Minggu, 24 Mei 2009

Sex Live Show

Sore hari kami berkumpul di kebon dekat balai desa, orang2nya masih geng yang dulu juga. Kami sudah jarang berkumpul karena beberapa anggota sudah bekerja di pabrik sukro (kacang atom). Dalam pertemuan seperti itu biasanya mereka membagi2kan sukro atau mentraktir kami makan bakso. Setelah selesai SMP, mereka memang tidak melanjutkan ke SMA dan memilih bekerja. Karena memang sudah waktunya pacaran, beberapa senior membawa serta pacar mereka, termasuk komandan Maman, ketua geng kami untuk urusan perempuan. Dalam pertemuan itu Maman memberi kabar akan menikah minggu depan. Usia Maman 19 tahun dan calon istrinya, Ening, 17 tahun berasal dari kampong seberang. Masih muda, tapi utk ukuran kampong kami, umur itu dinilai cukup matang untuk menikah.

Usai pertemuan, Maman menghampiriku, “katanya kamu dulu pernah ketangkap ngintip Ceu Kokom ya?. Terus kamu diapain?” . Gaya ngomong isengnya keluar lagi.
“Dijewer ke kamar mandi, terus suruh lihat dia mandi”, jawabku
“Wah hebat. Kamu beruntung. Iri aku. Dia kan idolaku”, katanya dengan nada menggoda.
“Tapi kamu belum pernah ngewe (seks) dengan cewek kan?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Aku sudah”, katanya bangga.
“Nggak percaya”, kataku
“Kalau mau bukti, nanti ikut aku nganterin Ening ke kampong sebelah”, kata Maman dengan nada memaksa

Kami bertiga jalan menuju kampong sebelah melewati jalan yang dikelilingi sawah dan kebun. Ditengah jalan Maman menggandeng Ening berbelok. Dan melihat aku ikut berbelok, Ening berbisik kepada Maman, “Kang, dia ikut belok..”. “Nggak apa2”, jawab Maman. Dan kami berhenti dekat saung ditengah kebun.
“Istirahat dulu disini ya. Ini kebun bapaknya Ening”, kata Maman kepadaku. Lalu kami beristirahat di saung itu.

Disaat istirahat itu, Maman menghampiri Ening, lalu mencium dan memeluknya. Ening merasa risih karena ada aku disitu. Tetapi karena Maman terus menciumi, Ening pasrah, dan malah balas mencium. Tangan Maman dan Ening meraba2 dada dan selangkangan lawannya. Lalu Maman membuka kancing baju Ening.

“Kang..”, kata Ening khawatir, sambil melihatku. Aku sendiri deg2an melihat adegan didepanku.
“Nggak apa2. Biar dia belajar”, Maman terus membuka baju dan bh Ening, dan menciumi susunya. Karena terangsang Ening tidak mempedulikan kehadiranku di saung itu.

Tak berapa lama Maman mencopot seluruh pakaian hingga bugil dan Ening mencopot pakaian tersisa sehingga bugil juga. Aku kaget dan terpana melihat laki2 bugil dan wanita bugil bersamaan. Belum hilang kagetku, Ening sudah rebahan dan Maman menindih Ening. Lalu penis Maman masuk ke vagina Ening. Sambil menciumi Ening, Maman menaik turunkan bokongnya, sehingga penisnya keluar masuk vagina. Terus berulang2.

Didorong rasa penasaran, aku mendekat utk melihat penis masuk vagina. Maman melihatku, “Nggak percaya?”.
Lalu mengangkangkan kaki Ening dan kakinya agar penis dan vagina mereka terlihat. “Lihat tuh”, kata Maman. Aku melihat dengan jelas bagaimana penis Maman masuk ke vagina Ening. Sementara Maman dan Ening semakin asyik bersenggama. Pemandangan ini membuatku tak menentu.

Sampai akhirnya Maman dan Ening sama2 menekan kuat pantatnya. “U..uuuuhhhhh”. Mereka berpelukan dan terkulai lemas di saung. Lalu tergeletak menghadap ke atas berdampingan. Disitu kulihat jelas bentuk susu yang mungil dan putingnya yang masih muncung. Juga bulu jembut Ening yang masih halus dan belum banyak. Sedangkan vaginanya mungil dan terlihat agak memerah akibat disodok penis. Aku juga melihat penisnya Maman. Uups kayaknya punyaku lebih besar dari Maman.

“Hhh, enak Jar”, kata Maman. “Terbukti kan..” Lalu Maman beranjak turun dari saung. “tunggu ya, mau bersih2 dulu di pancuran sana”

Ditinggal Maman, aku memperhatikan lagi tubuh mulus mungil Ening. Ia terlihat kelelahan dan sedikit tertidur. Entah refleks atau penasaran, aku menjulurkan tangan utk memegang jembutnya. Ening diam saja. Lalu aku teringat film porno, dan tanganku meraba2 mencari itilnya. Ternyata walau sambil merem, antara sadar dan tidak, Eningmembuka selangkangannya. Dengan mudah aku melihat itil dan lubang vagina. Lalu jariku menyentuh2 itil. Lalu kumasukkan jariku ke lubang vaginanya. Masih basah. Aku bermaksud mengeluar-masukkan jariku, tiba2 terdengar Maman datang bersiul2. Segera kucabut jariku, dan Ening kaget dan membuka matanya. Ia melihatku ada didekatnya sedangkan Maman baru datang menuju saung. Dia juga sempat melihat jariku yang basah. Ening segera menutupi susu dan vaginanya, lalu memejamkan mata lagi. Aku berdiri menjauh dari saung.

“Ning, bangun, gantian, aku sudah bersih”, kata Maman membangunkan. Ening terbangun dan segera beranjak ke untuk mencuci pejuh dan membilas keringat. Saat menuju pancuran, ia menghampiriku dan berbisik, “kamu tadi mainin memekku ya?”, memandangku kesal lalu sambil melihat jariku. Aku merasa bersalah karena ketahuan.

Melihat aku terdiam Maman menghampiri.
“Yang kamu lihat tadi anggap saja pelajaran. Ternyata ngewe itu asyiik kan.. makanya cepet2 cari cewek yang mau di ewe. Tapi jangan pernah ceritakan kejadian ini pada siapapun”, kata Maman padaku, wajahnya campur aduk antara bangga, menyesal dan mengancam. Ia tak tahu kalau aku barusan memainkan vagina calon istrinya.

Usai mereka berpakaian, kami keluar dari kebun dan kembali kejalan desa. Disitu kami berpisah. Maman melanjutkan mengantar Ening ke kampong sebelah sedangkan aku kembali ke kampungku. Kejadian ini menunjukkan bahwa Maman memang edan, tapi Ening dan aku juga terbawa edan.

Disepanjang perjalanan aku memandang jariku yang tadi sempat masuk ke lubang vagina Ening.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar