.

Tanggung penisku sudah ngaceng, aku merangkak menindih tubuh Bu Lia, “aku mau keluar Bu”, kataku memohon, Bu Lia tersenyum mengangguk. Lalu kogoyang2 pantatku menekan selangkangannya. Sementara tangan Bu Lia memposisikan dan menjaga penisku agar tidak masuk ke lubang vaginanya. Cukup lama aku bergoyang. Bu Lia yang tadinya pasrah menunggu aku keluar akhirnya menikmati lagi. Aku mempercepat goyangan dan akhirnya maniku meledak keluar di perutnya.

Kelihatannya Bu Lia juga akan memuncak, kedua tangannya memegang erat pinggulkan sambil menggoyang2kan pinggulnya dan menggesek2 vaginanya ke kelaminku. Sampai akhirnya iapun mencapai puncak dan kami terkulai lemas di kamar mandi.

“Aku.. tiga.. kali..sama..kamu..”, kata Bu Lia dengan napas terengah2. Maksudnya tiga kali mencapai puncak.

Tanpa istirahat, Bu Lia langsung mandi. Sedangkan aku membersihkan penisku dulu. Saat akan membersihkan, aku melihat penisku basah diselimuti cairan, tapi bukan maniku, tapi seperti cairan vagina. Aku kaget, apakah saat gesekan terakhir saat Bu Lia memuncak, tanpa sadar dan tanpa terasa penisku masuk ke vaginanya. Aku memandang Bu Lia yang sedang mandi, diapun melihatku memperhatikan penisku. Dia hanya tersenyum penuh arti dan meneruskan mandi.

Kami selesai sebelum Pak Endang pulang. Saat pamitan aku ucapkan terimakasih kepada Bu Lia. Diapun mengucapkan terimakasih dan berharap kejadian ini menambah semangat dan konsentrasi belajarku.

Setelah hari itu, aku masih 4 kali lagi les privat di rumah Bu Lia. Tetapi tidak ada kesempatan untuk mengulang menciumi vagina Bu Lia, karena Pak Endang selalu ada di rumah. Paling2 saat tahu Pak Endang mandi atau ke warung, kami memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk saling meraba dan mencium vagina dan penis.

Bu Lia, guru bahasa indonesiaku memberiku pengalaman pertama penisku diemut dan juga pengalaman pertama menciumi dan memainkan vagina. Dan menyisakan misteri apakah penisku sempat masuk ke vaginanya


.

Satu Coblos Saja

Kakek sakit2an. Karena tidak ada anak2nya yang tinggal di kampong, akhirnya kakek dibawa oleh Om untuk tinggal di Bandung. Anak kakek yang paling dekat, tinggal di Jogjakarta. Yang lainnya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tidak adanya kakek, maka aku tinggal sendirian di rumah. Untuk pindah rumah dan pindah sekolah sudah tanggung karena beberapa bulan lagi EBTA (ujian akhir). Paling2 nanti waktu masuk SMA aku pindah kota. Mang Alit menawari aku untuk SMA di jogja, oleh karena itu liburan sekolah kali ini aku diundang untuk main ke Jogja.

Tiba di Jogja hari minggu di jemput Mang Alit di stasiun kereta. Rumah Mang Alit sederhana, ditinggali oleh istri, tante Retno dan dua anaknya yang masih kecil. Evi yang TK dan Eti masih bayi. Malam itu Mang Alit menyampaikan SMA yang bagus di Jogja dan di dekat rumah. Besok aku diminta utk melihat2 sekolah2 itu.

Esok pagi aku terlibat aktivitas harian di rumah Mang Alit. Pagi2 Tante Retno menyiapkan sarapan dan mengurus persiapan Evi sekolah. Aku membantu memandikan dan memakaikan seragam sekolah Evi. Setelah sarapan bersama, Mang Alit berangkat ke kantor sambil mengantar Evi. Setelah itu Tante Retno merapikan dan membereskan rumah, mengurus bayi, baru keluar untuk urusan belanja, dan bertetangga dll. Biasanya Tante Retno memanggil salah satu anak tetangga untuk menjaga bayi Eti saat Tante sibuk beraktifitas. Namun karena ada aku maka aku yang diminta tolong untuk menjaga Eti.
“Jar, jagain Eti ya. Tante mandi dulu”

Aku menjaga Eti yang tidur dikamar Mang Alit dan memandangi sosok bayi mungil yang tertidur pulas dengan damai. Aku merebahkan diri dan tiduran disebelah bayi itu. Lalu Eti menggeliat2 mencari ibunya dan tak berapa lama kemudian menangis. Mendengar bayinya menangis, Tante Retno segera keluar dengan hanya menutupi tubuhnya dengan handuk. Ia segera menghampiri bayinya, membuka handuknya dan menyodorkan susunya kepada si bayi.

Kelihatannya Tante Retno lupa bahwa yang menjaga bayinya bukanlah anak perempuan kecil tetangganya, tetapi diriku yang laki2 dan sudah kelas 3 SMP. Dan aku terkesima melihat susu Tante yang berkulit coklat dengan puting yang coklat gelap dan lingkaran putingnya cukup besar. Dan karena ia membuka handuk untuk menyusui, maka terlihat juga bulu jembut yang menutupi vagina Tante Retno. Tubuhnya masih mulus dan padat karena usia tante masih 25 tahun. Terasa air liurku keluar dan aku menelan ludah.

“Eti tenang ya kalau disusuin”, kataku. Tante Retno hanya memberi tanda jari telunjuk dimulut, menyuruhku untuk tidak berisik.

Sambil menyusu, tangan bayi itu memegang2 susu Tante Retno yang satunya lagi. Sebuah pemandangan yang merangsang bagiku. Saat tangan mungil itu melepas pegangannya ke susu, aku raih tangan itu dan aku tempelkan lagi ke susu Tante lalu kugerak2an di susu dan putingnya. Karena tangan bayi itu kecil, maka tanganku juga ikut menyentuh dan membelai2 susu tante. Melihat ini Tante Retno tak berani bereaksi karena takut Eti terganggu dan menangis.

Sadar bahwa tante tak bisa bergerak dan terlihat menikmati menyusui bayi, aku segera melepas tangan mungil bayi dan membiarkan ia meraba2 sendiri susu ibunya. Sedangkan tanganku bergerak membelai perut lalu menuju jembut. Tante tetap tak bergerak. Dia hanya menutupkan handuk ke tanganku yang sedang membelai jembutnya. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya, apakah marah atau malah menambah nikmat menyusui.

Karena kaki tante merapat, aku hanya bisa meraba jembut dan tak bisa memegang vagina. Oleh karena itu aku turut dan berpindah ke sisi tempat tidur satunya. Dari belakang tante aku bisa melihat bibir vagina yang dikepit paha yang rapat. Aku membelai2 kepala bayi dari belakang tante.

“Nyusunya banyak ya Tante?”, tanyaku. Sekali lagi tante mengisyaratkan aku untuk tidak berisik.

Sambil membelai2 kepala bayi, tanganku yang satunya membelai vagina tante. Tante malah terpejam. Aku benar2 tidak tahu apa yang ada dalam pikiran tante. Tak lama kemudian, si bayi sudah terlelap, dan tante menarik pelan2 putingnya supaya lepas dari mulut bayi. Lalu ia berdiri membenahi handuknya.

“Jagain Eti lagi ya, tante mau neruskan mandi”, katanya seolah tadi tak terjadi sesuatu.
“Jagain Eti ya, tante mau belanja dulu”, katanya selesai mandi dan berpakaian.

Setelah Tante selesai dengan urusannya, barulah aku pamit keluar rumah untuk melihat2 suasana beberapa SMA disana. Jogja lebih rame dibanding Tasik apalagi dibanding kampungku.

Keesokan harinya, kejadian pagi hari kemarin terjadi lagi. Aku menemani si bayi menyusu pada tante Retno. Ikut membelai2 susu dan jembut tante. Lalu aku berjalan kesebelah punggung tante dan mengusap2 bibir vaginanya. mirip. Kali aku sengaja hanya pakai sarung tanpa celana, dan saat berjalan tante melihat penisku tegang. Sehingga saat aku membelai2 vaginanya, tangan tante menyentuh2 dan meraih penis ngacengku yang tertutup sarung. Kusingkap sarung sehingga tangan tante dapat memegang langsung penisku.

Aku bergerak agar penisku mendekat ke vagina tante, lalu kusentuh2kan penis ke vaginanya. Aku ingin sekali merasakan penis yang masuk ke vagina. Tetapi tiba2 tante menahanku. Tapi aku tahu tante tak mungkin bergerak karena si bayi masih menyusu, jadi kuluruskan lagi penisku ke vaginanya. Sambil tetap memegang penisk, tante berusaha menahan doronganku. Akhirnya dia hanya menggerak2kan penisku bergesekan dengan vagina.

Bayi terlelap, tante beranjak melanjutkan mandi lalu belanja, tak lupa ia menitipkan si bayi utk kujaga apabila terbangun. Setelah urusan tante selesai, aku kembali mengitari SMA lain untuk membandingkan. Kelihatannya aku cocok di kota ini.

Keesokan paginya kembali aku menjaga si bayi dan mengharapkan kejadian seperti kemarin terjadi lagi. Namun kali ini, si bayi tertidur lelap sampai tante selesai mandi. Yang berarti pupus harapanku melihat tante terburu2 datang menyusui bayi dengan hanya menggunakan handuk, karena biasanya selesai mandi, tante keluar kamar mandi dengan menggunakan baju lengkap. Padahal hari ini adalah hari terakhirku di rumah paman, nanti sore aku kembali naik kereta malam.

Tapi ternyata aku salah. Walaupun mandinya sudah selesai, tante tetap menggunakan handuk dan tiduran disebelah bayinya. Menurut tante, karena nanti dia mau belanja agak lama, jadi harus nyusuin bayi dulu. Tapi aku bingung kenapa menyusui harus menggunakan handuk, kan bisa pakai baju lalu bh nya disingkap.

Tak mau ambil pusing, aku yg masih rebahan disebelah bayi, menggerakkan tanganku menerobos handuk untuk memegang susu2nya. Lalu bergerak menuju jembutnya.
Seperti hari2 kemarin, aku berjalan kebelakang punggung tante. Setelah membelai vaginanya, aku menyingkap sarung dan menggesek2kan penis yang telah tegang ke vaginanya. Tante memegangi penisku. Selanjutnya aku coba mengarahkan lagi penisku untuk kumasukkan ke vagina. Tante menahan gerakanku.

“Boleh dong tante.. aku belum pernah memasukkan kontol ke memek”, dengan suara berbisik aku meminta. Tante menggelengkan kepala.

“Sekali dorong saja tante.. setelah itu tidak”, aku menawar.

Tante diam tidak menggelengkan kepala dan melepaskan tangannya dari penisku, sambil menunjukkan isyarat dengan jarinya bahwa hanya boleh satu kali masuk. Aku merasa mendapat izin, maka kudorongkan penis menusuk vagina. Tetapi selalu meleset. Karena bibir vaginanya tertutup rapat, aku tidak tahu dimana posisi lubang vagina. Beberapa kali gagal, akhirnya tante memegang kembali penisku. Dia membantu mengarahkan penisku ke lubang vaginanya.

Kutekan penisku pelan2 dan mulai masuk kedalam. Saat mulai masuk, kulihat tante sedikit menggeliat sehingga aku menghentikan dorongan. Terasa ada cairan dan kehangatan menyelimuti penis. Kutekan lagi pelan2 dan kuhentikan. Kurasakan vagina tante bergerak2, penisku serasa dipijit2. Lalu kutekan, stop, kutekan lebih dalam, stop, sampai akhirnya ujung penisku menyentuh sesuatu dan tak bisa kutekan lebih dalam. Karena hanya boleh satu kali, maka kubiarkan penisku berada didalam vagina, kupejamkan mata untuk menikmati, kurasakan vagina tante menjepit2.

Setelah beberapa menit, tante mendorongku untuk mencabut penis dari dalam vaginanya. Kulihat penisku basah.
“Cuci dulu”, kata tante sambil menyuruhku ke kamar mandi. Eh, akhirnya tante ngomong juga.

Setelah itu tante mandi lagi, menyusui bayi lalu belanja. Ternyata belanjanya hanya sebentar, tidak lama seperti katanya tadi. Dan setelah itu aku keliling melihat SMA sekitar. Sorenya diantar paman ke stasiun kereta untuk pulang ke Tasik lewat Bandung. Saat berpamitan dengan tante dan keponakan2, tante memandangku tajam dan mengucap terimakasih. Kubilang bahwa akulah yang berterimakasih.

Dikereta malam diantara tidur, aku memegang selangkanganku.
“Kamu sudah tidak perjaka lagi”, kataku bangga kepada penisku.

.

Darah Perawan

Untuk memudahkan perawatan dan pengobatan, kakek tinggal di Bandung, sedangkan untuk urusan makan, aku dititipkan ke Bi Neneng, tetangga sebelah. Karena tidak ada kakek dirumah, sore aku punya waktu luang untuk main dan berkumpul dengan teman2 di kebon balai desa. Kebon ini seperti markas bagi kami. Dari markas inilah aku dapat tawaran utk makan dirumah mereka. Beberapa kali aku makan di rumah Kang Maman, Kang Dedi, Teh Euis, Ceu Ita. Mereka semua baru berkeluarga sehingga kami selalu makan bertiga dengan istri atau suaminya, kecuali Teh Euis baru akan menikah minggu depan sehingga kami makan dengan orangtua dan saudara2 Teh Euis.

Karena kami akrab sejak dulu, makan dirumah mereka serasa makan di rumah sendiri. Kecuali di rumah Kang Maman. Istrinya, Ening, masih menunjukkan rasa kesal atas kejadian di saung beberapa bulan lalu. Saat itu, dengan menonton mereka berhubungan, aku menjadi satu2nya laki2 selain suaminya yang pernah melihat Ening bugil, Ening mengerang nikmat, dan pernah memegang serta memasukkan jariku ke vaginanya. Setiap melihat Ening membangkitkan memori itu dan membuatku terangsang. Tetapi setiap melihat sorot mata Ening, aku menjadi merasa bersalah dan ingin segera pergi.

Saat makan di rumah Euis, bapaknya bilang bahwa Euis akan menikah minggu depan. Dan karena rumah barunya belum selesai, Euis dan suaminya akan tinggal di rumah kakekku selama 2-3 bulan. Hal ini sudah dibicarakan dan diizinkan oleh kakek dan om di Bandung.

“Jadi nanti kamu nanti tidak sendirian dan minta makan sama Euis saja”, kata bapaknya Euis.
“Asyik dong..”, seruku lalu ‘tos’, tanganku dan tangan Euis bertepukan melakukan salam persahabatan kami.

Sebelum acara pernikahan, mereka mulai boyongan beberapa perlengkapan rumah ke rumah kakek. Hari pernikahan dan malam pengantin dilaksanakan di rumah orangtua Euis, baru hari kedua setelah pesta pernikahan Euis dan suaminya Kang Ohim buru-buru ngungsi ke rumah kakek, karena hari ketiga suaminya sudah kerja lagi. Kang Ohim berperawakan kecil. Tingginya sama atau mungkin lebih pendek setengah centi dari Euis, istrinya. Untung Euis tidak pernah pakai sepatu hak.

Suatu hari aku pulang agak sore dan masuk lewat pintu belakang. Rumah sepi, tapi aku mendengar sedikit bunyi2an, datangnya dari kamar Kang Ohim. Aku menghampiri pintunya yang tidak tertutup rapat. Dari celah itu terlihat Kang Ohim sedang menindih Euis sambil keduanya bugil. Rupanya Kang Ohim sudah pulang dan ternyata itu bunyi orang yang berhubungan seks tapi ditahan karena takut kedengaran.

Asyik juga menonton orang main seks, walaupun hanya terlihat sedikit. Tapi tak lama, karena Kang Ohim sudah mencapai puncak dan kecapaian, sedangkan Euis masih mendekap Kang Ohim dan melanjutkan gerakan untuk mencapai puncak. Mata Euis menatap keatas, lalu.. ia melihatku!. Sejenak ia menghentikan gerakannya. Dan aku segera beranjak pergi ke belakang menuju kamar mandi.

Di kamar mandi itu aku mengeluarkan penisku yang tegang dan coba beronani dengan sabun. Belum sempat aku mengambil sabun, Euis dengan hanya menggunakan daster sudah masuk ke kamar mandi.

“Kamu ngintip ya, bandel!, teman sendiri diintip. Nggak kompak nih!” gaya khasnya nyerocos mengomeliku.
“Maaf, nggak sengaja”, kataku membela diri sambil mengajak dia ‘tos’
“Iya tahu, kamu nggak sengaja. Tapi harusnya segera pergi, jangan malah diam menonton”, katanya sambil ‘tos’ dan balik badan untuk berlalu.

Tiba2, sebelum melewati pintu keluar kamar mandi, langkahnya berhenti, dan dia berbalik kearahku.

“Coba menghadap sini!”, katanya dan akupun menghadap kearahnya
“Kamu ngaceng ya lihat aku”, katanya menegurku. Aku belum sempat menjawab, ia berkata, “tapi burungmu gede banget”. Lalu ia keluar kamar mandi.

Sebenarnya aku malu pada Euis, tapi tanggung sudah ngaceng, maka aku berniat meneruskan onani. Belum sempat aku onani, Euis sudah masuk kamar mandi lagi.

“Kamu bisa tolong aku nggak”, katanya sambil ngajak aku ‘tos’
Aku membalas salam persahabatan ‘tos’, “buat teman sih ayo saja. Memangnya menolong apa?”
“Kang Ohim tidur kecapekan. Aku sudah diperawanin dia sejak malam pengantin. Cuma aku bingung, kok nggak ada darah perawannya. Pagi2 aku buru2 cuci seprei dan bilang untuk bersihkan seprei dari mani dan darah perawan. Nah sampai sekarang aku ngewe sama dia tak pernah ada darah perawan, padahal kan aku belum pernah ngewe sama siapa2, aku masih perawan”, katanya.
“Terus, maksudmu minta tolong?”, aku bertanya ke Euis karena belum menangkap maksudnya

Euis mendekatkan mulutnya ke kupingku dan berbisik, “mungkin gara2 burungnya Kang Ohim kecil. Tadi kulihat burungmu besar. Siapa tahu kalau pakai burungmu bisa ada darah perawan”
“Ah yang bener saja. Kita kan teman”, kataku
“Aku penasaran”, katanya. Di menyeretku ke dapur, merebahkan diri di lantai dan menyingkapkan dasternya sehingga terlihat vaginanya yang tebal dengan bulu2 yang masih jarang dan halus disekelilingnya. Khas pemandangan vagina berumur 17 tahun.

“Bener nih?”, aku terangsang. Euis mengangguk “ayo cepetan!”

Aku mencopot celanaku dan Euis membuka selangkangannya. Terlihat bibir vaginanya merekah dan didalamnya ada itil yang kecil, sedangkan bibir dalamnya merah. “Jangan dilihatin. Langsung saja coblos. Tapi pelan2, takut sakit kalau dimasukin yang gede”, kata Euis tak sabar tapi juga takut.

Kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, kudorong pelan2. Penisku mulai masuk ke vaginanya dan aku merasakan nikmat yang luar biasa. Kudorong lagi dan lagi, aku berusaha memasukkan semua penisku ke dalam vagina Euis. Ketika hampir semua batang penisku masuk, tiba2 di dalam terasa ada yang menahan sedikit, lalu ujung penisku membentur dinding dalam vaginanya. Saat itu Euis terhenyak dan menggigit bibirnya.

Ia memegang pantatku agar terus menekan kedalam vaginanya. Tapi tak bisa masuk lebih dalam karena sudah membentur dinding dalamnya. Euis menahan pantatku menikmati mentok nya penisku didalam, lalu menghela napas.

“Kang Ohim tidak sampai mentok begini”, katanya, “punyamu memang panjang dan gede”

Euis mengangkat kepala untuk melihat penisku yang masuk ke vaginanya.
“Sudah, sekarang keluarin burungmu dari memekku, pelan2”, dia memerintahku.

Kucabut penisku pelan2 hingga keluar semua. Euis memperhatikan penisku dan dia terlihat gembira. Di kepala penisku ada darah.
“Ini darah perawan. Jadi benar aku masih perawan”, katanya girang sambil ‘tos’ kepadaku
“Kalau menurutku kamu sekarang sudah tidak perawan, ini selaput dara perawanmu sudah sobek dan nempel di tititku”, kataku. Dia tidak terpengaruh ucapanku.

Euis segera beranjak, aku memegang tangannya.
“Terusin lagi yuk. Enak dan tanggung nih”, aku minta untuk meneruskan hubungan seks
“Enak saja. Aku kan bukan istrimu”, kata Euis, lalu ia mengajak ‘tos’

“Plok..”, dua tangan kami ‘tos’ menunjukkan keakraban persahabatan.

Sebuah keakraban yang memberi pengalaman pertamaku menembus selaput dara perawan.

.

Seks Setengah Sadar

Pengumuman kelulusan membuat kami bergembira. Mencoret2 baju kami, saling memberi kenang2an. Saling traktir makan dan bergoncengan motor berkeliling kota. Salah satu teman mengajak untuk merayakan kelulusan di diskotek di Bandung. Banyak yang tidak bisa ikut, jadi hanya berenam menggunakan tiga motor menuju Bandung.

Aku belum pernah ke diskotek, jadi aku benar2 mengikuti teman2 saja. Mereka pesan minum dan makanan, aku ikut. Mereka berjoget, aku juga ikut joget. Tapi lama2 kepalaku pusing, sehingga aku memilih duduk.

"Hai..", seorang wanita menyapaku.Aku seperti mengenal wanita itu, tetapi dimana? Siapa?
"Aku Heni, sepupunya Soraya", dia memperkenalkan diri. Aku ingat, dia adalah pacar anaknya tante Soraya yang ketemu saat aku mengantarkan Soraya kerumah tantenya di Bandung.

Kami ngobrol2 dan Heni mentraktirku minum dan makanan ringan. Tak lama teman2ku mengajak keluar untuk jalan2 ke tempat lain di kota Bandung, lalu pulang ke Tasik.

"Nanti saja pulangnya, atau kamu nginep di rumah om malam ini , besok baru pulang", Heni memberi saran kepadaku sambil memperkenalkan diri sebagai sepupu jauhku. Aku mengangguk. Karena tahu aku sering nginap di rumah om di Bandung, teman2 setuju dan meninggalkanku.

Heni dan aku melanjutkan mengobrol, makan minum, dan sesekali berjoget. Mataku semakin berat, aku merasa sulit berpikir. Sayup2 aku diajak pulang naik mobil. Dimobil aku tertidur. Saat turun dari mobil, sayup2 aku dituntun untuk tidur dikasur, lalu tertidur lelap.

Dalam tidur aku bermimpi. Kembali berjoget dengan Heni, bukan didiskotek tapi dirumah. Saat kecapekan berjoget aku merebahkan diri di lantai. Heni tersenyum lalu menghampiriku. Mencium kening dan pipiku dan aku hanya tersenyum memandangnya. Sambil tetap tersenyum Heni membuka kancing baju, menciumi dada dan perutku. Lalu ia membuka celana panjangku dan mencopotnya. Dia meraba celana pendekku, menggenggam penis yang tersembunyi didalam celana pendek dan membelai2.

Aku ingin berontak tapi terasa lemas. Disisi lain aku merasa nyaman penisku dibelai2. Heni tetap tersenyum memandangku. Lalu celana pendekku dicopot sehingga tampak jelas penisku yang mulai ngaceng. Tak lama kemudian dia sudah membelai dan menjilati penisku. Aku terangsang dan semakin ngaceng.

Kulihat Heni berdiri dan mencopot seluruh pakaiannya hingga bugil, dengan bukit susu yang besar dan padat, serta vagina dengan bulu jembut yang baru dicukur. Heni menghampiriku dan menyodorkan susunya ke mulutku. Aku terlalu lemas untuk menggerakkan kepala menghampiri susu, sehingga aku hanya bisa menghisap puting susu yang diletakkan di mulutku. Bergantian Heni memberikan susu kiri dan kanan ke mulutku, dan ia menikmati hisapan lemah.

Tak lama ia kembali menghampiri penisku dan mempermainkan dengan mulutnya. Lalu ia duduk dipahaku sambil memegang penis. Diarahkan penis ke vaginanya dan mulailah ia menekan untuk memasukkan penis ke vagina. Perlahan tapi pasti penisku masuk semua kedalam vagina Heni. Aku berhubungan seks dengan Heni!

Heni menggoyang2kan pantatnya naik turun sehingga penisku berulangkali masuk dan keluar vaginanya. Heni menikmati seks ini dan memutar2kan pantatnya. Terus dan terus sampai ia mencapai puncak dan terkulai lemas menindihku. Lalu bergulir terbaring disebelahku.

Melihat penisku masih tegang. Heni merasa iba dan kembali menaiki aku dan memasukkan penisku ke vaginanya. Lalu ia kembali menggoyang2kan pantatnya naik turun dan berputar2. Terus dan terus, sampai aku mengeluarkan mani. Merasa ada cairan hangat keluar dari penisku, Heni segera mencabut vaginanya, dan membiarkan maniku muncrat di perutku. Membuatku semakin lemas.

Sesaat aku terjaga. Ahh.. ternyata ini hanya mimpi indah saja..
Aku membuka mata lebar2 dan aku merasa asing terhadap situasi kamar tidurku. Aku tidak tidur di rumahku atau di rumah Om. Saat aku akan beranjak dari tempat tidur.. ah, ternyata aku bugil.
Aku menoleh ketempat tidur.. lho, ternyata ada Heni sedang tidur.
Jangan2...
Aku menyingkap selimut Heni, dan benar.. Heni tidur dalam keadaan bugil.
Aku mengambil celanaku yang berserakan di lantai dan memakainya kembali. Heni terjaga, dan kaget. Ia bangun sambil menutupi tubuh bugilnya dengan selimut, lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan masuk ke kamar.

Heni keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap. Berdiri menatapku.Aku kikuk, dan karena matahari sudah mulai tinggi aku berpamitan pulang. Heni segera mengantarku dengan mobilnya. Aku mau ke rumah om untuk minta ongkos, tapi Heni langsung mengantar ke terminal bis. Di dalam mobil aku bertanya, apa yang terjadi tadi malam?
Heni menjawab pelan "kita sama2 mabuk .."
"Terus..", aku menanyakan kenapa kita bisa berada di satu tempat tidur dalam keadaan sama2 bugil.
"Kita bergairah dan terangsang..", jawabnya pelan
"Terus..", tanyaku
"Kita melakukan hubungan terlarang", jawabnya hampir tidak terdengar
Aku kaget. Jadi yang tadi malam itu bukan mimpi.

Sesampai di terminal bis Heni memberiku ongkos dan berkata, "tadi malam itu kecelakaan. Anggap tidak pernah terjadi..".

Aku diam."Terimakasih sudah diantar dan dikasih ongkos"
Bagiku kejadian tadi malam adalah pengalaman seks pertamaku yang indah, walaupun aku melakukannya setengah sadar.

.

Seks perpisahan (1)

Aku mengakhiri masa SMP. Tapi aku harus meninggalkan kota Tasik karena kakek sudah tinggal bersama om di Bandung. Orang tuaku kurang setuju aku ikut ke Bandung. Aku diminta untuk memilih melanjutkan SMA di Jogja, di Banjarmasin, di Makasar atau di Padang, yang semua adalah om dan tante, saudara kandung bapak. Aku memilih untuk melanjutkan SMA di Padang.

Beberapa hari lagi aku pergi ke Padang, hari ini aku akan berkeliling untuk pamitan kepada orang2 yang kukenal. Pertama tentu ke tetangga terdekat, keluarga Bi Neneng. Kuketuk pintu dan kuucapkan salam, tak ada yang menyahut. Kuperkeras suaraku, lalu terdengar suara Bi Neneng dari belakang rumah, mempersilahkan aku masuk.

“Ke belakang saja Jar, Bibi lagi nyuci”, teriaknya dari belakang

Dibelakang kulihat Bi Neneng sedang mencuci dengan posisi jongkok. Kainnya disingkap sehingga terlihat sedikit paha putihnya, sedangkan posisi menunduk memperlihatkan belahan dadanya. Aku jadi teringat kejadian setahun yang lalu saat mandi bareng dia dan belajar onani.
“Ada apa Jar”, tanyanya sambil terus mencuci pakaian.
“Aku mau pamit, beberapa hari lagi berangkat ke Padang”, kataku. “Oo..”, kata dia sambil beranjak. Dan kamipun berbasa basi dan saling mendoakan.

“Bagaimana, sekarang sudah bisa onani?”, tiba2 dia iseng bertanya
“Belum, kayaknya harus lihat Bi Neneng bugil dulu”, kataku bercanda
“Ah kamu ini ..”, dia menepuk pundakku. Sejenak dia melihat ke depan, menutup pintu depan, lalu kembali dan menarikku ke kamar mandi.
“Ya sudah sini. Kamu onani lagi deh. Kenang2an dari Bibi. Copot celanamu”, katanya. Aku kaget, tapi melihat dia mencopoti bajunya, akupun akhirnya mencopot celanaku. Lalu dia mencopoti bh dan cd, akupun ikut bugil.

“Wah.. kayaknya burungmu lebih gede dari tahun lalu ya..”, Bi Neneng jongkok dan mulai memegang penisku. Membelai2 dan mengambil sabun lalu mengocok2 penisku. Aku tak mau pasif, tanganku meraba2 susu nya.

Tahun lalu aku dibolehkan menyusu, jadi aku ikut jongkok lalu menciumi serta menghisap2 susunya. Bi Neneng membiarkan, dan tangannya tetap mengocok penisku. Aku mau lebih dari tahun lalu. Tanganku menggerayang ke vaginanya. Dia kaget dan menahan tanganku. Aku menatapnya, lalu kucium bibirnya, sambil kedua tanganku meremas2 kedua susunya. Lama2 dia menikmati.

Mumpung dia menikmati, pelan2 kupindahkan satu tanganku dari susunya ke bulu jembutnya sambil tetap mencium bibirnya dan meremas satu susunya. Aku kira dia akan menolak, ternyata dia malah membalas ciumanku sambil memejamkan mata. Apalagi saat jariku menyentuh itilnya, dia mendesah dan menggeliat.

Tanganku asyik memainkan susu dan itilnya. Tapi posisi jongkok ini kurang enak, maka sambil tetap mencium bibirnya kurebahkan bi Neneng dilantai. Dalam posisi ini aku lebih leluasa mencium susunya, meremas susu satunya lagi dan memainkan vaginanya. Perlahan kumasukkan jariku kelubang vaginanya, dan Bi Neneng mendesah.

Tak mau menunggu lama, kutindih tubuhnya dan kuarahkan penisku ke vaginanya. Bi Neneng tidak menolak. Akhirnya kumasukkan penisku kedalam vaginanya. Dia mengerang dan mendekap erat punggungku. Kugoyang terus sampai akhirnya Bi Neneng mengejang dan terkulai, tanda bahwa ia telah mencapai puncak. Aku tak peduli dan terus menghujamkan penisku ke dalam vaginanya.

Ini pengalaman pertamaku berhubungan seks secara penuh, tidak hanya gesek2 kelamin atau sekali coblos seperti pengalaman selama ini. Seks secara utuh ini membuatku melayang2, aku tak mau menyia2kan kesempatan ini, aku ingin mengeluarkan maniku di dalam vagina wanita.

Walaupun Bi Neneng sudah lemas dan pasrah, aku tetap menggenjot dan mempercepat genjotan pantatku. Sampai akhirnya aku memuncak, membenamkan penisku dalam2 ke vagina Bi Neneng, dan membiarkan maniku muncrat di dalam vaginanya. Lalu aku terkulai diatas tubuhnya dengan perasaan sangat puas.

Kami berpakaian kembali. Aku tersenyum senang. Bi Neneng juga tersenyum, tetapi terlihat ada penyesalan. Aku jadi merasa ikut bersalah. Ia menatapku seolah berkata tetaplah tersenyum.
“Terimakasih Bi, saya pamit”, kataku lirih
“Seharusnya kita tidak boleh melakukan ini”, ujarnya lirih
“Maafkan aku”, kataku
Dia menarik napas panjang, “Bagaimanapun, ini adalah kenang2an dari Bibi. Rahasia kita berdua, dan jangan kita ulangi lagi”.

.

seks perpisahan (2)

Selesai berpamitan dengan Bi Neneng (plus pengalaman seks utuh bersama) aku pulang dan menunda berkeliling pamitan dengan tetangga. Pagi itu aku banyak melamun mengenang nikmatnya seks utuh pertama.
Siang haru aku melanjutkan berkeliling ketetangga2 lain untuk berpamitan pindah ke Padang. Aku mulai dengan Kang Cecep. Disana aku bertemu Ceu Kokom yang kebetulan lagi mampir juga ke rumah Kang Cecep. Ceu Kokom sudah pindah rumah, tetapi beberapa hari ini menginap di rumah orangtuanya karena ibunya sedang ke rumah neneknya di Banjar.

Mengetahui aku pamit akan pindah, Ceu Kokom menawarkan untuk mampir kerumahnya dan makan siang disana. Karena memang lapar, aku setuju, sekalian aku pamitan pada keluarganya. Lalu Ceu Kokom dan aku bersama2 ke rumahnya.

“Baru jam dua belas. Adek dan bapak baru pulang jam setengah dua-an. Mau makan duluan atau mau nunggu?”, tanya Ceu Kokom. Karena ingin bertemuakhirnya kuputuskan untuk menunggu.

Tak lama, terdengar suara bayi. Rupanya bayinya Ceu Kokom. Karena ingin kenal, aku ikut melihat bayinya, seorang bayi laki2 yang montok dan lucu.
“Namanya Andi Ahmad, panggilannya Andi”, kata Ceu Kokom sambil meraih bayi, menggendong dan mengeluarkan susunya dari bh untuk menyusui si bayi. Tapi bayinya tidak mau menyusu. Rupanya ia ngompol dan tidak nyaman karena pempersnya penuh pipis.
“Sekalian mandi saja ya sayang..”, kata Ceu Kokom pada bayinya sambil mencopot baju bayi. “Jar, isi baknya dengan air, terus tuangin air panas di teko ke bak mandi bayi, Andi mau dimandiin”, katanya kepadaku.

Aku ikut memandikan bayi. “Tititnya kecil ya..”, kataku.
“Namanya juga bayi”, kata Ceu Kokom. “Eh, bagaimana titit kamu? Sudah nambah panjang lagi nggak?”, Ceu Kokom tiba2 teringat dengan proyek pembesaran penisku.
“Tentu dong. Kan berkat saran Ceu Kokom”, aku meyakinkan bahwa penisku lebih panjang lagi.

Selesai memandikan, ia menyusui dan menidurkan kembali bayinya. Lalu ia bergegas menuju kamar mandi. “Aku mandi dulu ya..”
“Boleh lihat lagi seperti dulu nggak?”, aku keceplosan ngomong. Ceu Kokom terhenti langkahnya.
“Sebagai kenang2an”, kataku asal saja. Ceu Kokom memandangku,”Ayo.. Tolong tutup pintu depan”, katanya mengizinkan.
“Kamu bugil juga”, Ceu Kokom menyuruhku bugil sambil dia mencopot seluruh pakaiannya. Ada perubahan sedikit saat melihat tubuh bugil Ceu Kokom, sekarang sedikit lebih gemuk dan susunya membesar.

“Beda ya? Karena aku sudah punya bayi”, katanya menjelaskan walau aku tak bertanya. “Kamu juga beda, badanmu lebih tinggi, lebih berisi dan burungmu kelihatan makin besar dan panjang”. Lalu dia mandi.

Melihatnya mandi, aku jadi ngaceng dan dia tersenyum melihatku ngaceng. Dia mengacungkan jempol memuji penisku yang besar dan panjang. Tak tahan, aku menghampiri dan memeluknya dari belakang. Dia menoleh dan membiarkanku memeluk sambil meneruskan mandi. Kugerayangi susunya lalu turun kebawah menggerayangi bulu jembutnya. Saat menggerayangi vagina, Ceu Kokom sedikit membuka selangkangannya sehingga mudah bagiku menemukan itil dan lubang vaginanya.

Dari belakang aku menempelkan dan menggesek2kan penisku ke tubuh, pantat dan vaginanya. Ceu Kokom menghentikan mandinya, memegang penisku yang ada dibelakangnya, lalu menungging dan menempelkan ujung penisku tepat dilubang kemaluannya. Belum sempat aku bereaksi, ia memundurkan pantatnya sehingga penisku terdesak masuk ke vaginanya.

“Aah.. tititmu memang gede..”, katanya, lalu menggoyang2kan pantatnya.

Aku sendiri merasa nikmat dan tak percaya. Ini adalah vagina kedua yang aku masukin pada hari ini, dan pengalaman seks yang utuh yang kedua yang terjadi hari ini. Aku tak mau menyia2kan. Kupegang pinggulnya, lalu kusodok vaginanya dengan penisku dari belakang. Aku tak peduli Ceu Kokom mengaduh2 dan tangannya mencoba menahan sodokanku.

Ceu Kokom mengerang panjang tanda sudah puncak. Dan aku melanjutkan menyodok dari belakang. Karena capek nungging Ceu Kokom berdiri menghadapku, mengangkat kakinya satu dan menuntun penisku masuk ke vaginanya. Penisku menyodok vaginanya dengan posisi kami sama2 berdiri, ini pengalaman baru bagiku. Ceu Kokom memelukku dan aku terus mempercepat sodokanku. Sesekali aku menyodok sambil mencium dan menghisap susunya. hingga akhirnya maniku muncrat di dalam vaginanya. Aku serasa melayang.

Sesaat kudiamkan penisku didalam vagina Ceu Kokom, setelah loyo kucabut dari vaginanya. Karena posisi berdiri, banyak maniku menempel di penis, dan terlihat sebagian maniku keluar dari vagina Ceu Kokom. Kami akhiri permainan dengan mandi bersama dan saling menyabuni.

Selesai mandi Ceu Kokom memintaku untuk membelikan rokok dan es batu di warung yang letaknya cukup jauh. Waktu aku kembali, bapak dan adek sudah pulang. Rupanya aku disuruh beli agak jauh supaya rambutku kering dan menghilangkan kecurigaan.

Aku makan untuk memulihkan energi. Dan siang itu aku selesaikan keliling2 ke rumah tetangga untuk berpamitan.

.

Seks Perpisahan (3)

Aku bangun kesiangan. Mungkin karena semalam aku tak bisa tidur karena masih terbawa emosi pengalaman bersetubuh dengan dua ibu muda. Siang itu aku menuju markas kami di kebon sebelah bale desa. Hanya ada satu dua orang. Memang biasanya agak sore baru markas itu rame.

“Jar, tadi Kang Ohim dan Euis cari kerumah mencari kamu.”, kata salah seorang, sambil memberi secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kang Ohim. Sejak pindah dari rumah kakek, aku memang belum pernah ke rumah mereka. Istirahat sejenak membeli es cendol, aku segera ke rumah mereka.

Sesampai di depan rumah, aku berpapasan dengan Kang Ohim. “Aku ada rapat dengan lurah. Diomongin dengan Euis dulu ya” katanya. “Ya Kang”, kataku walau tak tahu maksudnya ngomongin apa.

Masuk ke dalam rumah, ‘plok’, Euis dan aku langsung melakukan ‘tos’ persahabatan. Lalu kami ngobrol kisah2 lucu dan badung geng kami di masa2 lalu. Tak lama kemudian, Kang Ohim pulang dan menyampaikan keperluannya menemuiku. Ternyata masalah penjualan rumah dan tanah kakek. Besok lusa mau ada calon pembeli sehingga pagi hari aku diharapkan ada dirumah. Lalu kami mengobrol mengenai alasan penjualan dan calon2 pembelinya. Setelah selesai menyampaikan, Kang Ohim bergegas kembali ke rumah Pak Lurah meneruskan rapat. Aku juga mau pamit pulang, tapi ditahan Kang Ohim.

“eeh, kamu kan mau pergi jauh, itu tadi sudah disiapkan gurame goreng dan sambel kecap. Euis, ajak dia makan dong, biar ada kenang2an”, kata Kang Ohim, lalu pergi.

“Masih sore, aku belum lapar”, kataku pada Euis.
“Kata Kang Ohim, makan dulu biar kamu ingat sama kami”, katanya membujuk.
“ Aku tak akan pernah lupa dengan Kang Ohim dan Euis. Kan sudah ada kenang2an”, kataku bercanda sambil menunjuk selangkanganku dan selangkangan Euis.
“Ha ha ha, dasar kamu,” Euis tertawa, lalu ‘tos’ lagi. “Sampai sekarang Kang Ohim menyangka dialah yang merawanin Euis”, katanya geli.

“Karena aku mau pergi jauh dan lama, boleh nggak aku kasih kenang2an”, aku menggoda Euis.
“Apa? Awas yaa..”, Euis mengepalkan tinju karena telah menduga apa tawaranku.
“Ha ha ha, ayolah.. ini beda sama punya Kang Ohim..”, aku terus menggoda.
“Hmm, Benar juga kamu,” Euis celingukan. “Di dapur saja, dekat kamar mandi. Nanti kalo Kang Ohim datang, kamu masuk kamar mandi, aku nyiapin gurame di dapur. Oke?”. Aku kaget dia setuju. Lalu ‘tos’ lagi, dan kami menuju dapur.

Sampai di dapur kami agak canggung dan sama2 saling menunggu dan tertawa2.
“Pemanasan dulu deh”, kata Euis lalu menciumku. Aku bereaksi membalas dan meraba2 dadanya.
“Nenen dulu ya”, usulku. Lalu Euis membuka kancing baju dan menyingkap bh nya sehingga susunya tersedia. Aku menyentil2 putingnya, lalu menghisap2 kedua susu Euis. Dia kegelian, geli2 nikmat. Sambil menyusu tanganku meraba selangkangan Euis, menyusupkan tangan ke celana dalam dan membelai2 vaginanya.

“Curang!, aku juga pegang kontolmu dong..”, Euis juga menyusupkan tangannya ke celanaku dan menggenggam penisku. “hi, punyamu gede ya..”
“Ayo cepat lakukan sekarang, keburu Kang Ohim pulang”, kata Euis sambil memelorotkan celanaku sedikit dan memelorotkan celana dalamnya sedikit.
“Copot saja celana dalamnya biar gampang”, kataku. “Nggak mau, nanti susah kalau Kang Ohim tiba2 datang”, katanya.

Dengan celana yang melorot sedikit, kami sulit untuk berhubungan seks dari depan. Akhirnya aku suruh Euis untuk nungging dan dari belakang penisku menyodok masuk ke vaginanya.

“Aww. Gila. Mentok. Enaakk..”, kata Euis saat penisku masuk semua. Kuayun pelan, semakin lama semakin cepat. Cukup lama aku menggenjot, sampai akhirnya Euis terlihat mencapai puncak, mengerang panjang dan mengepitkan pahanya. Aku terus menggenjot.

“Sudah Jar.. aku sudah..”, kata Euis
“Tapi aku belum”, kataku sambil terus menggenjot. Euis terlihat bingung dan pasrah. Sampai akhirnya aku mencapai puncak dan mengeluarkan mani di dalam vagina Euis. Kudiamkan sesaat penisku didalam vaginanya.

Setelah kucabut, Euis berbalik dan memelukku erat. “Aku belum pernah mencapai puncak saat bermain. Kang Ohim mainnya cepat keluar. Jadi setelah Kang Ohim loyo, aku suka masturbasi sendiri. Punya kamu gede dan tahan lama. Kalau begini mah aku mau jadi istrimu”. Lalu Euis menatapku dan tersenyum “Tapi kita kan teman”, katanya sambil tersenyum. ‘Tos’. Lalu kami sama2 ke kamar mandi membersihkan.

Seks menghabiskan energiku sehingga aku lapar dan minta makan gurame. Saat kami sedang makan bersama, Kang Ohim datang dan berkata riang, “Nah begitu dong. Jadi nanti kamu punya kenang2an disini”.
Euis dan aku saling bertatapan, tersenyum lalu tertawa. ‘Tos’..
“Aku juga tos dong”, kata Kang Ohim. Lalu kami ‘tos’ bertiga ‘plok, plok’

.