Jumat, 24 April 2009

Malam Orientasi

Aku memutuskan untuk melanjutkan SMA di Padang dan mulai terbiasa dengan bahasa Minang. Aku tinggal di rumah tante Ima, adik bapak, yang tinggal bersama Dedi, suaminya, dan Rendi, anak lelaki tunggal. Rumah tante berada diluar kota Padang ke arah timur laut, didaerah perbukitan di kaki pegunungan Bukit Barisan. Jadi untuk ke sekolah aku diizinkan menggunakan motor tante.

Masuk SMA diawali dengan ospek atau perploncoan atau masa orientasi sekolah MOS. Kakak2 kelas memberikan banyak penugasan yang aneh2 yang harus kami kerjakan. Setiap kelalaian atau kesalahan akan mendapat hukuman. Kami harus hadir sebelum jam 6 pagi dan dilarang bawa kendaraan ke sekolah, masuk gerbang sekolah harus berjalan kaki. Karena jauh, aku tetap naik motor, lalu motornya kutitipkan di salah satu bengkel kenalan om.

Hari kedua kami dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil sekitar sepuluhan orang dengan tugas masing2. Tugas kelompokku adalah mencari sepuluh batu sebesar kepala yang berwarna merah yang tersebar disepanjang jalan setapak yang diberi petunjuk arah khusus. Semua siswa diangkut truk dan diturunkan di masing2 pos sesuai kelompoknya. Kelompokku diturunkan terakhir, agak diluar kota Padang. Disana telah menunggu kakak kelas pendamping, yaitu Kak Rizal dan Kak Noni, kemarin kulihat keduanya judes dan gampang memberi hukuman.

Baru menemukan lima batu, cuaca mendung dan turun hujan deras. Padahal bulan Juli adalah bulan kemarau. Kami berada didaerah pepohonan dan lapangan, tak ada rumah atau warung tempat berlindung. Kakak pendamping menyuruh kami untuk tidak berhenti karena waktu yang dibatasi. Tak pelak lagi kami semua basah2an. Bagi siswa tidak jadi masalah, tetapi bagi siswi dengan baju basah maka terlihatlah lekuk dada dan tubuhnya. Kami para siswa senang menikmatinya dan juga senang melihat siswi teman2 baruku itu melotot. Tetapi yang menarik perhatianku adalah lekuk dada dan tubuh Kak Noni yang membekas di baju putihnya yang basah. Badannya terlihat atletis ideal, langsing tapi padat. Walaupun terbungkus bh warna krem, bentuk susunya juga ideal.

Tiba2 ‘plok’, pundakku ditepuk keras oleh Kak Rizal. “Lihatin apa kamu!! Naksir kakak kelas ya!!”, bentaknya. Aku diam saja, malu juga ketahuan. Lalu aku dibawa ke Kak Noni dan dilaporkan. Tentu saja aku dibentak2, disuruh berteriak seratus kali bahwa aku ketahuan melirik kakak kelas dan disuruh pus ap limapuluh kali di bawah curah hujan.

Disaat istirahat kami makan siang sambil mengobrol dengan teman2 baru. Disatu kesempatan salah seorang teman mendekatiku dan bertanya sambil berbisik, “Memangnya kenapa sih harus melirik Kak Noni, orangnya kan hitam?”
“Biar hitam tapi orangnya tegas, tidak plin plan juga tidak berlebihan. Kerjasama timnya bagus, tidak sok2an tapi juga tidak kalahan. Ngomongnya jelas suaranya jernih. Bodinya bagus, atletis. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kakinya ideal banget. Waktu bajunya basah kelihatan jelas”, kataku juga berbisik.
“Ehm..”. Ups, ternyata Kak Noni sudah ada di belakang kami. “Coba ulangi lagi!”, bentaknya
“Kak Noni tegas, teamwork, komunikatif”, jawabku masih agak kaget
“Terus!”, bentaknya
“Kak Noni bodinya bagus, atletis. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kakinya ideal banget”, kataku.
“Kalimat yang terakhir!”, pintanya dengan keras
“Waktu bajunya basah, bodi Kak Noni kelihatan jelas”, kataku sambil memandangnya dengan wajah tanpa rasa bersalah. Wah bakal dihukum lagi.

Dan betul aku diminta mengikuti dia ke tempat sepi sambil memanggil juga Kak Rizal. Ternyata Kak Rizal masih belum selesai dengan urusan dengan siswa siswi lainnya. Sambil menunggu, sekalian saja aku terus memandangi tubuh Kak Noni dibalik bajunya yang masih basah. Tahu dilihatin dia melarangku, tapi aku terus melihatnya. Dia menyuruhku pus ap, aku pus ap sambil terus melihat tubuhnya. Sambil pus ap, tanpa disuruh aku berkicau “bodi Kak Noni bagus.. bodi Kak Noni bagus..”. Dia menyuruhku diam tapi aku terus berkicau.

Karena Kak Rizal belum datang juga, akhirnya Kak Noni menyuruhku berhenti pus ap dan kembali ke tempatku semula. Sambil berjalan aku mengatakan, “Memang betul. Bodi Kak Noni bagus. Leher, dada, pinggang, pinggul dan kaki, semuanya ideal”. Kak Noni melotot dan ngeloyor pergi ke Kak Rizal. Alhasil, Kak Rizal mendatangiku dan memukul perutku. Dia hampir memukulku lagi tetapi ditahan oleh Kak Noni. Memang ada aturan dilarang kontak fisik selama acara ospek atau masa orientasi sekolah.

Hari2 berikutnya kami berganti tugas, berganti tim dan berganti kakak pendamping. Kak Rizal dan Kak Noni tidak menjadi kakak pendampintku. Di hari terakhir kami akan melakukan api unggun. Untuk menuju tempat api unggun masing2 kelompok dilepas sejauh sekitar sepuluh kilometer dari lokasi api unggun dengan medan cross country. Kami dilepas dan mulai bergerak sekitar jam setengah tujuh malam dan harus tiba di api unggun paling lambat jam 10 malam. Kelompokku terdiri dari 25 orang dengan empat kakak pendamping diantaranya Kak Noni. Dia sempat melototi aku saat tahu aku ada di kelompoknya.

Di setengah perjalanan ada salah satu siswi, Indri, yang mulai lamban jalannya. Dia minta aku menemaninya. Kami tersusul oleh siswa siswi lainnya, hingga terakhir ada dua kakak pendamping Kak Zul dan Kak Noni. Karena tidak ada masalah, hanya capek dan lambat jalannya akhirnya Kak Zul berjalan menyusul dibelakang siswa siswi lainnya, dan Kak Noni diminta untuk menemani Indri dan aku.

Saat melintasi batu menyebrangi sungai, Indri sedikit hilang keseimbangan dan meraih Kak Noni. Kak Noni yang tidak siap mencoba menahan Indri tetapi justru dia yang tidak seimbang dan tercebur ke sungai. Aku segera menolongnya. Dan kami melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan berikutnya kulihat Kak Noni mulai kedinginan karena pakaiannya basah. Aku menghampiri Kak Noni dan membuka jaket, baju dan kaos dalamku untuk dipakainya. Mulanya dia menolak tetapi setelah kupaksa mencopot jaketnya, akhirnya dia mau memakai bajuku. Karena gelap, dia ganti baju didepanku. Aku suruh juga dia mencopot bh yang basah. Saat dia telanjang dada, kunyalakan senter dan terlihatlah bentuk tubuhnya yang bagus itu.

Karena aku membawa sarung, kusuruh dia mengganti celanapanjangnya dengan celana panjangku. Dan kusuruh juga dia mencopot celana dalamnya dan diganti dengan memakai celana pendekku. Saat berganti celana, dia melirik ke selangkanganku. Aku tak mau kalah, kuarahkan senter ke selangkangannya dan terlihatlah pantatnya yang padat, bulu jembut yang hitam serta bibir vagina yang juga hitam. Kak Noni tak peduli dan konsentrasi memakai celana. Indri tak melihat ini karena asyik minum dan istirahat dan memang suasana cukup gelap.

Akhirnya kami jalan kembali bertiga sambil ngobrol. Aku memakai sarung dan kaos oblong. Ditengah jalan ada posko persimpangan yang memutuskan membawa Indri dengan motor ke lokasi api unggun. Kak Noni menitipkan tas basahnya kepada kakak wanita lainnya dan dia diberi senter pengganti. Sedangkan aku diberi pinjam jaket. Lalu aku dan Kak Noni ditawarkan untuk berjalan duluan atau menunggu kelompok lain yang masih dibelakang, masih 3 km menuju lokasi api unggun. Kak Noni memilih untuk berjalan dan menyusul kelompok kami di depan, karena dengan tidak adanya Indri, kami bisa berjalan lebih cepat.

Merasa tahu rute Kak Noni berjalan didepanku. Beberapa kali aku harus menolong dia saat jalannya naik atau turun secara terjal. Saat membantu dan memegang tubuhnya selalu kuingatkan bahwa tubuhnya bagus, perawakannya ideal. Dia marah, tapi lama2 mengacuhkan ocehanku. Sampai satu saat dia berhenti, aku yang ikut dibelakangnya juga berhenti, kelihatannya kami tersesat. Kami memutuskan untuk menunggu kelompok berikut. Saat menunggu itulah sambil duduk aku iseng menggoda tentang tubuhnya yang ideal, yang terlihat saat bajunya basah kuyup. Dan aku lihat juga saat dia ganti baju dan ganti celana tadi.

Seperempat jam menunggu, tidak ada tanda2 ada kelompok yang lewat. Kak Noni mulai kedinginan dan menggosok2kan kedua tangannya. Sebenarnya aku tidak merasa dingin, tapi melihatnya kedinginan, aku memeluknya untuk memberi kehangatan. Kak Noni kaget, tapi mendiamkan. Kucium pipinya, dia diam saja. Kurebahkan tubuhnya, lalu kucium bibirnya, dia juga diam saja. Akhirnya kuberanikan membuka jaket dan kancing bajunya, dan karena bhnya sudah dicopot, maka terlihatlah bukit mungil menantang. Remang2 terlihat putingnya berwarna coklat tua. Kubelai, kuremas, dan kuhisap susu dan putingnya. Tanganku meremas pinggangya yang padat. Dia benar2 atletis.

Kak Noni masih diam saja. Maka kucopot celana panjang dan celana pendek sehingga terlihatlah vaginanya. Pemandangan ini membuat penisku ngaceng dibalik sarung.Kubuka jaketku untuk alas bokong dan pahanya. Dan segera kubuka kaos oblongku. Kusingkap sarung sehingga penisku tampak ngaceng. Dan segera kutempelkan penisku di vaginanya

Kutindih tubuhnya dan kutatap matanya. Kak Noni menatapku tajam. Aku mencium kening pipi dan bibirnya sambil menggesek2an penisku ke vaginanya.
“Boleh?”, aku mohon izin untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Kak Noni diam saja. Hanya suara jangkrik, kodok dan gemercik air yang terdengar. Aku menciumi susu ranumnya serta menghisap2 putingnya sambil tetap menggesek2kan penis ke vagina.
“Boleh?” aku mohon izin lagi. Kak Noni masih diam dan terpejam matanya. Kuturun lebih kebawah menciumi vaginanya, mencari itil dan lubang vagina dan menjilati. Kak Noni terpejam dan menghela nafas dalam. Kulakukan terus sampai dia mendesah2.

Lalu aku merangkak lagi ke susu lalu ke bibirnya dan terus menggesek2an penis ke vagina. Aku tak berani memasukkan penis tanpa izin pemilik vagina. Kak Noni terpejam dan mulai mendesah lebih kencang.
“Boleh?”, aku bertanya lagi. Kak Noni menatapku, lalu matanya terpejam, bibirnya tersenyum. Lalu… dia mengangguk pelan. Aku mencium keningnya
“Kak Noni, boleh?”, aku bertanya untuk meyakinkan anggukannya. Kak Noni tetap terpejam dan tersenyum, lalu mengangguk.

Aku mencium bibirnya, dan dia membalas dengan ciuman yang lebih hangat. Sambil mencium kuluruskan penisku ke lubang vaginanya. Kutekan pelan, dan .. blesss..penisku mulai masuk. Kak Noni terhenyak namun mulutnya tertutup ciumanku. Tanpa berhenti kutekan terus pantatku hingga perlahan tapi pasti, penisku terus masuk kedalam vaginanya, hingga ke ujung dalam vaginanya. Saat penisku menyentuh dinding dalam vaginanya, Kak Noni melepaskan ciuman dan berteriak kecil dan sedikit meringis “aahhh..”

Aku kaget, seharusnya dia tidak meringis kesakitan. Aku mengangkat pantatku untuk mengeluarkan penis dari dalam vagina. Kulihat sejenak. Karena gelap kunyalakan senter untuk melihat penisku. Ah, ternyata ada darah. Kak Noni masih perawan.

Aku diam sejenak, memandangnya. Tangan kak Noni segera mendekap pantatku dan menekankan sehingga penisku masuk kembali ke vaginanya. Bless.. ahh..aku mendiamkan penisku di vaginanya. Kak Noni berusaha menggoyangkan pantatnya. Melihat keinginannya, aku kembali menggoyangkan pantatku. Clep bless clep bless .. berulangkali penisku keluar masuk vaginanya. “aah.. aww..ahh.. mmph..”, Kak Noni selalu bersuara setiap kali penisku menancap.

Kami menikmati persetubuhan malam diluar, ditemani suara2 binatang air dan angin. Aku terus menggenjot dan Kak Noni terus mendesah2 dengan mulut tertutup dan terkadang mencium bibirku. Tak ada posisi lain selain aku diatas Kak Noni menindih dan menggenjot. Kak Noni tidak berinisiatif dan tidak mau merubah posisi. Berpuluh2 menit aku menggenjot sampai akhirnya Kak Noni memuncak dan mendekapku erat, lalu terlentang lemas. Aku mempercepat genjotan sehingga aku memuncak dan mengeluarkan mani. Sadar aku mengeluarkan mani, Kak Noni mendorong pinggangku dan aku segera mencabut penis lalu memuncratkan maniku di perutnya.

Kami berpelukan sejenak, lalu Kak Noni berdiri dan menarikku. Dia berjalan agak mengangkang dan sedikit tertatih dan terasa pegal karena sodokan penisku tadi. Dia membawaku ke parit kecil. Disana kami saling membersihkan bekas maniku, cairan vaginanya dan darah perawannya. Sekali lagi aku mengungkapkan kekagumanku atas tubuhnya yang sintal atletis. Kak Noni hanya tersenyum.

"Kamu pengalaman ya?", tanyanya. Aku malah balik bertanya "kak Noni belum pernah seks ya?". Dia menjawab, "sudah hampir". Lalu dia menceritakan pengalamannya dengan seorang teman lelakinya yang sudah hanya tinggal memakai celana dalam saja, lalu keburu ada orang datang. Hubungan itu berakhir karena si lelaki ketahuan melecehkan kulitnya yang hitam.

Setelah meminum bekal dan merapikan baju, Kak Noni mengajakku berjalan agak cepat. Kelihatannya dia menggunakan jalan pintas yang datar. Tak lama kami berhasil menyusul dan bergabung dengan kelompok terakhir. Untuk selanjutnya bersama2 dengan seluruh siswa siswi dan kakak kelas melakukan pesta api unggun. Kak Noni tetap semangat memandu kelompoknya.

Malam itu memberi kesan bagiku karena merupakan pengalaman seks pertamaku di kota Padang. Tetapi kejadian malam itu masih mengandung tanda tanya besar. Bagaimana setelah berhubungan seks, Kak Noni tahu lokasi parit kecil dan jalan kembali menuju rute api unggun, padahal sebelumnya dia mengaku tersesat?

Setelah malam itu aku berusaha mendekat ke Kak Noni dan ingin menjadikan dia pacarku, walaupun dia kakak kelasku dua tahun. Tetapi Kak Noni terasa menghindar. Hingga suatu kesempatan aku bertanya “mengapa malam itu terjadi?”. Kak Noni hanya menjawab, “kamu tidak melecehkan warna kulitku yang hitam”.

Setelah itu kulihat Kak Noni akrab dan berpacaran dengan Kak Rizal hingga mereka lulus SMA.

.

Perawat yang Baik

Siang itu, sepulang sekolah aku kembali ke rumah melalui jalur biasa. Tiba2 ada anak kecil berlari menyeberang jalan untuk mengambil bola. Sangat dekat denganku sehingga secara reflek aku membanting stir ke kiri untuk menghindari tabrakan. Ternyata di kiri malah ada batu dan terjatuhlah aku dari motor. Dada dan kakiku luka dan engsel siku tanganku lepas. Aku dibawa ke rumah sakit oleh penduduk.

Aku berada di kamar khusus luka luar bersama dua orang pasien laki2. Di kamar ini pasien tidak perlu ditemani sehingga om, tante dan Rendi hanya datang sampai sore lalu pada malam harinya mereka pulang. Kedua pasien sekamarku sudah seminggu dan hampir sembuh. Mereka tampak akrab dengan perawat di rumah sakit yang ramah. Sayangnya mereka berdua hari ini dan besok sudah diperbolehkan pulang. Jadilah aku sendiri, tetapi tak berani berharap ada teman, itu namanya mendoakan ada yang celaka.

Terbaring di rumah sakit memang tidak menyenangkan, semua serba susah. Tidur tidak bisa guling sana guling singi. Buang air kecil masih bisa, tetapi buang air besar harus dicebokin. Namun ada saat2 yang mengasyikkan, yaitu saat waktunya makan dan mandi. Karena kedua tanganku luka, maka aku disuapin. Siang aku disuapin oleh tante Ima, sedangkan pagi dan malam hari disuapin perawat. Untuk urusan mandi, karena tidak ada keluarga, dan tanganku masih luka, aku dimandiin waslap oleh perawat. Seluruh tubuhku di waslap.

Hari kedua pagi, kembali aku harus dimandiin.
“Mandi ya”, kata suster wati sambil menutup tirai. Seperti biasa aku mencopot baju pasien dan menutupkannya ke selangkangan.

Suster Wati membersihkan seluruh tubuhku dengan waslap, tapi berbeda dengan kemarin, dia agak lama saat membersihkan selangkangan dibalik baju pasien. Dia tersenyum iseng sambil meremas2 buah zakarku. Diremas2 begitu, penisku jadi ngaceng. Suster Wati tersenyum sambil menyentil penisku.
“Ih, gitu aja ngaceng. Dasar napsu besar”, katanya lalu menghentikan waslapnya dan segera memakaikan baju pasien kepadaku.

Sore hari, dan hari berikutnya Suster Wati kembali mempermainkan penisku. Hari ketiga sudah ada pasien baru, tetapi suster Wati memilih memandikanku dan ada meminta suster lain yang memandikan pasien baru. Secara sembunyi2 Suster Wati kembali mempermainkan penisku sambil tersenyum iseng. Kami sama2 menikmatinya.

Pada hari keempat, bukan suster Wati yang memandikanku. Suster ini tidak membersihkan selangkanganku, tetapi aku disuruh membersihkan sendiri, katanya tanganku sudah mulai sembuh dan perlu latihan. Hari kelima, juga bukan suster Wati yang memandikanku. Bahkan aku diminta untuk berlatih mandi sendiri di kamar mandi. Wah.. Aku jadi rindu suster Wati dan rinduku terbawa tidur.

Tengah malam aku terjaga, rupanya dokterku datang dan memeriksa lukaku, dengan ditemani beberapa suster. Dia memuji perkembangan kesehatanku dan mengatakan kepada suster bahwa besok aku sudah boleh pulang dan kontrol setiap minggu.

“Jadi besok dia sudah boleh pulang ya dok”, kata suster. Aku melotot, rasanya aku kenal suara suster ini. Saat kulihat ternyata suster Wati. Dia tersenyum.

Lalu dokter dan suster2 itu berkeliling memeriksa pasien lainnya. Dan aku tertidur lagi.

Beberapa jam kemudian aku terjaga lagi, ada suster datang mengecek tekanan darahku. Mungkin karena besok aku boleh pulang makanya aku diperiksa lagi. Setelah itu suster membuka bajuku untuk memeriksa dada dan perutku dengan stetoskopnya. Lalu suster memerosotkan celanaku untuk memeriksa… Astaga apa yang dilakukan. Aku terbangun dan terduduk.

“Sudah, tiduran saja”, kata suster sambil tersenyum, yang ternyata Suster Wati. Aku tersenyum dan merebahkan kepalaku lagi.
“Kemana saja?”, aku bertanya
“Shift2an, gentian seminggu siang, seminggu malam, tengah2nya libur sehari setengah”, dia menjelaskan.
Suster Wati membelai dan memainkan penisku. Aku senang karena kerinduanku terobati, sehingga besok aku bisa pulang dengan puas.

Ternyata suster Wati memberi kejutan, dia tidak hanya membelai dan meremas, tetapi juga mencium, menjilati dan mengemut penisku. Aku kaget, dia tersenyum dan mendorong kepalaku untuk rebah kembali. Aku menikmati. Tanganku mulai mencari2 sesuatu, dan mendapatkan belahan susunya.

Suster Wati memutar tubuhnya, sehingga sambil tetap mengemut penisku, pinggulnya didekatkan kearah mukaku. Dan dia menyibakkan roknya. Aku senang dan menikmati pemandangan pantat dan celana dalam. Kubelai2 pantatnya dan celana dalamnya. Kucoba untuk menyingkap celana dalam sehingga aku bisa menyentuh vaginanya. Bulu jembutnya rimbun dan bibir vaginanya terasa tidak begitu tebal. Saat jariku menyusup kedalam bibir vaginanya, terasa itilnya juga kecil, sedangkan disekitar lubang vagina sudah basah.

Dia memegang pundak memintaku untuk duduk dan turun dari kasur. Lalu dia mencopot celana dalamnya, berdiri didepanku, memegang penisku dan mengarahkan ke vaginanya. Perlahan penisku masuk kevaginanya, lalu tak lama kemudian kami sama2 menggenjot. Lalu aku duduk dikursi pengunjung dan kami melakukan seks sambil duduk. Disaat itu aku leluasa membuka kancing bajunya, menyingkap bh nya dan menciumi susunya yang mungil tapi padat dengan puting coklat yang cukup besar.

Lalu kami ganti posisi, dimana suster wati nungging dan aku menyodoknya dari belakang. Saat sedang menikmati, tiba2 terdengar suara langkah. Suster wati segera menghentikan seks dan mendorongku kembali tidur, mengancingkan kembali bajunya. Saat ia masih mencari celana dalamnya, pintu dibuka dan teman susternya datang. Suster Wati membereskan alat2 seolah baru selesai memeriksaku.

“Lama amat”, kata temannya.
“Iya, iya.. yuk”, suster Wati beranjak pergi bersama temannya, dan sepintas kudengar ia menitipkan alat2 ke temannya karena mau ketoilet sebentar. Aku menunggu, tetapi suster Wati tak kembali lagi.

Siang itu aku dibolehkan pulang. Dan diantara tumpukan pakaianku, kuselipkan celana dalam suster wati yang ketinggalan. Kujadikan kenang2an atas perawatannya yang baik dan memuaskan.

Beberapa bulan kemudian, saat menjenguk temanku sakit aku bertemu suster Wati lagi. Dia tersenyum. Saat kutanya temanku, dia bilang suster Wati sopan, tidak genit dan tidak suka digodain. Ah masa sih..

.

Guru Hiper

Nama panggilannya MD singkatan dari Mr Don plesetan untuk Don Yuan. Dia guru Sejarah kami. Dipanggil begitu karena matanya liar kalau melihat siswi2. Di luar kelas dia senang memandang siswi dan pandangannya sering ke arah dada dan kaki. Di dalam kelas dia sering berdiri menghampiri meja siswi, lalu matanya melirik kebawah mencoba melihat belahan dada si siswi. Atau duduk di depan dan mencari alasan untuk menunduk dan melihat paha2 siswi dikolong meja. Kalau memberi tugas atau ujian, dengan sengaja mendahulukan siswa agar segera keluar kelas, lalu berlama2 dengan siswi di dalam kelas. Biasanya siswi tercantik disisakan terakhir.

”Barangkali istrinya kurang cantik”, aku coba memberikan alasan perilaku MD
“Justru istrinya putih dan tinggi, masih muda. Beda sama MD yang pendek dan rambutnya sudah mulai rontok. Mereka sudah menikah tiga tahun tapi belum punya anak”, kata temanku.

Hari itu MD tidak memberikan pelajaran, anak2 senang. Guru lain datang menitipkan buku dari MD berisi bahan pelajaran untuk disalin atau difotocopy. Sepulang sekolah, sebagai ketua kelas, terpaksa aku ke rumahnya untuk mengantarkan absensi siswa dan buku PR anak2 sekelas untuk diperiksanya. Aku belum tahu rumahnya, tetapi tak ada teman yang bisa menemaniku. Akhirnya aku berputar2 sedikit menanyakan alamat rumahnya. Ternyata rumahnya lumayan jauh dan asri di daerah yang tenang.

Seorang wanita tinggi putih membukakan pintu. Ini pasti istri MD, pikirku. Istrinya bilang bahwa MD belum pulang, biasanya sebentar lagi pulang dan aku dipersilahkan menunggu. Daripada bulak balik yang cukup jauh, lebih baik aku menunggunya pulang.

Istri MD ramah dan menyajikan minuman buatku, lalu kami mengobrol sambil menunggu MD pulang. Suasana ruang tamunya membuatku risih. Ada kalender bergambar wanita berbikini, lalu patung wanita bugil, sedangkan di lemari buku agak dalam terlihat judul buku tentang pendidikan seks. Saat aku menumpang pipis ke kamar mandi, dinding kamar mandi berhias beberapa gambar wanita yang boleh dikata bugil karena pakaian dan bikininya transparan.

“Bapak maniak perempuan ya Bu?”, aku memberanikan bertanya untuk mengungkap rasa penasaranku terhadap MD. Bu MD melihatku, kelihatannya dia ragu untuk menjawab.
“Ya, memang dia kelihatannya hiper”, katanya. “Di kamarnya gambarnya lebih vulgar lagi”.
“Masa sih?”, aku penasaran.

Bu MD berdiri membuka pintu salah satu kamar. “Lihat saja sendiri”
Ternyata benar, di dinding kamarnya berhamparan gambar wanita bugil. Di dinding kamar mandi dalam, malahan gambar pria dan wanita sedang berhubungan seks. Lalu satu gambar close up penis sedang masuk ke vagina.
“Kok bisa dapat gambar seperti ini”, tanyaku
“Waktu dinas ke luar negeri, Bapak beli banyak buku porno”, jawab Bu MD

“Wah, ibu beruntung dong, punya suami yang hiperseks”, kataku
“hipernya dia itu bikin ibu risih, karena kalau dijalan matanya melirik kesana kemari mencari wanita cantik. Memang sih, bapak sering mengajak ibu berhubungan seks. Kadang2 sehari bisa beberapa kali. Tetapi karena energinya habis untuk fantasi dan menghayal, pas berhubungan cuma sebentar. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah keluar. Dia asyik dengan dunianya sendiri”, Bu MD menunjukkan rasa kesal. Aku kaget dia bercerita itu kepadaku, mungkin saking kesalnya dia mengeluarkan isi hatinya.

“Jadi.. ibu belum pernah sampai orgasme?”, tanyaku hati2
“Belum”, jawabnya
“Kenapa tidak masturbasi saja?”, aku masih hati2 bertanya
“Iih ngapain? Mana enak..?”, katanya.

“Boleh saya bantu masturbasi Bu?”. Aduh! Kenapa aku bertanya begitu.

Bu MD melihatku. Dia berdiri dan berjalan kebelakang. Minum segelas air putih. Diam sejenak. Lalu kembali menemuiku. “Kalau kamu bisa, boleh..”, katanya pelan.

Aku kaget tapi senang. Bu MD memang benar2 putih dan tinggi.
Aku berdiri menghampirinya.”Harus pemanasan dulu Bu”, kataku.
“Ya, Ibu tahu”, katanya pelan.

Maka segera aku tuntun dia untuk merebahkan diri di lantai. Lalu mulai kulakukan pemanasan dengan mencium dan mempermainkan susu2nya. Dada dan susunya terlihat putih dengan puting merah muda. Saat kuhisap susunya, dia memejamkan mata. Saat itulah tanganku mulai bergerilya menyusup ke celana dalamnya, membelai sebentar lalu mencoba mencari itilnya. Bu MD menikmati sekali hisapan susu dan sentuhan itil. Cukup lama aku melakukan hal ini dan Bu MD mulai mendesah2.

Akhirnya aku copot celana dalamnya dan terlihatlah vagina merah muda merekah, dengan itilnya yang juga merah muda. Setelah menikmati pemandangan itu, aku dekatkan kepalaku mencium vaginanya. Menjulurkan lidah untuk menjilati vagina dan lubang vaginanya yang mulai basah. “aahh..” Bu MD mengerang cukup keras. Lama juga kujilati lidahnya dan dia masih terus menikmati.

“Ibu belum orgasme?”, aku bertanya. Dia menggelengkan kepalanya. Aku bingung.
“Tapi bapak sudah mau pulang”, aku takut bila terlalu lama Pak MD keburu pulang.
“Bapak pulangnya nanti sore, ada urusan ke departemen terus ke PGRI”, katanya sambil terengah2. Lho? Tadi pas aku datang disuruh nunggu karena sebentar lagi pak MD pulang, sekarang bilang masih lama. Jangan2 aku dijebak. Tapi peduli amat. Lagian penisku sudah ngaceng. Maka segera kucopot celana dan kuarahkan penis ke vagina Bu MD.

Bless.. penisku masuk ke vaginanya. Tanpa basa basi langsung kugenjot. Ternyata Bu MD balas menggenjot. Dan tak berapa lama aku digulingkan lalu dia duduk diatasku. Bu MD sangat agresif dan menggoyangkan pinggulnya dengan liar. Penisku seperti diputar2. Aku tak bergerak, hanya tanganku meraba dan meremas susunya.

“Aa.. aa.. aaahhh..”, Bu MD mengerang panjang menunjukkan bahwa dia sudah orgasme. Lalu tertelungkup diatasku. Segera kubalik dan kutindih tubuhnya, lalu kugenjot. Dengan sisa tenaga, bu MD coba menggoyangkan pinggul. Aku semakin terangsang dan mempercepat genjotan hingga maniku keluar. Ahh..
karena sudah lama tidak keluar, kurasakan maniku begitu kental dan banyak keluar di dalam vagina Bu MD. dan Bu MD mengangkat pinggulnya agar maniku tertumpah di ujung paling dalam lubang vaginanya.

“Terimakasih Dik, akhirnya ibu bisa merasakan nikmatnya ejakulasi”, katanya lemas dan puas
“Sama-sama bu”, jawabku sambil terus menciumi leher dan terkadang susunya.

Setelah membersihkan diri dan menitipkan absensi dan PR buat Pak MD, aku pamit pulang tanpa sempat bertemu Pak MD. Disepanjang perjalanan, aku kepikiran Bu MD. Kasihan dia, wanita yang hiper tetapi suaminya ejakulasi dini.

Sesampai di rumah ada surat buatku dari Maman. Isinya menyampaikan bahwa istrinya sudah melahirkan, dan untuk mengingatku, ada suku kata Jar pada nama anaknya. Maksudku anakku! aku sudah punya anak!

Aku jadi teringat Bu MD yang belum punya anak setelah tiga tahun menikah. Jangan-jangan…
Dan benar, beberapa bulan kemudian Pak MD dengan bangga mengumumkan bahwa istrinya hamil. Ada perubahan sikap pada Pak MD dimana matanya tidak liar lagi. Pada suatu kesempatan aku ke rumahnya lagi bersama temanku, di rumahnya sudah tidak ada gambar2 seronok wanita.

Saat melahirkan kami berkunjung kerumahnya. Anaknya perempuan dan terlihat cantik. Pak MD membangga2kan karena akhirnya dia punya anak dan anaknya cantik. Kulihat Bu MD sedang menyiapkan minuman. Aku menghampiri untuk membantunya menyajikan minuman.

“Selamat ya Bu, putrinya cantik sekali”, kataku.
Bu MD melihat sekeliling sebentar lalu berbisik, “itu anakmu”, katanya sambil tersenyum.
Ha?! Baru kelas 2 SMA aku sudah punya dua anak?!!..

.

Selingkuh Sekali Saja

Waktu aku naik kelas 2 SMA, Rendi anak om lulus SMA dan meneruskan kuliah di sekolah komputer Jakarta. Rendi mengadakan acara perpisahan bernuansa alam, khusus dengan teman2 akrab gengnya yang dilakukan di luar kota. Om mengizinkan karena semua anggota gengnya adalah laki2. Untuk mengabadikan acara perpisahannya, Rendi berniat pinjam kamera bapaknya, tetapi karena hari ini masih dipakai, maka aku diminta untuk mengantarkannya besok.

Karena besok aku ada acara disekolah, maka begitu Om selesai pakai kamera, sore itu aku segera mengantarkannya ke penginapan Rendi. Lamanya perjalanan sekitar satu setengah jam jadi perkiraan sampai sana jam enaman dan bisa segera pulang kembali, sehingga sebelum jam delapan sudah sampai rumah.

Sesampai di penginapan aku diberi tahu nomor kamarnya Rendi. Sesampai di kamar Rendi, saat ngebel terdengar grendel dibuka dan suara perempuan “Masuk saja, sudah gak dikunci”
Ragu-ragu aku membuka pintu dan kulihat perempuan tanpa busana berjalan ke kamar mandi yang terbuka.
“Maaf, apakah ini kamarnya Rendi?”, aku bertanya.
Dari cermin kamar mandi kulihat perempuan sedang berendam di bathub dan kaget mendengar suaraku.
“Kamu siapa?!”, tanyanya agak keras.
“Saya adiknya Rendi. Ini kak Lisa ya?”, aku memperkenalkan diri dan menebak perempuan itu. Lisa adalah pacarnya Rendi. Aku pernah dua kali bertemu saat dibawa ke rumah om dan saat diminta Rendi mengantarkan bingkisan ke rumahnya.
“O, kamu Jar. Kata Rendi kamu datangnya besok. Bawa kamera kan? Simpan saja di meja”, kata Lisa.

Aku menyimpan di meja lalu kembali ke pintu kamar mandi yang terbuka. Lisa kaget dan menenggelamkan tubuhnya ke dalam air di bathub, satu tangan menutupi vagina dan satu tangan menutupi kedua susunya.
“Kak Rendi kemana?”, tanyaku.
“Baru saja pergi. Jalan sama teman2 reuniannya mau api unggun diatas bukit. Tadi saya kira kamu itu Rendi yang balik lagi kesini, karena dompetnya ketinggalan. Tapi mungkin dia tidak butuh dompet, kalau ada apa2 bisa pinjam teman2nya.” Lisa menjelaskan.

“Numpang pipis ya”, aku memang sudah dari tadi menahan ingin kencing.

Tanpa menunggu izin aku segera membuka celana dan pipis di WC. Karena sempat melihat Lisa bugil dan berendam di bathub, penisku agak ngaceng. Dan karena WC dekat dengan posisi kepala Lisa, maka Lisa leluasa melihat penisku saat pipis. Pipisku cukup lama. Untuk membersihkan penis aku meminjam shower yang ada di bathub diatas kepala Lisa. Saat mengambil hampir menyentuh mukanya. Lisa bengong dan bingung melihat kecuekanku.

Selesai pipis aku teringat pesan om,"Kata Om, kamera yang biasa yang ada di Kak Rendi disuruh bawa pulang, jadi tukaran, karena mau dipinjam temannya". Lisa tidak menjawab. Aku bertanya lagi, “ditaruh dimana ya?”, tanyaku.
Lisa masih belum menjawab, aku mendekatinya. Lisa kaget dan mempererat tutupan tangannya ke vagina dan susunya. “Dimana kameranya?”, tanyaku.
“Dimana ya.. aku cari dulu ya”, Lisa berdiri dari bathub dan segera mengambil handuk untuk menutupi tubuh bugilnya. Saat turun dari bathub masih basah, terpaksa dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk itu. Dan terlihat jelaslah dua susu dan vaginanya.

Lalu dia segera keluar kamar mandi mencari kamera, aku mengikuti dari belakang. Beberapa kali ia membungkuk, sehingga menyingkap vagina dibalik handuk. Dan membuatku semakin terangsang.
Saat ia membungkuk lagi untuk memeriksa tas koper Rendri aku mendekati dari belakang. “Ada nggak?”, tanyaku sambil menempelkan selangkanganku ke pantatnya. Lisa kaget, “nggak tahu tuh, sedang ku cari,” jawabnya, suaranya sedikit bergetar, mungkin agak gugup.
“Biasanya disimpan di koper ya?”, tanyaku asal2an sambil menggoyangkan selangkanganku dipantatnya.
“Iya.. eh .. nggak tahu.. mungkin..”, jawab Lisa makin gugup. Dia tidak berdiri dari nunggingnya dan gerakan tangannya asal2an mencari kamera di dalam tas.

Aku memelorotkan celanaku sehingga penisku yang ngaceng bisa keluar. Lalu segera kutempelkan penis ngacengku ke vagina Lisa. Lisa tersentak, dia menghentikan mencari kamera di tas koper, posisinya masih tetap membungkuk, dan diam menunggu. Aku tak mau dia keburu sadar dan berubah pikiran, maka segera kuarahkan penisku ke vaginanya yang ternyata juga sudah basah. Lalu.. bless.. perlahan tapi pasti penisku masuk hingga ke ujung dalam vaginanya. “hhh…”, Lisa menarik napas kaget. Dia tetap diam menungging. Aku tarik pelan2 penisku keluar dari vaginanya, lalu kudorong lagi pelan2 masuk lagi ke vaginanya. “hhh..”, lagi2 Lisa menarik napas.

Kali ini kucabut dan kumasukkan penisku dengan lebih cepat. Tiba2 Lisa berdiri. Nah lo, aku kaget dan menunggu reaksinya. Ternyata dia memelukku dan menciumku. Lalu menyeretku ke tepi kasur. Sambil tetap memeluk dan menciumku Lisa duduk, melepas dan melempar handuknya, lalu merebahkan diri. Wow, tubuh putih yang padat walaupun perawakannya tidak tinggi. Dua susunya seimbang dengan tubuhnya dan vaginanya sudah mulai dilebati bulu jembut yang menyembunyikan bibir vagina yang cukup tebal.

Aku tidak menyianyakan tawarannya, segera kucopot seluruh pakaianku. kunikmati dan kuciumi bibir, susu dan vaginanya. Lalu tanpa banyak kata aku merangkak diatas tubuhnya, dan menekan penisku masuk ke vaginanya. Bersama kami saling menggenjot, bergulingan, bergantian diatas dan dibawah. Lisa bergerak sangat aktif seperti keranjingan. Sampai akhirnya dia memuncak dan terkulai lemas diatas tubuhku. Kubalikkan dia terlentang dan karena belum keluar aku meneruskan genjotanku.

Lisa menahan genjotanku dan mendorong sehingga penisku tercabut. Lalu dia beranjak mengambil handuk untuk menutup tubuh dan sambil tertunduk kembali ke kamar mandi dan menutup pintu. Aku menyusul dan mengetuk pintu, Lisa tidak menyahut. Kudorong pintunya, ternyata tidak terkunci, dan kulihat Lisa kembali berendam di bathub. Aku menghampiri dan jongkok dipinggir bathub. Kugenggam tangannya, “Maaf..”. Lisa masih acuh dan masih asyik membilas tubuhnya.

Melihatnya diam seribu basa, aku berdiri meninggalkannya.
“Jar”, Lisa memanggilku. Aku berbalik. Dia berdiri dan menghampiriku. Lalu memelukku erat. Lama dia memelukku, aku berusaha melepaskan tapi dia tetap memelukku.

Lalu Lisa menatapku dengan mata berlinang. “Aku selingkuh. Aku takut Rendi tahu”, katanya.
“Cuma kita yang tahu, dan aku tidak akan kasih tahu”, kataku mencoba menenangkannya.
“Janji?”, tanyanya. “Janji”, jawabku sambil mengangkat tangan kanan. Lalu Lisa memeluk erat. “Terimakasih”, katanya sambil melepas pelukannya.
“Aku ambilkan minum ya..”, kataku lalu menuangkan aqua ke gelas dan kami sama2 minum.

Setelah tenang, Lisa nyeletuk, “Kamu tadi belum keluar ya?”.
“Iya, tapi nggak apa-apa”, kataku, karena memang penisku sudah tidak tegang lagi.
Lisa menghampiriku. “Kasihan..”, katanya sambil mengelus2 penisku. Aku diam saja, Lisa terus membelai2 penisku sambil tersenyum. Aku merespon dengan membelai dan meremas susunya. Lisa terus membelai penisku. Aku mulai membelai vagina dan mencari itilnya. Lama2 penisku ngaceng juga.

Lisa mengajakku ke bathub, kami berdua masuk dan melakukan hubungan seks di bathub itu. Berduaan di bathub memang sedikit sempit tapi masih bisa melakukan manuver-manuver seks. Sekali2 aku diatas, gantian Lisa diatas atau sambil duduk di bathub.
“Aku mau keluar”, kataku dan Lisa mempercepat goyangannya. Lisa memuncak dan meregang duluan dan hampir bersamaan akupun memuncak. Segera kucabut penisku dari vaginanya dan mengeluarkan mani diluar. Terlihatlah maniku terapung2 di air bathub itu.

“Impas, nggak ada hutang lagi”, kata Lisa tersenyum. Maksudnya bukan hanya dia yang sampai puncak, tapi aku juga sampai puncak.

Istirahat sebentar, kami mandi bersama di shower. Karena sudah malam, aku pamit pulang.
“Janji ya”, kata Lisa sambil mengangkat tangannya.
“Janji”, aku juga mengangkat tangan dan meyakinkan bahwa aku akan merahasiakan perselingkuhan ini.

Rendi kuliah di Jakarta dan setahun berikutnya Lisa juga kuliah di Jakarta. Selama itu beberapa kali aku bertemu Lisa, tetapi dia menahan diri untuk tidak berselingkuh.
“Cukup sekali dan satu2nya”, kata Lisa padaku.
“kayaknya dua kali deh”, kataku. Lisa memandangku dengan rasa heran, karena dia merasa hanya sekali berselingkuh.
“Satu kali selingkuh tapi dua kali keluar. Ha ha ha..”, aku meledeknya. Dia hanya tersenyum cuek.

.

Senjata Makan Tuan

Saat belajar bersama, temanku bercerita bahwa di sekolah kami ada tiga siswi yang menamakan diri sebagai geng tiga bidadari. Mereka kakak kelas kami, anak orang yang cukup kaya dan berparas cantik2. Cuma sering iseng. Ada isu bahwa sudah ada 2 cowok yang dikerjain disuruh menari striptis hingga telanjang dihadapan tiga bidadari itu. Aku memang sering melihat mereka, masing2 kesekolah diantar mobil yang lumayan mewah utk ukran kami, BMW kecil, baby benz dan Honda accord. Aku juga sejak setahun lalu kenal dengan salah satu dari mereka, Dian, karena sama2 aktif di mading (majalah dinding) disekolah.

Sabtu siang sepulang sekolah adalah saat mengisi mading untuk ditampilkan mulai senin-sabtu minggu depan. Siapa yang punya karya bisa menempelkan karyanya di mading, bila tidak cukup maka akan diseleksi dan sisanya dipasang minggu depan. Sabtu itu aku punya karya karikatur yang ingin dipasang di mading. Ternyata sabtu itu Dian juga sedang punya karya puisi yang ingin dipasang di mading.

“Wah lapar juga ya”, kataku seusai memasang mading.
“Makan bareng yuk”, kata Dian. Kami senang, sebagian dari kami makan ditraktir Dian, sebagian pulang.
“Harusnya dia yang nraktir, kan dia ulang tahun”, kata temanku sambil menunjukku. Memang hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke tujuhbelas.
“Ditalangin Kak Dian saja. Aku kan lagi tongpes (kantong kempes)”, kataku.

Kami makan bersama di rumah makan (padang) dan mumpung ditraktir, kami melahap banyak lauk. Sambil makan, kuperhatikan Dian memang cantik dan berbeda dengan teman2 lain. Kulitnya bersih kuning langsat dan mukanya segar dan cerah. Mungkin karena tidak pernah kena polusi, makannya sehat dan lain-lain, khas anak orang kaya. Selesai makan kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kak Dian lalu berpamitan dan berpencar.

“Jar sini sebentar”, Kak Dian memanggil. Aku menghampiri.
“Aku ada kado buat teman2 yang berulang tahun. Kamu kan temanku juga. Nanti sore ambil dirumahku ya.. Jam tujuhan saja, soalnya aku mau belanja dulu.”, kata Dian. Aku mengangguk dan menanyakan alamatnya.

Karena takut nyasar saat mencari alamat, aku berangkat agak sore. Ternyata alamatnya mudah, dan rumahnya mewah sekali. Belum jam tujuh sudah sampai dan karena kulihat mobil Dian sudah ada di garasi, aku langsung menuju rumahnya. Yang membuka gerbang adalah bibinya, dan oleh bibi aku ditunjukkan bangunan pavilion disamping rumah utama. Katanya mereka sudah datang duluan. Mereka?

Dipintu pavilion Dian menyambutku, dan didalam pavilion itu telah ada teman Dian di geng tiga bidadari, yaitu Saras dan Aida. Saras sedang mempersiapkan makanan di meja, sedang Aida sedang menuangkan gula ke dalam minuman.

“Ini markas kami. Kita mau merayakan ulang tahun kamu”, kata Dian sambil memperkenalkan kedua temannya. Dalam hati aku bertanya, mengapa ultahku harus dirayakan mereka?
Akhirnya kami mengobrol lalu makan bersama. Masakannya enak, karena beli di restoran.
“Ini masakan jepang. Selesai makan nanti kita minum ocha, teh jepang, bagus buat tubuh.”, kata Dian.

Saat makan aku permisi ke toilet yang letaknya dekat dapur. Didapur kulihat teh jepang, sepintas hanya ada satu sachet gula yang terpakai, berarti yang lainnya belum diberi gula. Kulihat masih ada beberapa sachet gula di dusnya, kelihatannya gula impor jepang karena semua tulisan jepang. Maka kutambahkan gula untuk ketiga cangkir teh lainnya, dan supaya rapi seluruh kertas sachet gula itu kubuang ketempat sampah.

Seusai makan, “Saatnya minum teh jepang, harus habis satu cangkir”, kata Aida sambil menuju kedapur mengambil keempat cangkir teh jepang. Lalu kami bersulang untuk ulang tahunku dan minum teh jepang itu sampai habis.

Selesai minum kami ngobrol lagi sambil diiringi musik santai. Tapi arah pembicaraan mulai melenceng ke arah2 porno. Entah kenapa aku cepat sekali terangsang.
“Panas ya, coba buka baju kamu”, kata Saras memegang kerah bajuku. Aku tidak merasa panas, tapi aku mengikutinya untuk membuka baju.
Saras membelai2 dadaku. “wo..”, kata Dian dan Aida. Aku yang sudah terangsang balas membelai2 dada Saras. “wo..”, Dian dan Aida tertawa2.
“Gantian dong”, kata Dian lalu menghampiriku. Dian membelai dadaku dan akupun membelai dadanya. Lalu gantian Aida membelai dadaku dan aku membelai dadanya.

Berikutnya saras mencoba membuka celanaku. Aku menghampiri Dian dan Aida, mencium mereka bergantian dan membuka baju mereka, sehingga terlihatlah bh mereka. Bh anak orang kaya memang berbeda dengan bh biasa. Tapi karena sama2 menutupi maka kusingkap kedua bh itu sehingga terlihatlah susu Dian dan susu Aida. Lalu Dian dan Aida mencopot sendiri bh nya sehingga mereka bertelanjang dada sepertiku. Aku meremas2 keempat susu itu.

Saras berhasil melepas celanaku hingga aku bugil dan mendapatkan penisku sudah ngaceng. Dia senang dan memanggil Dian dan Aida untuk bersama2 memegang dan memainkan penisku.

“Bugil semua dong..”kataku. Dan mereka satu persatu mencopot pakaian sehingga kami berempat dalam keadaan bugil. Aku heran mengapa mereka mau, tapi aku tak peduli karena aku merasa sangat terangsang.

Kami menuju kasur dan diatas kasur itu kami bergumul. Secara bergantian kuciumi bibir mereka bertiga. Secara bergantian kucium dan kuhisap susu mereka bertiga. Secara bergantian kucium dan kujilati vagina mereka bertiga. Kulit mereka semua mulus2 dan bersih. Susu dan vagina mereka bagai buah beraneka warna yang sedang ranum.

Sambil mencium Dian, aku mengarahkan penisku ke Saras. Dan blessss… pelan2 penisku masuk ke vagina sarah. “Auw”, sarah menjerit kecil. Lalu kugenjot pelan-pelan. Kulihat penisku yang sedang keluar masuk vagina Saras. Ada darah, Saras masih perawan. Saat sedang menggenjot Saras, Aida merebahkan diri dan minta digenjot juga. Aku mencabut penisku dari vagina saras, lalu kubersihkan darah perawannya menggunakan celana dalam Saras.

Lalu aku menuju ke Aida dan mengarahkan penis ke vaginanya. Blesss.. pelan2 penisku masuh ke vagina Aida. "ohh..", Aida memejamkan matanya. Kali ini tidak terlalu dalam ujung penisku sudah menyentuh dasar vaginanya, mentok. Lalu kuayun perlahan. Aku penasaran, maka kulihat lagi penisku yang keluar masuk vagina Aida. Ternyata ada darah lagi. Berarti Aida juga perawan. Cukup lama aku menggenjot Aida, Saras sudah minta lagi.
“Gantian, Dian belum”, kataku. Sebelum ke Dian, aku membersihkan darah di penisku menggunakan celana dalam Aida.

Lalu aku menuju Dian yang sudah terlentang menanti. Blesss.. untuk ketiga kalinya penisku masuk perlahan ke vagina. "mmphh..", Dian menggigit bibirnya merasakan sakit tapi nikmat. Aku menggenjot perlahan dan kulihat ada darah lagi menempel dipenisku. Ketiga bidadari ini masih perawan.
Saras menagih untuk digenjot lagi. Kubersihkan dulu darah dipenisku menggunakan celana dalam Dian. Jadi ada tiga celana dalam, masing-masing dengan darah perawan pemiliknya. Darah perawan Dian lebih terang dan lebih kental, yang lainnya. Sedangkan darah perawan Aida paling banyak.

Malam itu aku berhubungan seks dengan tiga bidadari diatas kasur yang empuk. Kami terus mengenjot dan bergoyang, cukup lama. Aku heran aku bisa sekuat ini. Mereka seperti berebut bergantian memasukkan penisku kevaginanya. Aku sudah tak tahu lagi punya siapa yang sedang aku coblos. Sampai akhirnya Saras bersikeras tidak mau diganti, menggoyang dengan kencang dan mencapai puncak. Lalu gantian Dian. lalu Aida. Lalu aku, karena tak ingin mereka hamil, kukeluarkan maniku dan kubagi di perut mereka. Kami berempat mencapai puncak kenikmatan dan terkulai lemas, lalu tertidur. Lelap.

Aku terbangun karena mendengar suara. Rupanya bibi mengecek dan melihat motorku masih ada, dia segera kembali ke rumah utama. Aku bangun dari kasur, minum segelas air putih dan masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Tiga bidadari tidur bugil dikasur itu bersamaku. Aku juga melihat tiga celana dalam yang ada darahnya. Aku terus berpikir kenapa ini bisa terjadi, kenapa mereka mau berbugil dan bahkan menyerahkan keperawanannya. Apakah pengaruh teh jepang, atau…
Aha, aku menduga ini gara2 gula yang berbahasa jepang itu. Kuhampiri dapur, kulihat masih ada dua sachet ‘gula’ lalu kutuangkan ke dalam kendi air putih. Lalu memakai celana pendek dan duduk menikmati tiga tubuh mulus.

Dian terjaga dan kaget melihatku. Dia lebih kaget karena melihat dirinya bugil. Secara reflek dia menutup tubuhnya dengan seprei mengambil pakaiannya dan menuju kamar mandi. Belum sampai kamar mandi dia berhenti dan kembali kepadaku. Dia menunjukkan celana dalamnya yang ada darah. Lalu dia mencari celana dalam Aida dan Saras dan melihat ada darah juga di kedua celana dalam itu.

Dian segera membangunkan kedua temannya. Keduanya juga kaget dan saat Dian menunjukkan celana dalam yang ada darah perawan, mereka bertiga duduk tertunduk. “Kok bisa?”, mereka saling berbisik.
Mereka melihat ke dapur, lalu segera menuju dapur bertiga. Setelah melihat kantong ‘gula’ jepangnya kosong, mereka menghela napas panjang. Lalu menghampiriku dimeja makan dan duduk bersama.

“Kamu menumpahkan ini ke teh kami ya?”, Dian bertanya. Aku mengangguk. Aida marah dan henda menghardikku tapi di tahan oleh Dian.
“Salah kamu juga Aida, menyimpan obat perangsang sembarangan”, kata Dian. Oo, jadi gula itu adalah obat perangsang.
“Maaf”, kata Aida tertunduk
“Terus kita gimana?”, tanya Saras.
“Salahmu juga Saras, yang punya ide untuk mengundang cowok ini untuk kita kerjain striptis”, kata Dian
“Maaf”, kata Saras tertunduk
“Aku juga salah, karena mentang2 papa mama tidak ada aku gunakan kesempatan ini di pavilion. Kita semua salah”, kata Dian.

Mereka semua terdiam, bingung, resah. Sambil memegangi selangkangan masing2 yang kini terasa sakit, karena baru pertama kali berhubungan seks. Aku berdiri mengambil gelas, lalu kutuangkan air putih dari kendi untuk menenangkan mereka. “Minum dulu biar tenang”, kataku. Mereka minum. Tak berapa lama kemudian kulihat mata mereka menatapku dengan degup jantung yang meningkat. Oo, aku lupa kalau air putih itu sudah kuberi obat perangsang. Mereka bergairah lagi.

“Tadi malam kita berhubungan seks ya. Kayaknya enak banget tuh, kerasa keluar masuk kontol ke memekku,” Saras mulai berkicau. Lalu yang lain berkicau. Dan akhirnya melepas kembali sprei, selimut dan kain yang menutupi tubuhnya sehingga bugil lagi. Lalu menghampiriku dan memerosotkan celana pendekku. Dielus2 bertiga, penisku segera ngaceng karena memang dari tadi juga terangsang melihat tubuh bugil mereka.

Kami kembali kekasur. Dan dikasur itu untuk kedua kalinya aku rakus menghisapi tiga pasang susu segar dan untuk kedua kalinya menggenjot penisku memasuki tiga vagina ranum. Kalau sebelumnya aku setengah sadar karena obat perangsang, kali ini aku sadar sepenuhnya dan benar2 menikmati persetubuhan berempat ini. Aku yang tadinya mau dikerjain untuk striptis, malah berbalik mengerjain mereka, walaupun tidak sengaja. Senjata makan tuan.

Sambil terus menggenjot salah satu bidadari, aku tak habis2nya mengagumi keindahan ketiga bidadari ini. Aku merasa mendapat rejeki nomplok. Kali ini aku tidak tahan, baru Saras dan Aida yang mencapai puncak. Saat menggenjot Dian, aku sudah muncrat. Untung aku sempat mencabut penisku dari dalam vagina Dian dan mengeluarkan maninya di wajah Saras dan Aida yang sudah terlelap. Sementara kulihat Dian masih menggoyang2kan pinggulnya. Dengan sisa ngaceng, penisku kumasukkan kembali ke vagina Dian, dan tak lama Dian pun mengerang panjang. "Mmmmmhhhhh...". Kami mencapai puncak semuanya, lalu tertidur lagi.

Aku terbangun oleh kokok ayam. Dian juga terbangun. Dia benar2 kaget dan bingung. Lalu menghampiriku, “sebaiknya kamu pulang saja”.

Aku pulang dan tak tahu apa yang terjadi diantara mereka bertiga saat terbangun. Sampai di rumah terpaksa aku beralasan kepada om bahwa aku melanjutkan pemasangan mading dan tertidur di sekolah. Om mencium mulutku, ternyata tidak ada bau alkohol. Untung om tidak mencium celanaku, karena bau mani dan cairan vagina..

Di sekolah tiga bidadari itu terlihat jalan sendiri2. Orang2 heran melihat mereka tidak kompak. Tetapi tidak sampai sebulan, mereka telah terlihat kompak lagi. hingga mereka lulus dan melanjutkan kuliah. Aida kuliah di Jakarta, Saras di Singapura dan Dian di Australia. Sebelum pergi merantau kuliah, Saras sempat sekali mengajakku ke hotel dan kami berhubungan seks. Katanya waktu itu dia tidak sadar, dan sekarang dia ingin merasakan orang yang telah memerawani dia secara sadar.
Ada-ada saja, tapi aku tidak keberatan.

.

Foto Bugil

Guru Biologi memberi kami tugas untuk menangkap kodok, mencari kepompong, menangkap kupu2 atau memotret lima jenis kupu2. Setelah bagi tugas, aku kebagian memotret kupu2. Langsung saja kupinjam kamera om dan kebetulan om punya lensa yang bagus yang bisa memperbesar seperti teropong.

Aku baru bisa memotret dua jenis kupu2. Itupun belum tahu hasilnya karena filmnya belum di cuci cetak. Temanku memberi saran untuk ke bukit karena disana banyak jenis serangga dan mungkin ada kupu2 juga. Aku diantar ke bukit itu, tetapi temanku tak mau ikut2 naik bukit, capek katanya. Maka aku berkelana di bukit itu mencari kupu2, sementara temanku menunggu di warung.

Aku sudah dapat lagi dua kupu2 yang warnanya berbeda, tinggal satu lagi. Di kejauhan kulihat ada dua sejoli berjalan2 juga di bukit itu. Hmm romantic sekali. Aku foto mereka menggunakan lensa close up. Cowoknya ganteng dan ceweknya cantik. Dua2 anya bertubuh atletis.

Aku meneruskan mencari kupu2. Tak juga dapat kupu2 ke lima, aku melihat dua sejoli itu bermesraan, berciuman. Eh, tangannya meraba2 dada perempuan, sedang yang perempuan meraba2 celana laki2. Asyiik juga nih, nonton dulu. Kuarahkan kembali kamera untuk memotret mereka. Wah ternyata mereka mulai mencopot kaos sehingga bertelanjang dada. Makin seru nih..

Karena agak tertutup pohon, aku mencari tempat yang bisa lebih jelas melihat mereka.
Terjadilah adegan berikutnya. Mereka bugil, saling mencium dada dan alat kelamin, lalu berhubungan seks. Mereka menikmati berhubungan seks di udara terbuka di bukit. Sementara aku terus memotret adegan demi adegan. Lensa kamera om canggih juga, sehingga aku bisa mengcloseup susu si cewek serta dengan jelas close up penis si cowok yang sedang menancap di vagina cewek. Penisku ikut ngaceng melihat adegan itu.

Saat sedang asyik nonton dan memotret, lewatlah seekor kupu2. Aku jadi ingat tugasku. Kelihatannya berbeda dengan kupu2 sebelumnya, maka kuikuti kupu2 itu dan kucoba foto. Dia bergerak terus, dan baru saat hinggap di daun, dari jarak jauh aku langsung mengarahkan lensa kamera ke arahnya. Akhirnya aku dapat foto dari lima ekor kupu2.

Selesai memotret kupu2 aku ingat lagi pasangan yang sedang mesum, tapi aku tidak melihatnya lagi, kelihatannya mereka sudah selesai. Aku kembali ke temanku diwarung. Dari atas bukit aku sempat melihat sepasang kekasih itu naik kedalam mobil. Kupasang lagi kamera dan kufoto mobil itu, dan aku dapat nomor mobilnya.

Karena ada foto2 mesum diantara foto kupu2, malam hari aku ke rumah teman yang punya toko cuci cetak film. Temanku bilang bahwa tokonya sudah tutup, aku minta dispensasi karena harus dikumpulkan besok, dan agar tidak merepotkan, biar aku kerjakan sendiri. Temanku setuju dan dia hanya membantuku membuka toko dan menyalakan mesin cuci cetak. Aku pernah dikasih tahu cara cuci cetak, sangat praktis, tapi aku tanyakan untuk memastikan. Lalu aku mencuci cetak dan tak lupa ucapkan terimakasih sambil membayar ongkos.

Di kamar aku memperhatikan dengan kagum hasil foto2ku, baik foto kupu2 maupun foto2 mesum. Aku tak kenal yang laki2 dan yang perempuan yang berbuat mesum itu. Agar tak ketahuan, aku menyimpan foto2 mesum itu dalam koperku yang kukunci.

Karena foto kupu2ku yang dinilai bagus, aku sering diminta untuk menjadi juru foto sekolah. Tentu saja aku sanggupi asal dipinjami kamera om. Sebulan kemudian, saat porseni antar sekolah, aku juga kebagian tugas memotret aktivitas sekolahku di porseni. Saat meliput pertandingan basket putri, aku melihat salah satu pemain lawan mirip dengan perempuan yang di foto mesum.

Mumpung bawa kamera, segera aku foto dia. Tanya punya tanya ternyata namanya Eva salah satu tim basket putri dari SMA swasta terkenal di Padang,. Aku menyempatkan diri menyapa dan berkenalan dengannya dan sekali lagi mengambil foto bersama tim SMA nya dan SMA ku. Salah satu foto kumanfaatkan lensa untuk mengclosup wajah Eva.

Setelah aku cuci cetak, aku bandingkan foto Eva dan foto wanita yang ada di foto mesumku. Menurutku orangnya sama. Waktu membagi2kan foto kepada pemain, khusus untuk Eva kusisipkan juga foto muda-mudi, yang menurutku adalah Eva, sewaktu sedang jalan berdua di bukit.
Beberapa hari kemudian saat pulang sekolah, temanku mencariku dan memberitahu ada cewek cakep menungguku di dekat pintu pagar sekolah. Aku kesana dan ternyata Eva.

“Bisa ngobrol sebentar?”, tanyanya. Aku mengikutinya. Dia mengajakku minum di kantin dekat sekolah.
“Kamu dapat foto ini dari mana?”, tanyanya.
“Aku yang motret. Itu kamu ya?”, aku balik bertanya.
“Iya. Aku dan pacarku”, katanya. Ia meminum jusnya dan menatapku tajam, memperhatikan kedua mataku.
“Sekarang pacarnya dimana?”, aku belagak bloon.
“Masih kuliah di Surabaya. Foto itu waktu kampusnya lagi libur”, Eva menjawab.
“Kamu motret kejadian berikutnya?”, tanyanya menyelidik.
“Iya”, jawabku. “Mati dah aku”, Eva menepuk jidatnya sendiri.
“Terus kamu sebarin kemana2 ya?”, tanyanya agak geram.
“Nggak, nggak ada yang tahu”, jawabku
“Waktu cuci cetak kan pasti ada yang tahu”, katanya
“Aku cuci cetak sendiri di toko teman”, aku mencoba menenangkannya.
“Terus foto2 itu dimana sekarang?”, dia agak lega tapi masih khawatir
“Di koperku. Terkunci”, kataku
“Kalau gitu aku mau ambil,” katanya sambil berdiri.

Aku membawanya ke rumah om. Di rumah ada bibi yang hanya menyuci dan menyetrika. Aku persilahkan Eva untuk menunggu dan bibi menjamu minuman. Lalu kubawa koperku ke ruang tamu dan kubuka didepannya dan kutunjukkan foto2 mesum Eva dan pacarnya. Eva segera mengambil seluruh foto, memasukkan ke tasnya dan beranjak pergi.

Besoknya Eva menungguku lagi didepan gerbang. Teman2 bersiul menggoda kami yang berjalan menuju kantin.
“Minta klisenya biar tidak kamu cetak lagi”, katanya. Lalu kami kerumahku dan kuberikan klisenya, walaupun harus kugunting2 karena campur dengan foto kupu2.

Dua bulan berlalu. Dia muncul lagi di gerbang sekolah dan minta aku bantu dia untuk buat foto. Kami pulang meminjam kamera om dan setelah diizinkan aku kembali naik motor untuk mengikuti mobilnya. Tapi dia suruh aku jalan bersama naik mobilnya. Setelah membeli beberapa rol film kami melaju ke luar kota kearah Bukittinggi di tepi danau. Menuju sebuah rumah yang katanya milik orang tua Eva dan dia minta tolong aku memasukkan koper dimobilnya ke dalam rumah. Isinya penuh dengan baju

“Memangnya kamu mau nginap disini?”, tanyaku
“Aku mau difoto pake baju2 ini”, jawabnya.
Disana Eva minta di foto dengan pemandangan alam danau dan sekitarnya. Lalu kami beristirahat di rumah itu sebentar.

“Nah sekarang fotonya pake baju yang lain”, katanya, dan langsung ganti baju didepanku. Walaupun proses ganti bajunya cukup cepat, tapi aku sempat melihat tubuhnya atletisnya yang hanya tertutup bh dan celana dalam.

Lalu kami berfoto lagi, dan Eva ganti baju lagi dan berpoto lagi dan ganti baju lagi dan berfoto lagi. Setiap ganti baju aku melihat tubuh atletisnya. Aku menyempatkan memotretnya saat ganti baju. Bahkan diganti baju yang terakhir, Eva juga mengganti bh dan celana dalamnya karena keringat. Aku juga sempat memotretnya saat bugil ganti baju, walaupun dia membelakangiku.

Selesai memotret kami makan dulu di lapau, lalu kembali ke rumah di pinggir danau.
“Kamu tadi motret aku waktu ganti baju ya?” tanyanya dan aku iyakan.
Eva bercerita tentang foto mesum dirinya dan pacarnya yang dulu kupotret. Foto dan klisenya sudah dibakar
Tapi dia kepikiran untuk difoto bugil yang bagus, karena foto mesum yang jarak jauh itu agak goyang dan tidak fokus.

“Bagaimana menurut kamu?” ia memandangku.
“Memangnya di Padang ada tukang potret professional yang khusus foto bugil. Setahuku di Eropa baru ada”, kataku.
Eva memandangku.
“Itu juga untuk ditampilkan di majalah porno. Kalau di Indonesia mah belum ada. Paling2 foto pakai baju minim”, kataku lagi.
Eva memandangku tajam.

Karena ditatap dengan tajam, aku menjadi kikuk, “kenapa?” tanyaku.
“Kamu yang motret”, katanya. Apa? Eva minta aku motret dia bugil.
“Kamu bercanda”, kataku.
“Aku serius!”, katanya agak keras. “Di kamar sini saja. Kasurnya bagus, jendelanya menghadap danau”, katanya sambil mengajakku. Aku mengikutinya. Dia memandangku lagi, Aku tidak bergerak.

“Ayo ambil kameranya”, katanya, Aku segera mengambil kamera, dan saat kembali kekamarnya.. Eva sudah bugil. Aku berhenti dan terpana.
“Posenya bagaimana?”, dia duduk ditepi ranjang.
“Coba macam2 pose saja”, kataku asal2an karena tidak punya pengalaman foto nudis.

Akhirnya aku memotretnya dengan berbagai pose duduk dan berdiri di berbagai lokasi di dalam kamar dan rumah itu. Tubuhnya benar sintal, kenyal, padat dan perawakannya atletis. Kakiknya panjang, pundaknya agak lebar dan lehernya jenjang. Lalu Eva menuju ranjang dan tiduran dikasur. Aku memotretnya dan menyempatkan untuk close up susu dan vaginanya. Susunya kecil dan bibir vaginanya tidak tebal ditutupi bulu2 halus.

“Kayaknya susunya kurang menantang”, kataku.
“Terus gimana dong”, katanya. Aku menghampirinya dan memegang susunya. Eva menampik tanganku.
“Putingnya harus tegang menantang. Ini mah lembek”, kataku. Eva diam menatapku. Aku ulurkan lagi tanganku ke susunya dan didiamkannya. Akhirnya kumainkan dan kuplintir susu Eva sehingga ia sedikit terangsang dan puting susunya mulai tegak menantang. Lalu kupotret kembali.

Saat memotret vaginanya, kubilang juga bahwa vaginanya kurang menantang. Eva menolak. Walaupun kubujuk dia tetap menolak.
“Oke deh, kita akhiri sesi fotonya”, kataku. Lalu Eva berpakaian kembali.

Aku pergi ketepi danau bermain air. Tak lama Eva menyusul bermain air di danau. Aku menyiramnya dan dia balas menyiramku. Akhirnya kami sama2 basah kuyup. Saat kembali ke rumah, Eva berganti baju, sedangkan aku tidak membawa baju ganti.
Eva tertawa, “Jemur dulu pakaianmu. Lumayan diangin2 bisa kering”
“Tapi aku tidak bawa baju ganti. Pinjam dulu bajumu”, kataku
“Enak saja. Bugil dong.”, Eva tertawa senang.
“Ayo bugil. Gantian aku yang lihat kamu bugil”, Eva terus tertawa meledekku.

Akhirnya aku bugil dan menjemur pakaianku. Eva segera mengambil kamera dan memotretku sedang bugil. Tapi dia tampak kebingungan karena tidak tahu cara menggunakan kamera canggih itu. Gantian aku yang tertawa. Dan walaupun didesak, aku tidak mau memberi tahu.

“uuh.. terus bagaimana supaya aku dapat foto bugilmu”, Eva menggerutu.
“Asal dipotret bugil berdua dengan kamu, baru bisa”, kataku ngeledek. Eva memukulku, tetapi kemudian sambil menggerutu ia mencopoti seluruh pakaiannya.
“Aku sudah bugil juga nih, terus bagaimana?”, tanyanya seperti tak sabar.

Kuambil tripod mini, lalu kuatur kamera untuk memotret otomatis dan kuarahkan ke Eva. Lalu aku berdiri menghampiri Eva dan ckrek kami berfoto bugil berdua.
“Wah hebat. Bagaimana kalau kita bikin foto erotis”, dia bersemangat.

Akhirnya kami berfoto bugil berdua dengan berbagai pose. Kemudian aku menawarkan pose berhubungan seks dengan cara aku menempelkan selangkanganku ke selangkangannya tanpa memasukkan penisku ke vaginanya. Eva setuju, dan mulailah kami berfoto seolah sedang melakukan hubungan seks, tetapi penisku hanya menempel di vaginanya.

Saat sudah selesai aku melihat masih ada sisa tiga film. “Tanggung dihabiskan saja”, kata Eva. Tetapi kami bingung karena semua posisi sudah dipotret.

“Begini saja, kamu terlentang lagi dan lihat kamera, nanti aku duduk dekat pantatmu” kataku, lalu kuletakkan kamera disebelah kepalanya sehingga Eva seperti mendongak melihat kamera, tetapi dalam posisi terlentang. Aku kearah pinggulnya dan menempelkan penisku di vaginanya mencoba posisi yang pas untuk dipotret.
“Nah nanti begini posisinya, kepalamu jangan lihat aku, tapi mendangak lihat kamera, oke?”. Eva setuju, lalu aku mulai memasang timer kamera dan segera kembali ke posisi.

Timer kusetel 20 detik sehingga aku punya waktu untuk mengatur posisi. Kutempelkan lagi penis di vaginanya. Kulihat vaginanya sudah basah tanda Eva sudah lama terangsang. Lama aku bertahan dalam posisi itu. Ketika timer sudah hampir habis, iseng kudorong pantatku sehingga penisku masuk ke vaginanya.
“Haa?!”, Eva kaget dan ‘cpret..’, kamera secara otomatis memotret.
“Hey, kamu bandel ya!!”, kata Eva marah. Tapi dia tidak segera mengeluarkan penisku dari vaginanya.

Aku tersenyum nyengir, “Masih ada dua film lagi”, kataku
“Terus kita pose apa lagi?!” tanya Eva
“Kamu tidur miring, lalu aku dari belakang”, kataku
“Seperti yang tadi lagi dong?!” katanya.
“Iya, tapi ada bedanya”, aku tersenyum. Eva masih berlagak judes, tapi diam dan mengikuti arahan gayaku. Dia tidur miring, kuatur kamera untuk memotretnya, kali ini kusetel 1 menit, lalu aku memposisikan diri dibelakang Eva. Satu kaki Eva diangkat sedikit sehingga vaginanya kelihatan, lalu ujung penisku menempel di vaginanya.
Masih ada 50 detik lagi.“Siap?”, kataku. “Iya”, Eva menyahut. Setelah Eva menjawab, maka kudorong pantatku sehingga penisku masuk lagi ke vaginanya. “Ahh..”Eva kaget, tapi tidak bereaksi.
Melihat dia tidak bereaksi maka kuayun pantatku sehingga penisku keluar lalu masuk lagi ke vaginanya. “Ahh” Eva mendesah lagi. Akhirnya kuberanikan diri kuayun terus menerus sehingga penisku keluar masuk vaginanya berulangkali. “Ahh..ahh..ahh”, Eva juga berulangkali mendesah setiap penisku menusuk vaginanya.

"Ah..ah..kok.. la..ma...ya.. ka..me..ra..nya..Ah", Eva terus mendesah.
“Cepret” kamera otomatis memotret. “Su..dah tuh..”, kata Eva terengah. Aku tak peduli, dan terus mengayun pantatku. Eva diam saja. Akhirnya kubalikkan tubuhnya hingga terlentang kembali, aku merayap diatasnya. Kuluruskan penisku dan kudesakkan kelubang vaginanya. Eva mendekapku erat, sambil membalas menggoyang2kan pinggulnya dan mengerang2.

Akhirnya kami melakukan hubungan seks di rumah kecil pinggir danau itu. Kami mengulanginya dua kali lagi hingga malam tiba. Selesai tiga babak seks itu, kami berkemas pulang. Kebetulan bajuku sudah kering. Diperjalanan sekitar Bukittinggi, tak lupa kami mampir di rumah makan untuk memulihkan energi.

Eva mengambil semua rol film dan minta aku menghubungi teman di toko film. Untuk menjaga kerahasiaan, Eva minta proses cuci cetak dilakukan bersama. Kalau temanku tidak memberi izin maka tidak perlu cuci cetak dan klise langsung dibakar. Aku setuju saja.

Untungnya temanku mau mengerti dan memberi Eva dan aku kesempatan untuk mencetak sendiri di malam hari. Dia ambil semua foto bugil dirinya, sedangkan foto bugil kami berdua dan dua foto seks kami diberikannya padaku. Eva tidak mau menyimpan foto seks itu takut ketahuan. Sedangkan fotobugil dirinya akan disimpan secara rahasia, kalaupun ketahuan akan bilang bahwa dipotret sendiri pake timer.

Dia minta pendapatku dua foto bugil dirinya yang terbaik yang mana. Aku tunjuk foto bugilnya yang tidur agak terlentang dikasur dan foto bugil yang berdiri didekat jendela sehingga menimbulkan sedikit efek siluet. Lalu dia mencetak kedua foto itu sekali lagi, dan diberikan kepadaku.

“Aku akan bakar klisenya. Jaga baik2 semua foto yang aku kasih buat kamu. I thrust you”, katanya sambil mencium pipiku.
“Oke” kataku. Dan aku tertawa2 kecil.
“Ada yang lucu?”, tanya Eva

“Iya, aku masih merasa lucu melihat foto kamu yang menunjukkan ekspresi wajah campuran antara kaget, sakit dan nikmat, waktu aku pertama kali iseng mencobloskan kontolku ke memekmu”, aku tersenyum.
Eva meninju pundakku, “Awas ya!”, katanya sambil ikut tertawa.

.

Kursus Seks

Rapotku rangking dua dikelas, tapi rangking duapuluh untuk seluruh kelas satu. Nilainya biasa2 saja, yang istimewa hanyalah nilai matematikaku terbaik di seluruh kelas satu. Hal ini yang menyebabkan di kelas dua aku dijadikan asisten oleh Pak Darman guru matematika. Tugasku memeriksa nilai2 anak kelas satu. Sepulang dari sekolah, hampir setiap hari Pak Darman mengajar kursus privat matematika untuk SMA dan SMP di rumahnya. Dia punya ruang kelas yang bangunannya terpisah dari rumahnya, dengan halaman yang penuh bermacam pohon buah2an.

Waktu itu Pak Darman harus mengikuti penataran dari Dinas Pendidikan, yang dilaksanakan setiap selasa dan kamis siang, selama sebulan. Sehingga kursus matematika yang diadakan pada hari2 itu tak bisa terlaksana. Pak Darman menawarkan aku menjadi pengganti sementara untuk mengisi kursus itu. Yang hari selasa adalah kursus matematika untuk anak kelas 3 SMP, sedangkan yang kamis adalah untuk anak kelas 1 SMA. Aku setuju dan dua kali seminggu memberi kursus matematika pada mereka.

Pada Selasa minggu kedua, seusai memberi kursus matematika, sekitar 20an peserta kursus berhamburan keluar, kecuali empat siswi. Salah seorang dari mereka, Vira, menghampiriku, “Kakak bisa kasih kursus biologi?”, tanyanya.
“Bisa saja. Tapi biologi kan gampang, cuma hapalan, tidak perlu kursus”, kataku sambil membereskan bahan pelajaran.
“Sekarang topiknya tentang perkembang biakan. Kami susah pahamnya”, kata Vira.
Aku melihat mereka semua. “Memangnya semua tidak ngerti?” tanyaku.
“Susah Kak”, kata mereka hampir serempak.
“Oke deh. Kakak siapkan bahannya dulu. Minggu depan setelah kursus matematika, kita lanjut dengan kursus Biologi disini”, jawabku
“Kalau hari kamis bisa nggak Kak? Kalau gak bisa disini, di rumah Ranti juga boleh, dia punya kamar belajar”, kata Vira
“Oke deh. Aku tanya ke Pak Darman, kalau bisa disini, disini saja”, kataku.
“Ini bahan pelajarannya Kak”, Vira memberikan buku Aku Ingin Punya Adik. Lalu kami pulang kerumah masing2.

Sampai dirumah kubaca buku yang diberi Vira. Astaga, ini sih buku tentang reproduksi manusia. Menjelaskan bentuk dan fungsi alat kelamin ayah dan ibu, lalu bagaimana ayah berhubungan dengan ibu, lalu ibu mengandung dan melahirkan, lalu menyusui anaknya, lalu membesarkan dan menjadi adik. Gambar2nya sangat gamblang. Mungkin belum cocok untuk anak SMP. Tetapi bila kuingat, waktu SMP aku sudah menonton film porno, dan sudah mendapat pelajaran seks.

Hari kamis setelah memberi kursus matematika untuk kelas 1 SMA, Vira datang ke rumah Pak Darman menemuiku. “Kak ada 3 orang lagi yang mau ikutan kursus biologi. Jadi kursusnya di rumah Ranti saja. Mereka sudah menunggu disana”, katanya lalu menjelaskan alamat dan jalan menuju rumah Ranti.

Kedatanganku ke rumah Ranti disambut Vira dan diantar ke salah satu ruang yang katanya ruang serbaguna keluarga. Disana telah ada 7 siswi duduk lesehan di karpet, 4 anak kelas 3 SMP dan 3 lagi anak kelas 2 SMP Katanya sih mereka satu geng. Selebihnya aku merasakan suasana sepi di rumah itu. Saat kutanya, ternyata memang Ranti anak tunggal dan orangtuanya sedang ke Medan, sedangkan beberapa temannya menginap menemani Ranti. Merasa tidak enak, aku bermaksud membatalkan kursus tetapi ditahan oleh mereka. “Please..”. “Iya, please Kak..”, kata mereka. Akhirnya aku mengalah.

“Jelasin yang sejelas2nya ya Kak. Soalnya ada yang sudah punya pacar nih”, kata Beti, salah satu dari mereka. Maka aku mulai menjelaskan mengenai proses perkembang biakan manusia. Mereka menyimak ceritaku dan visualisasinya. Dan setelah itu, seperti biasa, aku mempersilahkan mereka untuk bertanya kalau ada yang belum jelas.

“Apakah kami ada yang sudah bisa hamil?” tanya Eti.

Aku suruh mereka berjejer dari kiri ke kanan berurutan dari yang paling muda sampai yang paling tua. Ternyata umur mereka antara 13 sampai 15 tahun. Vira yang paling senior, 15 tahun kurang 4 bulan. Intan yang paling muda, 13 tahun lebih 3 bulan. Tetapi secara fisik, Beti yang paling kecil. Kutanya apakah ada yang sudah menstruasi, mereka menjawab sudah semua. Apakah mereka suka sama cowok, dijawab suka semua, dan tersebutlah nama2 bintang film dan penyanyi idola dalam negeri dan luar negeri. Belakangan ini mereka memang mendapat pendidikan pengenalan seks, makanya mereka ingin tahu lebih dalam lewat kursus ini.

“Apakah ada yang sudah terangsang untuk berhubungan seks?”, aku bertanya lagi. Mereka saling memandang, jawaban mereka beragam “Iya kali ya”, “Nggak tahu”, “Nggak kayaknya”.

“Bagaimana tandanya orang terangsang?” tanya Vira.

Aku menghampiri Vira, kupegang wajahnya dan kucium bibirnya. Vira gelagapan, yang lain melongo. “Bagaimana rasanya?”, tanyaku. Vira belum bisa menjawab. “Sekarang tutup matamu, nanti kakak cium lagi”.
Vira menutup mata lalu kucium lagi bibirnya, agak lama. Siswi yang lain melongo lagi dan memperhatikan. Kudengar nafas Vira mulai cepat dan jantungnya berdetak, maka kuhentikan ciuman. “Bagaimana rasanya?”
“Deg degan”, kata Vira.

“Nah itulah tanda terangsang. sekarang yang lain gantian. Nanti kakak cium. Yang dicium menutup mata, yang tidak dicium boleh melihat bagaimana cara ciuman. Jadi nanti kita tahu siapa yang bisa terangsang”, kataku. Maka mulailah aku menciumi bibir 6 siswi lainnya satu persatu. Asyik juga mencium beraneka bentuk bibir dan reaksi mereka berbeda-beda. Dan mereka tampak bersemangat dan jantungnya berdegup kencang.
“Ferina sudah punya pacar dan pernah ciuman ya?”, aku menyimpulkan karena cara ia menerima ciuman dan membalas menunjukkan bahwa dia pernah berciuman. Ferina mengiyakan.

Selesai menciumi 7 siswi, Vira bertanya, “Terus apa Kak?”
“Tanda cewek yang terangsang itu terlihat dari pentil susunya yang mengeras”, kataku. Mereka saling memandang dan memegang susu masing2. Aku segera menghampiri Vira, “Coba lihat susumu”, kataku. Vira ragu. “Katanya mau tahu terusannya”, aku memancing. Dan akhirnya Vira membuka kancing bajunya dan menyingkapkan bh putihnya, lalu tampaklah kedua susunya. Besarnya sekepalan tangannya, ukuran yang pas untuk usianya. Kulitnya coklat muda dan putingnya kecil berwarna coklat.

“Sekarang Kakak coba merangsang susu. Vira boleh melek boleh juga merem supaya lebih terangsang”, kataku. Vira memilih merem. Maka kuelus2 kedua susunya yang sudah mulai membesar, kumainkan pentil susunya dengan jariku. Selanjutnya kuciumi susu2 itu, kujilati, lalu kumainkan pentilnya dengan mulutku dan kuhisap2. Degup jantung Vira semakin mengencang. “Nah ini tandanya Vira terangsang”, kataku.

Siswi lain terdiam terpaku melihatku menciumi susu Vira, sebagian menelan ludah. Lalu kusuruh siswi lainnya menunjukkan susunya. Ada yang malu2 karena merasa ukurannya kecil. Kukatakan ukuran susu tidak mempengaruhi rangsangan, tetapi sensor rangsangan ada di kulit susu dan di pentilnya. Akhirnya mereka membuka baju dan menyingkap bh, sebagian siswi yang susunya baru tumbuh tidak memakai bh dan hanya memakai kaos dalam top tank.

Aku menikmati pemandangan susu yang ukurannya beragam, tetapi semua masih kecil, hanya ada 2 siswi yang susunya lebih besar dari Vira, yaitu susu Ferina dan susu Ratna. Warna pentilnya juga beraneka, ada yang agak pink ada juga coklat kehitam2an. Lalu kulakukan hal yang sama kepada mereka, mengelus, meremas, mencium dan menghisap.

Lucu juga menggengam dan menghisap susu yang keci. Baru kubuka mulut, seluruh bagian susu sudah masuk kedalamnya. Lidahku memainkan pentil susu yang ada didalam mulutku. Kucoba menghisap sekuat mungkin agar pentil susunya mancung mengeras. Hasilnya, mereka semua menjadi deg2an tak keruan. Tentu saja mereka terangsang karena mereka semua sudah mens, yang artinya memang sudah bisa terangsang.
“Kalian semua ternyata sudah bisa terangsang, jadi kalian semua bisa hamil. Demikian pelajaran biologi hari ini”, kataku menyimpulkan.

Karena masih terangsang dan bergairah, mereka minta untuk diteruskan pelajarannya. “Masa cuma ngemut susu bisa hamil?”, Ferina bertanya sekaligus protes.
“Maksudnya?”, tanyaku.
“Kan harus ada alat kelamin baru bisa hamil”, sahutnya, didukung oleh yang lain.
“Betul. selain susu, tanda cewek terangsang juga terlihat di memeknya. Memek yang terangsang dan siap dihamili adalah memek yang basah dan merekah”, jawabku.
“Coba lihat punya masing2”. Aku minta mereka untuk menunjukkan vagina. Mereka ragu2, dan selalu Vira dulu yang berinisiatif. Ia menyingkap rok dan memelorotkan celana dalamnya sedikit. Yang lain mengikuti, ada yang mengangkat rok dan menyingkap celana dalam, ada yang memelorotkan celana dan menyingkap celana dalam.

Lalu kusuruh Vira untuk merebahkan diri dan mengangkat kedua kakinya, sehingga vaginanya terlihat jelas. Aku mengamati vaginanya. “Tuh lihat, memek Vira sudah basah dan sudah agak merekah sehingga terlihat itil dan lubang memeknya”, aku menjelaskan dan siswi2 itu melihat vagina Vira.

“Sekarang coba kakak lihat yang lainnya”. Maka mereka semua merebahkan diri terlentang dan mengangkat kakinya keatas. Aku memperhatikan satu persatu vagina mereka. Vagina2 itu masih mungil2 dan belum banyak bulunya. Warna vaginanya bermacam2 dari pink hingga hitam. Tebal bibirnyapun bermacam2. Aku menyimpulkan, Vira yang paling siap, yang banyak cairannya dan vaginanya sudah membuka sendiri. Sedangkan Intan yang paling kurang siap. Kuminta Vira dan Intan berjejer dan menyuruh siswi2 itu untuk melihat dan membandingkan vagina yang paling siap dan yang kurang siap.

“Kalau yang belum siap, gimana supaya bisa siap?” , mereka bertanya.
“Ya harus dirangsang lagi sampai siap”, jawabku
“Caranya?” tanya mereka ingin tahu.

Karena vagina Intan yang belum siap maka kusuruh ia terlentang lagi. Melihat posisi celana dalam yang masih dipaha dapat mengganggu praktek, kuminta Intan mencopot celana dalamnya, lalu roknya disingkap keperut. Paha Intan merapat menutupi vaginanya, kuminta kakinya untuk dibuka. Aku segera menghampiri selangkangan Intan dan kuminta yang lain memperhatikan.

Lalu mulailah aku merangsang vagina Intan. Mulai dari membelai bulu dan bibir vagina, mencari dan memainkan itil, menciumi vagina dan menjilati seluruh bagian vagina. Intan merem melek dan mendesah “Aww.. ahh..”. “Intan kenapa? enak ya?”, yang lain bertanya. Kakinya menutup menjepit kepalaku. Kurenggangkan lagi agar terlihat oleh semua siswi. Para siswi melihat dengan berbagai reaksi, ada yang jijik ada juga yang pingin.

“Nah sekarang memek Intan sudah siap. Coba sekarang Beti. Copot dulu celana dalamnya”. Kulakukan hal yang sama terhadap Beti dan supaya adil kumainkan juga vagina siswi lainnya. Lidahku menyapu itil yang besarnya berbeda. Itil Beti paling besar dan itil Ferina paling kecil. Lidahku juga merasakan cairan asin vagina yang berbeda2.

Mereka semua sudah mabuk kepayang dan bergairah. “Kalau yang punya laki2, bagaimana terangsangnya?”, tanya Vira. Aku mengangkat bahu yang berarti tidak mau menjawab.
“Kakak curang, mana bisa perempuan hamil tanpa laki2”, kata mereka.

Akhirnya aku mencopot celana dan terlihat dibalik celana pendekku penis yang mulai terangsang. Siswi2 itu melihat serius dan menungguku memelorotkan celana pendek. “Ada yang sudah pernah melihat kontol?”, mereka menggeleng. “Cuma digambar”, kata Vira.

Aku copot celana pendek dan tampaklah penisku. “Woww..”, siswi2 itu bergumam.
“kok nggak ngaceng?”, Ratna bertanya. “Harus dirangsang”, kataku. “Bagaimana caranya?”, tanya Eti. “Dielus2 dan dicium”, kataku. Tiba2 semua siswi maju ingin mengelus penisku. “Gantian dong”, kataku. Mereka bergantian mengelus dan mencium penisku. Lama2 penisku membesar dan tegang. “Woww..”, mereka bergumam lagi.

“Tadi kakak menjilati memek kami, jadi kontol kakak juga boleh dijilat ya?”, Vira agresif bertanya.
“Ya, boleh dijilat dan diemut. Siapa mau duluan”, aku menantang dan Vira duluan meraih penisku menjilatinya lalu mengemutnya. Lalu yang lain bergantian.

“Ada asinnya”, kata Beti. “itu tandanya kontol kakak sudah terangsang dan sudah siap”, aku menjelaskan.
“Siap apa?”, tanya Intan. “Siap berhubungan seks”, jawabku. “Bagaimana caranya?”, tanya Vira memancing2
“Bagaimana kalau kita bugil semua”, aku mulai mencopot seluruh pakaianku. Lalu Vira bugil, lalu yang lain akhirnya mengikuti bugil.

Kusuruh lagi Vira tidur terlentang, aku mendekatinya, merangkak diatas tubuhnya. Jantung Vira berdegup kencang. Siswi yang lain melihat penuh ketegangan. lalu kutindih tubuhnya, semua siswi seperti menahan napasnya, melihat pemandangan laki2 bugil menghimpit wanita bugil. Kucium bibir Vira dan susunya. Vira merem melek dan jantungnya berdetak kencang.

Lalu kuluruskan penis ke vaginanya, kurenggangkan sedikit pahaku agar penisku dan vagina Vira bisa dilihat. Kusuruh siswi2 itu untuk melihat posisi penis dan vagina. Aku meraba lubang vagina Vira, ”Ini lubang memek. Waktu berhubungan seks, kontol dimasukkan ke lubang ini. Dengan posisi ujung kontol persis di lobang memek, tinggal didorong maka kontol akan masuk memek, lalu terjadilah hubungan seks, seperti penjelasan dalam buku”.
Aku menggoyang sedikit pantatku sekali sehingga menggesek bibir vagina dan itilnya. Dia menahan napas. Lalu aku beranjak dan berdiri meninggalkan Vira yang terlihat mulai berkeringat.

“Sekarang gantian yang lain”, aku memandang mereka. Intan segera merebahkan diri terlentang, ingin praktek duluan. Aku merayap diatas Intan dan menindihnya. Intan memejamkan mata dengan jantung yang juga bergetar kencang. Aku merenggangkan paha, “Coba ambil kontol kakak lalu tempelkan ke lubang vagina Intan”. Ranti meraih penisku dan diarahkan ke vagina Intan. Aku memberi aba2 untuk agak kebawah sedikit. Kugesek sekali.
Lalu gantian siswi lainnya kutindih satu persatu dan kutempelkan ujung penis kelubang vagina masing2, lalu digesekkan sekali. Setelah itu mereka terlentang semua, menunggu tindakanku.

“Nah dalam buku itu ada orgasme. Kakak akan ajarin bagaimana rasanya orgasme. Ayo Vira duluan lagi”, kataku.
Kembali, mulai dari Vira aku menindih dan menempelkan penis ke vagina. Lalu aku mulai menggenjot pinggulku dan menggesek2an penisku di vaginanya dan juga menggesek2 itilnya. Aku menggenjot berulang2 sambil meremas susu dan sekali2 mencium dan menghisap susunya.
Vira mendesah2 “ahh..ahh.ahh”. Karena memang sudah terangsang dari tadi, Vira segera orgasme. “a a a aahh..”, vira mengerang panjang dan memelukku erat “enak banget”, katanya pada teman2nya. Melihat Vira mencapai puncak yang lain semakin terangsang dan ingin orgasme juga.

Satu persatu kutindih dan kugesek2kan penis ke vaginanya. Beragam cara mereka mendesah nikmat dan beragam cara mereka mengerang mencapai orgasme. Lalu semua terlentang kecapean sambil saling tersenyum dan tertawa kecil. Aku sendiri juga merasakan nikmatnya menindih berbagai ukuran badan siswi2 itu, dan ingin juga mencapai puncak orgasme.

“Supaya terjadi pembuahan, yang laki2 juga orgasme. sekarang dicontohkan bagaimana kakak orgasme”, kataku. Kuminta Vira terlentang lagi dan kucumbu Vira seperti berhubungan seks, tetapi penisku hanya menggesek di vaginanya. Vira terangsang lagi akupun terangsang, kuteruskan dan kupercepat genjotanku. Sampai akhirnya aku merasa akan mengeluarkan mani. Segera kuangkat penisku dan kukocok dengan tangan.

“Lihat. Sebentar lagi kakak orgasme dan keluar mani”, mereka segera bangkit dari rebahnya dan memperhatikan penisku. Segera kukocok penis dengan cepat, dan .. crot..crot..crot.. maniku berhamburan di perut Vira. “Woww..” mereka terpana melihat mani keluar dari penis. Lalu memegang2 maniku yang putih kental.

Aku lemas, tapi berusaha menjelaskan sambil terengah2, “Nah, kalau air mani ini masuk ke memek kalian, kalian bisa hamil, bisa menjadi anak. Jadi hati2 jangan sampai hamil”.

“Kami masih perawan kan?”, tanya Intan. “Iya, karena tadi kontol kakak tidak masuk memek. Dan tidak ada darah perawan yang pecah”, aku menenangkannya.
“Terimakasih kakak”, kata Intan memeluk dan mencium pipiku. Yang lain ikut2an mengucapkan terimakasih, memeluk dan menciumku.

“Ayo, Sekarang semua membersihkan memek. Vira juga harus mengguyur mani diperut”, kataku.
Kami membersihkan diri, berpakaian. Kulihat wajah mereka tersenyum puas. Karena sudah mulai malam, kami memesan makanan. Vira dan Beti tetap tinggal karena akan menginap di rumah Ranti, mereka akan ditemani maktek (bibi) yang datang agak malam.

Demikianlah aku memberi kursus seks singkat dan dilengkapi praktek, kepada Vira, Ranti, Beti, Ferina, Intan, Eti dan Ratna. Setelah kejadian itu aku masih beberapa kali memberi kursus matematika kepada sebagian dari mereka, lalu kami tidak pernah bertemu.

Tahun berikutnya aku bertemu Ferina sebagai adik kelas di SMAku. Waktu kusapa, dia masih ingat aku yang memberi kursus seks. Menurutnya dulu itu karena rasa ingin tahu saja. Sekali lagi dia mengucapkan terimakasih karena aku tidak memanfaatkan kesempatan kelemahan mereka. Sehingga perawan mereka terjaga.

.

Motivasi bercak perawan

Wali kelas kami, Pak Arman pindah ke SMA lain menjadi wakil kepala sekolah. Kami tidak punya wali kelas selama sebulan, katanya pengganti Pak Arman akan datang dari Pekanbaru. Dan siang itu kami diperkenalkan dengan guru baru sekaligus walikelas kami yang baru, Bu Neni. Dia mengajar kimia, umurnya 28 tahun, belum menikah, perawakannya tinggi tapi agak kurus, rambut model pendek, dan berkulit putih. Sikap Bu Neni tidak banyak basa basi, mungkin termasuk sedikit judes. Saat ulangan, Bu Neni memberi soal yang sulit, sehingga rata2 nilai kami rendah.

Ketua kelas, beberapa siswa termasuk aku pernah menghadap Bu Neni perihal nilai ulangan yang rendah. Bu Neni hanya menyarankan agar kami lebih giat belajar dan harus haus mencari sumber bacaan lain selain textbook. Kami juga sudah mengadu ke kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah pernah memanggil Bu Neni. Tetapi Bu Neni tetap bertahan bahwa tujuannya adalah meningkatkan kesungguhan belajar siswa-siswinya.

Akhirnya kami putuskan untuk datang ke rumahnya. Berlima kami ke rumahnya. Disambut hangat oleh Bu Neni. Kami melaporkan kegiatan kelas dari segi aktivitas kelas, sampai tabungan kelas, serta persiapan jalan2 kelas disaat libur sebelum pembagian rapot kenaikan kelas nanti. Lalu kami juga menyampaikan kembali rasa takut apabila nilai kimia kami rendah atau merah. Sekali lagi Bu Neni menenangkan kami. Nilai rendah adalah untuk memacu semangat belajar. Terus terang aku jadi sebel melihat sikapnya ini.

Setelah ngobrol banyak hal, kami pamit pulang dan melanjutkan pembahasan di rumah ketua kelas. Saat kami hendak merekap kegiatan kelas di rumah ketua kelas, buku kas kelas ketinggalan. Karena sebel dengan Bu Neni, tak ada yang mau kembali kerumahnya. Akhirnya ketua kelas memutuskan dan menyuruhku mengambil buku kas kelas di Bu Neni. Saat kuketuk pintu tak ada yang menyahut, mungkin Bu Neni sedang pergi. Saat kucek pintunya ternyata terbuka dan kulihat buku kas kelas ada di meja tamu.

Aku masuk mengambil buku kas kelas. Saat itu kudengar suara tivi dikamar Bu Neni. O, pantas Bu Neni tidak mendengar suara ketukan karena sedang asyik nonton tivi. Melihat pintu kamarnya terbuka, aku menuju kamarnya untuk minta izin ambil buku. Ups, aku melihat pemandangan luar biasa. Ternyata di dalam kamar Bu Neni sedang bugil mendesah sendirian sambil nonton film porno. Sambil duduk dilantai tepi kasur, tangan Bu Neni meremas susu dan vaginanya sendiri. Walaupun agak kurus, tetapi susu Bu Neni besar, sedangkan vaginanya tertutup bulu jembut yang lebat mulai dari bibir vagina melebar hingga kebagian perutnya.

Karena masih sebel dengan Bu Neni, aku segera pergi. Tetapi tiba2 aku berubah pikiran. Justru karena sebel, sebaiknya aku ngerjain Bu Neni. Maka kukunci pintu rumah Bu Neni, lalu aku mencopot seluruh pakaianku, dan dalam keadaan bugil aku mengendap masuk kamar. Posisi Bu Neni sedang tidur menghadap tivi dengan tangan masih memainkan susu dan vaginanya. Aku terangsang melihat adegan film porno dan tubuh bugil Bu Neni, lalu mengocok penis agar cepat ngaceng.

Aku mendekat dan ikut merebahkan diri dibelakang Bu Neni dengan posisi penis yang sudah terarah ke vaginanya. Tanganku menggapai vaginanya. Bu Neni kaget dan ingin berbalik. Kutahan gerakan badannya, segera tanganku membuka pahanya, dan penisku mengarah kevaginanya. Kudorong pantatku dan ..clepss.. karena vagina Bu Neni sudah basah maka mudah bagi penisku masuk ke dalamnya. “Aawwhh..” bu Neni berteriak. Lalu kubiarkan ia melihatku.

“Jar.. kamu..”, bu Neni kaget melihat aku. Tubuhnya kuterlentangkan dan segera menindihnya. Penisku dengan cepat mencari lubang vaginanya, dan tanpa membuang2 waktu kutancapkan penis memasuki lubang. Blesss.. cukup dalam untuk mencapai dasar vaginanya. “Awwhh.. Bu Neni berteriak lagi “pelan-pelan..” rintihnya. Aku mulai menggenjot pantat naik turun pelan2. Bu Neni memandangku, mulutnya terbuka bersuara ahh ahh… Kulihat dia masih kaget tapi dia juga sedang bergairah. Mau marah tapi nikmat.

Aku tidak berhenti menggenjot, malah menambah dengan ciuman ke susunya. Bu Neni memejamkan mata, mulutnya tertutup. Terlihat ada air menitik dari matanya. Aku menghentikan genjotan. Bu Neni membuka matanya yang berlinang. “Teruskan..”katanya pelan. Maka aku kembali meneruskan genjotan, Bu Neni memeluk punggungku dengan erat. Kuberanikan mencium bibirnya dan dia membalas.

Tak lama kemudian dia mengejang dan meremas punggungku. Aku semakin bernafsu menggenjot.
“Aku mau keluar Bu… Di dalam atau diluar?..” tanyaku sambil terus menggenjot
“Di dalam saja”, kata Bu Neni.

Kupercepat genjotan dan crot.. crot..crot..crot. sambil menggenjot, penisku memuncratkan banyak air mani di dalam vagina Bu Neni. “Uhh.. uuuhhh..”Kucoba mengeluarkan mani sebanyak mungkin, lalu aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kubiarkan penisku didalam vaginanya. Bu Neni mendekapku, airmatanya semakin banyak. Aku merasa bersalah. Yang tadinya aku sebel sama dia, sekarang menjadi kasihan.
“Ibu menangis?”, tanyaku.
“Ini seks pertama Ibu”, katanya berusaha tersenyum.

Aku kaget, segera aku cabut penis yang masih mendekam didalam vaginanya. Dan kulihat ada darah dan mani di penisku, ada darah dan mani di vagina Bu Neni dan juga di lantai. Aku tertunduk lemas, tak tahu mau berkata apa. Tadinya karena nonton bf, kukira Bu Neni sudah pernah berhubungan seks.

Bu Neni berdiri mengambil celana dalamnya dan membersihkan darah dan mani di vaginanya. Ia mengambil plastik dan menyimpan celana dalam kotor itu dalam plastik. Lalu ia mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Dan kemudian menuju kamar mandi. Selesai mandi dia menyuruhku untuk membersihkan diri sambil mematikan film porno.

Bu Neni membuka pintu rumahnya dan duduk menungguku di ruang tamu. Setelah berpakaian akupun duduk di kursi tamu.
“Jar, seharusnya Ibu menuntut pertanggungan jawabmu karena telah menyetubuhi Ibu. Tetapi ibu pikir2, masa depanmu masih panjang. Jadi Ibu menganggap peristiwa ini adalah kecelakaan. Kamu terus belajar dan capai cita2mu”, Bu Neni menasehatiku.

Aku minta maaf pada Bu Neni. Lalu kusampaikan tujuanku kerumahnya. Setelah itu aku pamit dengan membawa buku kas kelas. Di rumah ketua kelas, teman2 marah karena telah lama menungguku.
“Pasti diceramahin lagi ya? Tentang apa?”, kata temanku.
“Ngobrolin tentang cita2ku kedepan?”, kataku sekenanya.

Sejak kejadian itu Bu Neni lebih banyak tersenyum, dan nilai kimia kami membaik. Perubahan sikap Bu Neni membuat seorang duda tertarik, lalu mendekatinya dan menikahinya. Bu Neni pindah ke rumah suaminya dan sempat mengundang kami untuk makan2 dirumahnya bersama suami dan satu anak tirinya.

Pada kesempatan itu aku sempat ngobrol berdua dengan Bu Neni. Dia mengucapkan terimakasih. Karena kejadian itu dia jadi termotivasi untuk berubah. Setiap dia kembali judes, dia ambil plastik yang didalamnya ada celana dalam yang masih tersisa bercak darah perawan dan mani yang sudah kering. Lalu dia termotivasi kembali.
“Memangnya plastik itu tidak ketahuan suami?”, tanyaku.
“Sebelum pernikahan kemarin, plastik itu sudah Ibu buang”, katanya tertawa. Aduh cerianya Ibu guruku..

Yuni, bendahara kelas yang memegang buku kas kelas, curiga dan mengkaitkan perubahan sikap bu Neni dengan lamanya aku mengambil buku kas kelas di rumah Bu Neni. “Kamu apain Ibu?”, berulangkali Yuni bertanya kepadaku, berusaha menyelidiki.

Tentu saja aku tak menjawab.

.

Seks Tourist Guides

Siang itu aku mengantar Buyung untuk mengambil nasi bungkus yang sudah dipesan untuk acara kelasnya Buyung. Waktu kelas satu dia teman sekelas, di kelas dua kami beda kelas. Rumah makannya ramai pengunjung. Dasar mata anak muda, diantara pengunjung aku melihat seorang gadis cantik putih duduk teman laki2nya.
Buyung menepuk pundakku, “itu tourist guide”.

Kulihat cewek tadi berdiri menuju toilet. Segera akupun menuju toilet dan menunggu dia keluar. Saat keluar aku bilang, “Uni, turis panuah yo?”. Dia melihatku, menyelidik dari atas ke bawah. Tidak membalas sapaku dan langsung duduk kembali ke mejanya. Menurutku memang dia cantik, mungkin usianya 20 tahunan. Aku terus mencuri pandang sampai mereka pergi dari rumah makan. Buyung menepuk2 pundakku sambil menggelengkan kepala.

Sabtu berikutnya, saat membeli bahan majalah dinding, aku melihat wanita tourist guide itu di toko kosmetik bersama seorang teman cewek. Sepintas, lalu mereka hilang dibalik keramaian.
“turis talampau panuah nih”, tiba2 dia berada disampingku. Aku kaget, “eh uni..”
“Kamu bukan orang asli Padang kan, logatnya masih campur”, katanya lalu memperkenalkan diri bernama Madonna. Kelihatannya itu bukan nama asli, maka akupun memperkenalkan diri bernama Richard. Lalu dia memperkenalkan kepada teman2nya yang ternyata memang sedang belanja, tentu semuanya nama palsu. Ada Marissa, Eva Arnaz, Nia Daniaty, Cindy Lauper, Suzanna.
“Bagaimana?”, Madonna bertanya pada teman2nya. “Boleh. Oke” kata mereka. Aku tak tahu maksudnya, terlalu banyak kata sandi.

“Kamu mau jadi turis?”, tanya Madonna. Aku belum mengerti, tapi menebak maksudnya. Aku mengangguk.
“Bagus. Datang ke alamat ini nanti malam”, katanya sambil memberi bingkisan. Lalu dia pergi bersama teman2nya. Kubuka bingkisannya, ternyata kunci kamar hotel no 207.

Aku izin kepada Om mau nginap di rumah teman. Karena aku memang sering nginap di rumah teman, Om mengiyakan tanpa menanyakan mau nginap dirumah siapa. Maka jam 7 malam bergegas aku menuju hotel dan membuka kamar 207. Disana ternyata ada Eva dan Nia.
“Eh.. kamu Richard, kirain siapa”, kata Nia. Lalu dia menawarkan makanan dan minuman ringan kepadaku. Telpon kamarnya berbunyi. “Mintanya jam 10 sampai jam 2. Kita istirahat dulu saja”, kata Eva setelah menerima telpon. Tak lama kemudian datanglah teman2 mereka yang lain, Marissa, Cindy, Suzzana dan Madonna. Dan langsung diberitahu bahwa acara ditunda dari jam 8 jadi jam 10.

“Terus sambil nunggu 2 jam ini kita ngapain dong?”, tanya cindy. Mereka saling memberi usulan, mulai dari pulang dulu, jalan2 dulu, nungu di kamar dan lain2.
“Eh, kan ada Richard..”, kata Madonna. “O iya, yuukk..”, kata yang lainnya. Lalu Madonna menghampiriku, “Mau jadi turis kan?, buat pemanasan kita2”.
“Maksudnya.. pemanasan beginian..”, tanyaku sambil tanganku mengisyaratkan orang berhubungan seks.
“Iya,” kata Madonna.

Aku memang menduga dua hal, pertama aku diajarin jadi tourist guide, yang kedua aku jadi tourist yang bermain dengan tourist guide, yaitu mereka. Tebakan kedua yang tepat, dan lebih menjadi kejutan bagiku karena bermainnya adalah bermain seks. Aku senang dan tidak percaya. Ada enam cewek cantik2 mengajakku. Aku berusaha siap sesiap mungkin.

“Kamu saja dulu”, kata Nia kepada Madonna. “Masa aku sendiri?”, kata Madonna. “Oke, aku temani”, kata Cindy.

Lalu Madonna dan Cindy menghampiri aku. Kami berciuman. Lalu saling meraba2 dada, pinggal dan pantat. Cindy membuka kaosku, lalu dia menciumi puting susuku, Madonna tetap mencium bibirku. Tanganku menyusup kebalik baju Madonna dan mencari susunya. Madonna mundur, lalu melepas baju dan bhnya, lalu menyodorkan susunya kepadaku. Susunya kenyal, dengan puting cukup besar berwarna coklat kemerah2an. Aku meremas2 sejenak lalu menciumi dan menghisap2 susu Madonna. Sementara Cindy mulai membuka celanaku, lalu dia meremas2 penis dibalik celana pendekku. Keempat teman lainnya hanya melihat sambil minum dan nonton tivi.

Cindy membuka baju dan bhnya lalu menyodorkan kepadaku, sedangkan Madonna gantian meremas2 penis dibalik celana pendekku. Susu Cindy putih dan putingnya berwarna lebih pink, ukurannya sedikit lebih besar dari Madonna. Aku mencium satu susu Cindy dan meremas susu satunya. Madonna memelorotkan celana pendekku sehingga penis ngacengku tampil. Dia segera memegang dan menciumi penisku. Seperti pasangan yang kompak, Madonna mencopot rok dan celana dalamnya sehingga bugil, dan kembali mengambil kepalaku dari susu Cindy dan diletakkan di susunya. Lalu Cindy ikut membugilkan diri dan turun kebawah mempermainkan penisku.

Lalu Madonna mengajakku ke tempat tidur. “Minggir, kami mau main di ranjang”, katanya kepada temannya yang berada di atas ranjang. Eva dan Marissa pindah duduk di sofa, Nia duduk dikarpet dan Suzanna berdiri bersender di tembok. Mereka tetap menonton kami beradegan seks.

Dikasur itu aku direbahkan terlentang dan mereka bersama2 menciumi penisku. Cindy sedikit berputar sehingga vaginanya berada tepat dimukaku. Tidak ada bulu jembut divaginanya karena sudah dicukur, bibirnya cukup tebal berwarna coklat muda, itilnya sebesar kacang. Bibir dalam vaginanya berwarna coklat, sedangkan vaginanya agak kemerahan. Aku langsung menciumi vagina Cindy dan mempermainkannya dengan tangan, mulut dan lidahku.

Lalu gantian Madonna yang menyodorkan vaginanya ke mukaku. Bulunya juga sudah dicukur, warna vaginanya terang walau lebih gelap sedikit dibanding Cindy, itilnya lebih kecil. Sambil penisku dimainkan mereka, aku menikmati vagina Madonna. Kami bertiga sama2 terangsang dan mengeluarkan suara2 tak beraturan.

Keempat temannya masih tetap asyikk menonton kami. Mereka semua cantik2 dan aku ingin menikmati mereka semua, oleh karena itu aku tidak mau terlalu aktif dan merangsang diri. Maka kubiarkan Cindy menaiki tubuhku dan mengarahkan penis kevaginanya lalu pelan2 dia menekan. Bless.. penisku perlahan tapi pasti masuk ke vaginanya. Rupanya dia melakukan pelan2 untuk kehati2an takut kalau sakit. Lalu dia melepas penisku dan beranjak.

“Lupa..” katanya sambil nyengir. Dia mengambil sesuatu dari tasnya. “Pakai kondom ya Richard, biar kita sama2 aman”, katanya. Aku berhenti menciumi vagina Madonna dan melihat Cindy memasangkan kondom pengaman ke penisku. Itulah pertama kali aku melihat kondom dan pertama kali memakai kondom.

Cindy kembali memasukkan penisku ke vaginanya. Begitu masuk, sekali dua kali dia genjot perlahan, setelah itu dia mengenjot dan menggoyang2kan pinggulnya dengan cepat.
“Ayo Cin, ayo..”, kata teman2 lain sambil menonton mereka memberi semangat. Cindy semakin bersemangat.

“gantian dong”, kata Madona. Cindy menyingkir dari atasku, menciumku lalu memberi susunya padaku. Sedangkan Madonna mulai memasukkan penisku ke vaginanya. Dan kembali teman2 yang menonton memberi semangat. Kadang2 mereka menghampiri dan ikut memegang2 buah zakarku. Setelah beberapa lama, Madonna berhenti dan beranjak dari atas tubuhku.

“Aku sudah dulu pemanasannya. Simpan tenaga buat nanti”, kata Madonna. Cindypun mengikuti Madonna, sambil berkata pada teman lainnya, “Ayo siapa lagi yang mau pemanasan. Sayang tuh ada kontol ngaceng nganggur”.

Mereka bertatapan, lalu Suzzana segera mencopot seluruh pakaian hingga bugil. Suzanna berperawakan tinggi langsing, berwarna kulit sama dengan Madonna, susunya juga besar, sedangkan bibir vaginanya tipis tanpa bulu jembut. Dia langsung tidur disampingku dan menciumku. Aku meremas susunya, lalu menciumi susunya.

Saat asyik menciumi susu Suzanna, kurasa ada yang menciumi penisku. Ternyata Nia sudah bugil dan ikut bergabung. Suzanna duduk diatas dadaku dan menyodorkan vaginanya padaku, tentu saja tidak kusiasiakan. Sedangkan Nia duduk diperutku membelakangi Suzanna, dan tanpa menunggu lama langsung memasukkan penisku ke vaginanya. Uuh.. aku merasakan vagina Nia lebih sempit disbanding Cindy dan Madonna, dan lebih dangkal karena ujung penisku selalu membentur dinding dalam vagina Nia. Sekitar 10 menit Nia menggenjot, lalu dia berhenti dan menyuruh Marissa menggantikannya.

Marissa hanya mencopot celananya dan karena dia sudah terangsang, langsung memasukkan penisku ke vaginanya. Aku merasakan liang vaginanya agak longgar. Cukup lama Marissa menggenjot dan bergoyang, lalu dia berhenti karena merasa pemanasannya sudah cukup.

Eva siap menggantikan, tetapi diserobot oleh Suzanna, “aku dulu dong..”. Lalu Suzanna tidur menindihku, meluruskan penisku ke vaginanya dan .. clebss..clebss..clebs.. dia langsung menggenjot berulang2. Aku mengarahkan tanganku meraih vagina Eva dan memainkannya.
Suzanna tidak mau berhenti. Teman2nya menyemangati. Sampai akhirnya Suzanna mengerang panjang dan menekan keras pantatnya. Lalu lemas memelukku.

“Gila kamu, sampai keluar ya?”, tanya Eva dan yang lainnya. Suzanna hanya tersenyum nakal.

Lalu ia disingkirkan dari atas tubuhku oleh Eva. Lalu Eva menaikiku dan memasukkan penisku ke vaginanya. Ia mengocok sebentar lalu berhenti. Sebelum Eva sempat turun dari tempat tidur, aku beranjak dan meraih pinggangnya. Kudorong punggungnya kedepan sehingga posisinya menungging. Lalu dari arah belakang, kuarahkan penis kevaginanya dan langsung kusodok. Eva pasrah, sedangkan teman2nya tertawa dan menyemangatiku “Richard..Richard..”.

Lama aku menyodok, Eva pasrah, “gantian dong..”, Eva minta temannya menggantikan posisinya. Marissa dan Nia naik ke ranjang dan menungging berjejer. Aku mencabut penisku dari vagina Eva dan menyodok vagina Marissa dari belakang dua kali, lalu aku pindah ke Nia dan menyodok vaginanya dua kali, lalu aku pindah lagi ke Marissa, lalu pindah lagi ke Nia. Begitulah aku gantian menyodok vagina Marissa dan Nia. Asyiik sekali bisa merasakan dan langsung membandingkan sempit dan dalamnya dua vagina.

Menyodok vagina Nia membuatku lebih terangsang karena ujung penisku selalu menyentuh dinding dalam vaginanya. Akhirnya kuputuskan untuk menyodok vagina Nia terus. Badan Nia bergoyang2 karena sodokan kerasku dan sekali2 dia mengaduh “Uuh aww..”. Semakin lama semakin cepat aku menyodok hingga akhirnya meledaklah timbunan maniku keluar. Crot crot crot.. Aku mengerang dan menekan pantat hingga penisku masuk sedalam2nya ke vagina Nia. Lalu lemas.
Teman2 lain bertepuk tangan.

“Eh, sudah jam setengah sepuluh. Yuk siap2”, kata Suzanna. Mereka berdandang rapi lalu keluar.
“Memang main dimana?”, tanyaku. “Di hotel ini juga di kamar 209, 211 dan 308”, kata Madonna. “Kamu tunggu dan tidur disini saja. Kami dibooking 4 jam”.
Enam orang cewek menuju tiga kamar, berarti dua cewek per kamar. Mereka mau pesta seks. Peduli amat, aku sudah lemas. Aku berendam dengan air hangat di bathub. Memakan makanan yang ada, lalu tidurr.

Tengah malam aku terbangun mendengar suara masuk kamar. Satu persatu Eva, Marissa, Nia, Madonna, Cindy dan Suzanna masuk.
“Gayanya saja mau main dengan dua orang. Baru sama satu orang saja cuma tahan setengah jam”, kata Nia.
“Kita juga tidak sampai satu jam. Habis itu dia teler tidur. Ya kita ikut tidur dan pasang alarm jam 2”, kata Eva
“Sama lah. Kontolnya kecil lagi. Dasar bapak2 pejabat”, kata Cindy.
O rupanya tiga pejabat Jakarta membooking masing2 dua cewek.

“Sudah sudah.. yang penting kita dapat duit. Dan tadi kami dikasih tambahan tip”, kata Madonna.
Lalu mereka duduk ditepi ranjang. “Hai. Sudah selesai ya?”, kataku sambil membuka mata.
Mereka memandangku. “Beda sama Richard ya. Tadi dia tahan lama”, kata Nia, dia langsung membuka selimutku, dan melihatku tidur tanpa busana. Segera Nia mencopot seluruh pakaiannya dan tidur disebelahku. Lalu semua ikutan bugil, karena mereka memang terbiasa tidur bugil.

“Kamu kuat nggak melayani kami berenam?”, tanya Eva. Aku mengangkat bahu. Lalu Cindy mengambil sesuatu dari tasnya, “Minum ini dulu saja. Obat kuat”, katanya sambil membawakan aqua. Aku meminum pil yang diberikan oleh Cindy.

Obat tadi cukup manjur, tidak sampai 10 menit penisku sudah ngaceng dan keras. Setelah itu mulailah keenam cewek itu mengeroyokku. Mereka bergantian berdua berdua bergelut bugil denganku. Pertama Madonna dan Marisa. Selesai orgasme mereka beristirahat, lalu gantian Nia dan Eva. Setelah Nia dan Eva memuncak, mereka lunglai, lalu gantian Cindy dan Suzzana. Setelah keduanya mengerang dipuncak nikmat, mereka beristirahat, dan untuk kedua kalinya Madonna dan Marissa menggarapku.

Meski dikeroyok, karena kurasakan penisku terus mengeras dan belum terangsang untuk orgasme, dalam pergumulan ini aku tidak pasif, tetapi aku aktif menindih dan menyodok mereka. Aku ingin menikmati cewek2 cantik yang putih2 ini. Menikmati susu2 segar dan kencang. Juga menikmati vagina2 yang bersih dan wangi serta mulus terawat. Dan itil2 yang bisa mengeras dan nongol.

Walaupun mereka sudah mencapai puncak, aku terus mencumbu dan terus menyodok. Kulihat mereka berkali-kali orgasme. Cindy dua kali orgasme. Walaupun sudah kucumbu dan kusodok lagi, dia sudah tidak bisa bangkit lagi, mungkin kecapekan.. Saat kusodok dia diam pasrah saja. Lama2 kurasakan vaginanya seperti mongering, tidak basah lagi. Dan sodokanku menimbulkan gesekan sehingga terasa agak seret dan pedih. Jadi kuhentikan menyodok Cindy. Dia diledekin oleh teman2nya karena cepat kalah.

Nia, Suzanna dan Eva tiga kali orgasme, lalu menyerah. Sedangkan Marissa orgasme empat dan tidak mau melanjutkan. Matahari sudah mulai terbit. Yang masih bertahan adalah Madonna, dia mau melayaniku walaupun sudah orgasme empat kali. Keringat kami sudah basah kemana2. Aku sudah kehabisan gaya seks tapi selama penisku masih tegang, aku terus menghunjamkan penisku ke vaginanya.

Hampir lima jam aku melayani enam cewek ini dan penisku tidak mengendur, tetap tegak perkasa. Obat yang diberikan Cindy benar2 ampuh bagiku.

Madonna terlihat mulai memuncak. Dia melihat ke Nia dan menyuruh Nia menelpon. Akhirnya Madonna mencapai klimaks lagi, dia mengejang lalu lemas. Aku bingung karena penisku masih tetap tegak. Madonna tahu kebingunganku, dia ingin tetap melayaniku. “Terusin saja Richard..”, katanya lemas. Aku terus menyodok dengan sekuat tenaga, berharap cepat mencapai puncak. Tapi kurasakan vagina Madonna mulai mengering dan seret.

Tiba2 ada tamu dan Nia mempersilahkan tamu itu. Rupanya dua cewek itu yang tadi ditelpon Nia. Nia menunjukk kearahku yang sedang menggenjot Madonna. Lalu dua tamu itu mencopot seluruh pakaian dan mencumbuku. Perlahan mereka menyingkirkan aku dari Madonna yang sudah pasrah. Aku kaget, tapi melihat tubuh bugil mereka dan penisku yang masih ngaceng, aku balas mencumbu mereka.

“Dia nggak pake kondom..”, kata salah seorang. Seorang lagi bertanya kepada Nia, ternyata memang kehabisan kondom, karena cuma bawa kondom lima. Ternyata tamu2 itu juga tidak bawa kondom. Akhirnya mereka memutuskan tidak pake kondom.

Kedua cewek ini lebih tinggi, yang satu masih muda dan satunya cukup berumur. Terlihat dari susunya yang masih segar menantang dan yang satunya agak menggelayut. Vaginanya merekah dan tebal2, ada bulu jembut sedikit, rupanya karena tidak main, mereka tidak mencukur jembut.

Keenam cewek sudah tertidur lelap, sedangkan dua tamu cewek ini baru mulai beraksi. Mereka berbagi tugas mencumbu penis dan melayani mulutku. Setelah mulai panas maka mulailah mereka memasukkan penisku ke vagina mereka. Mulanya cewek junior yang melayani hingga dia orgasme. Lalu berganti cewek senior, cukup lama orgasmenya. Lalu gantian lagi yang junior.

Aku masih mengambil posisi aktif, tapi saat itu aku mulai kecapekan, dan kurasakan maniku mau keluar. Maka kusodok kencang dan cepat hingga hingga berdenyut kencang hendak memuntahkan mani. “uuhh.. A aku ma u ke lu arr..”, aku mengerang. Si cewek junior segera melepaskan penisku dari vaginanya, dia tidak mau aku mengeluarkan maniku di dalam. Cewek senior segera memegang penis dan mengocok dengan tangannya. Lalu crot..crot..crot, maniku keluar kesusu cewek senior itu. Kulihat maniku agak encer, tidak sekental tadi.

“Turis yang ciek iko, bana2 panuah..(turis yang satu ini benar2 penuh)”, kata cewek senior. Aku tak begitu mendengar perkataannya. Terlalu capek dan akhirnya tertidur.

Aku dibangunkan jam 12 siang, mereka sudah berbenah. Tinggal Madonna yang ada di kamar, yang lainnya sudah pulang. Madonna membangunkanku karena harus check out dari hotel, dan dia segera menyuruhku untuk mandi. Saat dia ke kamar mandi, diatas meja aku sempat melihat bukti pembayaran kamar hotel, atas nama Firna, ada alamat dan nomor teleponnya. Dengan memanfaatkan kertas dan pulpen yang disediakan pihak hotel di meja, aku segera mencatat nama, alamat dan no telpon ini di kertas

Sepulang ke rumah, aku masih merasa lemas. Malamnya aku meriang, dan besoknya aku tidak masuk hingga dua hari. Obat itu telah membuat jantungku berdegup kencang, dan berhubungan seks aktif selama lima jam dengan delapan wanita, telah menghabiskan energiku. Seks dengan gratis ini telah membuatku sakit.

Minggu berikutnya aku coba mencari tahu tentang Firna. Alamat dan no telponnya menunjukkan bahwa Firna tinggal di Sawah Lunto. Waktu ku telpon, ternyata Firna sedang kuliah di Padang. Karena aku mengaku sebagai teman lamanya, keluarganya memberikan alamat kos dan nomor teleponnya di Padang. Sepulang sekolah, aku mendatangi tempat kosnya, ternyata Firna sedang kuliah dan biasanya pulang jam 4 sore. Di ruang tamu kos2an itu ada foto penghuni kos. Dan saat kulihat foto bernama Firna, ternyata dia adalah cewek yang mengaku bernama Eva Arnaz.

Teman kosnya bertanya, dan kujawab bahwa namaku Richard, dan akan menelpon Firna jam 5. Ketika kutelpon Firna agak ragu bertanya, “ini Richard yang mana ya?”. Kujawab, “Yang ketemu Eva Arnaz di kamar 207”. Lama Firna terdiam dan tidak menyahut.
“Kamu mau apa Richard?”, suaranya lemah tapi berat. “Nggak apa2. Hanya ingin kenalan”, kataku. “bagaimana kalau kita makan di KFC jam 6?”, aku mengajaknya. “hhh.. oke..”, jawabnya masih dengan suara berat.

Aku menunggu di KFC. Tampak Firna datang. Tidak sendiri ada Madonna dan Nia Daniaty bersamanya. Mereka segera duduk dimejaku. Mereka bercerita bahwa mereka berasal dari keluarga miskin di kampung dan kuliah di Padang. Mereka sering kekurangan biaya. Lalu bertemu dengan Uni Elizabeth, yang juga nama samara, yang merupakan kakak kelas yang sudah lulus dan membantu mencarikan uang melalui jalan seks rahasia.

“Uni Elizabeth sudah menikah, sehingga dia sangat menjaga kerahasiaan jaringan ini. Jadi kami hanya beroperasi paling cepat dua bulan sekali dan bergantian. Itupun dengan mencari orang-orang dari luar kota Padang, biasanya orang Jakarta. Kami bergerak sebagai tourist guide yang freelance, jadi tidak rutin.

Anggota kami cuma bertujuh, enam orang yang malam itu bersama kamu di 207. Satu orang lagi yang menyusul melayani kamu, dan Uni Elizabeth adalah orang yang lebih tua yang menyusul ke kamar 207. Uni takut kamu overdosis sehingga kamu harus sampai puncak orgasme. Itulah sebabnya waktu itu dia datang membantu”, Madonna menjelaskan
“Aku yang salah karena mengundang kamu. Waktu itu kami berenam merasa malas melayani bapak2 gendut. Sehingga mencari hiburan dengan mengajak kamu yang orang baru di Padang ini”, lanjut Madonna.

Aku mencoba memahami mereka dan berjanji tidak akan membongkar rahasia ini. Dan cukuplah kami saling mengenal dengan nama samaran. Aku menyarankan agar Firna pindah kos, sehingga aku tak tahu lagi. Dan cukuplah bagiku mengenal Eva Arnaz di kamar 207.

Sebulan kemudian Eva Arnaz telah pindah kos. Aku kehilangan jejak mereka.

.