Selasa, 24 Maret 2009

Selingkuh berbalas selingkuh

Karena bantuan dan pertemanan om, aku dapat beasiswa untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bogor. Karena bantuan om, aku dititipkan di rumah teman om di daerah Warung Jambu, Bogor. Teman om bernama Om Hendri, 42 tahun, bekerja di stasiun tivi swasta di Jakarta. Istrinya tante Leni, 36 tahun, aktivis LSM untuk lingkungan hidup. Mereka mempunyai dua anak Widya, 14 tahun dan Toni 8 tahun.

Bulan2 awal memang sibuk dengan masa orientasi dan pengenalan kampus baru. Setelah beberapa bulan aku baru punya waktu agak santai. Kugunakan waktu akhir pekanku bermalam minggu ke tempat kos Rendi, anak omku. Di sana ada Lisa pacar Rendi. Kami mengobrol biasa, lalu mengantar Lisa pulang ke tempat kosnya.

Tempat kos Lisa berupa rumah yang cukup besar dengan 20an kamar kos. Ibu kostnya ada di rumah sebelah yang terpisah. Dari tempat kos Lisa, aku melihat orang seperti om Hendri sedang mengobrol dengan seorang wanita di rumah sebelah. Saat kutanya Lisa, ternyata laki2 itu adalah tunangan dari ibu kosnya, Bu Heni yang saat itu sedang diajak ngobrol. Laki2 itu sering menginap di rumah bu Heni. Aku kaget, tidak jadi menyapa orang itu dan bilang pada Rendi dan Lisa bahwa aku tidak kenal orang itu. Kuperhatikan mobil2 yang parkir di halaman, ternyata memang mobil om Hendri. Karena hanya mengantar, Rendi dan aku segera pamit. Malam itu aku menginap di rumah Rendi.

Seminggu kemudian om Hendri mengajakku menemani ke tempat kerjanya di Jakarta. Aku ikut karena memang ingin tahu suasana kerja di pertelevisian. Di jalan om Hendri bilang dia melihatku di kos2an Lisa, dan dia tahu aku melihatnya di rumah bu Heni. Dia minta agar aku menjaga rahasia ini. Aku hanya mengatakan bahwa aku tak mau terlibat dalam hal ini.

Tapi ini justru awal keterlibatanku. Suatu hari, gantian tante Leni yang menginterogasiku. Dia melihat gelagat suaminya yang takut kepadaku, jadi tante menduga aku tahu rahasia om Hendri. Rupanya tante Leni sudah tahu bahwa om Hendri berselingkuh sejak dua tahun lalu, bahkan dia sudah pernah bertatap muka dengan wanita itu. Tante Leni tidak berani ribut karena anak2 masih kecil.

Suatu kali aku pulang agak malam karena ada kuliah tambahan dan jalan2 dengan teman. Aku masuk lewat pintu samping karena memang aku diberi duplikat kunci oleh om dan tante. Setiba di dalam rumah, kulihat tante Lisa duduk sendiri di bangku teras belakang. Kuhampiri dan terlihat matanya berlinang.

“tante sedih. Kemarin mengantar om ke bandara karena tugas luar, tetapi tante lihat wanita selingkuhan om itu juga sedang cek-in dengan flight yang sama dengan suami tante. Mereka berselingkuh di luar kota”, tante tersedu.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya menggenggam tangannya. Tante masih terisak. Aku dudud disebelahnya, memeluk bahunya dan mendekapkan kepalanya kepundakku. Isaknya mulai tenang. Setelah tenang, tante tidak beranjak.

Aku yang tadi terbawa suasana sedih sekarang tersadar sedang memeluk wanita. Aku mulai bergairah. Ku geser pundakku dan kubantu kepalanya rebah di pahaku. Tante mengikuti.

Saat rebahan itu aku memperhatikan tante. Di usia 36, dia masih segar dan badannya masih langsing, mungkin karena aktif dalam kegiatan LSM. Dari balik daster tipisnya terlihat bentukan susu dan putingnya. Tanganku yang tergeletak di pinggangnya mulai bergeser dan meraba susunya. Tante menatapku. Aku sudah terangsang. Segera kucium bibir tante dan dia membalas melumat bibirku. Kami mendesah2. Tanganku meremas susu tante dan memainkan putingnya.

Udara malam membuat kami semakin menghangat. Tanganku bergerilya ke bagian selangkangan tante. Tebakanku benar, tante tidak memakai cd. Terasa sebaran bulunya dibalik daster. Langsung saja kusingkap dasternya dan kugenggam vaginanya. “mmhh..” sambil berciuman tante mendesah.

Aku tak tahan. Kuhentikan ciuman dan mengangkat kepala tante dari pahaku. Aku segera membuka celanaku sehingga penisku yang sudah mulai menegang menyembul keluar. Tante melihat penisku dan melihatku. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Segera dia membelai, mencium dan mengulum penisku. Aku terangsang hebat dan tanganku terus meremas2 kedua susunya.

Saat itu terang bulan, perbuatan kami jelas terlihat. Aku jadi teringat anak2 dan menghentikan emutan tante dipenisku.
“Mereka sudah tidur”, kata tante Leni.

Mendapat jaminan itu, aku segera mencopot daster tante Leni sehingga dia bugil dalam keadaan berdiri. Tubuhnya masih sintal, walaupun susunya sedikit mengendur, tapi dalam kondisi terangsang ini terlhat padat dengan pentil besar yang menantang. Bulu jembutnya lebat sekali menutup vaginanya. Kubelai2 bulu jembut itu, dan kusibak untuk melihat vaginanya. Hmm, vaginanya hitam dengan itil kecoklatan. Kuciumi vagina dan bulu jembutnya.

Tante Leni mengangkatku berdiri dan mencopot bajuku lalu celanaku. Kami jadi bugil berduaan di teras belakang dibawah sinar rembulan. Tante Leni agresif mencium bibir dan memelukku. Sementara aku membalas ciuman panasnya dan berusaha meremas dada. Tangan satunya meremas2 pantatnya yang padat. Penisku terselip diselangkangannya dan menempel di vaginanya.

Aku rebahkan tante Leni di bangku dan kuciumi dia dari jidat, bibir, leher, susu, perut, vagina, paha, betis hingga kaki. Lalu aku kembali ke susunya untuk mencium dan menghisap2. Tante Leni bergelinjangan. Aku juga tak mau melepaskan kesempatan untuk melihat vagina dibalik semak jembut. Kumainkan itil dan lubang vaginanya. Tante Leni bergelinjang lebih hebat lagi. Dia mendesah tapi dengan mulut tertutup menahan suara.

Kubuka bibir vaginanya, kujulurkan lidahku mengenai daerah vaginanya. Tante Leni menggerak2kan pinggulnya. Kuarahkan lidahku ke itilnya. Saat menyentuh itilnya, tante Leni tak dapat menahan suaranya “awwhhh..”, mulutnya terbuka menjerit mendesah. Maka kuteruskan menjilati seluruh bagian vaginanya.

Aku menikmati menjilati vagina sambil meremas2 susu tante Leni. Tiba2 tante Leni mengangkat tinggi pinggulnya dan mengejang “aaaahhhhh….”. dia mencapai orgasme dan langsung terkulai lemas di bangku.

Aku tersenyum, diapun tersenyum. Dia melihat ke penisku yang masih tegang, dibelai2 penisku dan ditarik kearah mulutnya, lalu dia mulai mengulum, mengocok dan menghisap2 penisku. Aku terangsang. Dan terus memainkan jariku di itil dan lubang vagina tante. Setelah beberapa lama kelihatannya tante mulai terangsang lagi. Aku tak menyia2kan kesempatan, diatas bangku itu kutindih dia. Tangannya membantu penisku mengarah ke vagina. Lalu bless.. cleps..clepss.. tanpa ragu2 aku langsung mengayun pantatku naik turun. Penisku menghunjam hingga keujung dalam vaginanya.

Tante Leni memang agresif, dia bangkit dan gantian merebahkanku. Lalu dia duduk diatasku dan memasukkan penis ke vaginanya. Goyangan tante Leni sangat kuat, dia menengadah ke atas menatap bulan dan mengeracau dengan kalimat yang tidak jelas. Aku tidak mau kalah agresif. Aku berdiri dan mendorong tante Leni untuk membungkuk, lalu kusodokkan penis ke vagina dari arah belakang. Maka semakin tidak jelaslah suara tante Leni mendesah dan mengerang.

Suara tante Leni menambah gairahku. Sodokan kupercepat. Dan aku merasakan maniku siap keluar, “tante.. a ku ma u ke lu arrr..”. Tante mencabut penisku dan merebahkanku di lantai. Kembali ia duduk diatasku, memasukkan penisku dan menggoyang dengan cepat. Crott.. croott.. aku tak tahan dan maniku menyemprot di dalam vagina tante. Tante terus menggenjot “ah.. ah..”. “Aaaaahhhh..”, tante mengerang panjang dan terkulai diatas tubuhku.

Aku membiarkan penisku didalam vaginanya. Perlahan memendek dan akhirnya penisku keluar sendiri dari vagina tante. Kami bertatapan puas. Tante beranjak dan melihat banyak spermaku meleleh keluar dari vaginanya. Kami membawa pakaian masing2 dan menuju kamar mandi yang berbeda sambil saling berpamitan mau tidur.

Sejak malam itu, kalau om Hendri tidak pulang, tengah malam tante mengetuk pintu kamarku yang berada di pavilion belakang. Dan dikamarku kami memuaskan diri. Aku tidak berani ke kamarnya karena bersebelahan dengan kamar anak2. Sejak saat itu tante tampak banyak tersenyum dan tidak terlalu memikirkan perselingkuhan suaminya. Karena dia bisa membalas dengan berselingkuh juga.

.

1 komentar: