Minggu, 24 Mei 2009

Seks Perpisahan (3)

Aku bangun kesiangan. Mungkin karena semalam aku tak bisa tidur karena masih terbawa emosi pengalaman bersetubuh dengan dua ibu muda. Siang itu aku menuju markas kami di kebon sebelah bale desa. Hanya ada satu dua orang. Memang biasanya agak sore baru markas itu rame.

“Jar, tadi Kang Ohim dan Euis cari kerumah mencari kamu.”, kata salah seorang, sambil memberi secarik kertas bertuliskan alamat rumah Kang Ohim. Sejak pindah dari rumah kakek, aku memang belum pernah ke rumah mereka. Istirahat sejenak membeli es cendol, aku segera ke rumah mereka.

Sesampai di depan rumah, aku berpapasan dengan Kang Ohim. “Aku ada rapat dengan lurah. Diomongin dengan Euis dulu ya” katanya. “Ya Kang”, kataku walau tak tahu maksudnya ngomongin apa.

Masuk ke dalam rumah, ‘plok’, Euis dan aku langsung melakukan ‘tos’ persahabatan. Lalu kami ngobrol kisah2 lucu dan badung geng kami di masa2 lalu. Tak lama kemudian, Kang Ohim pulang dan menyampaikan keperluannya menemuiku. Ternyata masalah penjualan rumah dan tanah kakek. Besok lusa mau ada calon pembeli sehingga pagi hari aku diharapkan ada dirumah. Lalu kami mengobrol mengenai alasan penjualan dan calon2 pembelinya. Setelah selesai menyampaikan, Kang Ohim bergegas kembali ke rumah Pak Lurah meneruskan rapat. Aku juga mau pamit pulang, tapi ditahan Kang Ohim.

“eeh, kamu kan mau pergi jauh, itu tadi sudah disiapkan gurame goreng dan sambel kecap. Euis, ajak dia makan dong, biar ada kenang2an”, kata Kang Ohim, lalu pergi.

“Masih sore, aku belum lapar”, kataku pada Euis.
“Kata Kang Ohim, makan dulu biar kamu ingat sama kami”, katanya membujuk.
“ Aku tak akan pernah lupa dengan Kang Ohim dan Euis. Kan sudah ada kenang2an”, kataku bercanda sambil menunjuk selangkanganku dan selangkangan Euis.
“Ha ha ha, dasar kamu,” Euis tertawa, lalu ‘tos’ lagi. “Sampai sekarang Kang Ohim menyangka dialah yang merawanin Euis”, katanya geli.

“Karena aku mau pergi jauh dan lama, boleh nggak aku kasih kenang2an”, aku menggoda Euis.
“Apa? Awas yaa..”, Euis mengepalkan tinju karena telah menduga apa tawaranku.
“Ha ha ha, ayolah.. ini beda sama punya Kang Ohim..”, aku terus menggoda.
“Hmm, Benar juga kamu,” Euis celingukan. “Di dapur saja, dekat kamar mandi. Nanti kalo Kang Ohim datang, kamu masuk kamar mandi, aku nyiapin gurame di dapur. Oke?”. Aku kaget dia setuju. Lalu ‘tos’ lagi, dan kami menuju dapur.

Sampai di dapur kami agak canggung dan sama2 saling menunggu dan tertawa2.
“Pemanasan dulu deh”, kata Euis lalu menciumku. Aku bereaksi membalas dan meraba2 dadanya.
“Nenen dulu ya”, usulku. Lalu Euis membuka kancing baju dan menyingkap bh nya sehingga susunya tersedia. Aku menyentil2 putingnya, lalu menghisap2 kedua susu Euis. Dia kegelian, geli2 nikmat. Sambil menyusu tanganku meraba selangkangan Euis, menyusupkan tangan ke celana dalam dan membelai2 vaginanya.

“Curang!, aku juga pegang kontolmu dong..”, Euis juga menyusupkan tangannya ke celanaku dan menggenggam penisku. “hi, punyamu gede ya..”
“Ayo cepat lakukan sekarang, keburu Kang Ohim pulang”, kata Euis sambil memelorotkan celanaku sedikit dan memelorotkan celana dalamnya sedikit.
“Copot saja celana dalamnya biar gampang”, kataku. “Nggak mau, nanti susah kalau Kang Ohim tiba2 datang”, katanya.

Dengan celana yang melorot sedikit, kami sulit untuk berhubungan seks dari depan. Akhirnya aku suruh Euis untuk nungging dan dari belakang penisku menyodok masuk ke vaginanya.

“Aww. Gila. Mentok. Enaakk..”, kata Euis saat penisku masuk semua. Kuayun pelan, semakin lama semakin cepat. Cukup lama aku menggenjot, sampai akhirnya Euis terlihat mencapai puncak, mengerang panjang dan mengepitkan pahanya. Aku terus menggenjot.

“Sudah Jar.. aku sudah..”, kata Euis
“Tapi aku belum”, kataku sambil terus menggenjot. Euis terlihat bingung dan pasrah. Sampai akhirnya aku mencapai puncak dan mengeluarkan mani di dalam vagina Euis. Kudiamkan sesaat penisku didalam vaginanya.

Setelah kucabut, Euis berbalik dan memelukku erat. “Aku belum pernah mencapai puncak saat bermain. Kang Ohim mainnya cepat keluar. Jadi setelah Kang Ohim loyo, aku suka masturbasi sendiri. Punya kamu gede dan tahan lama. Kalau begini mah aku mau jadi istrimu”. Lalu Euis menatapku dan tersenyum “Tapi kita kan teman”, katanya sambil tersenyum. ‘Tos’. Lalu kami sama2 ke kamar mandi membersihkan.

Seks menghabiskan energiku sehingga aku lapar dan minta makan gurame. Saat kami sedang makan bersama, Kang Ohim datang dan berkata riang, “Nah begitu dong. Jadi nanti kamu punya kenang2an disini”.
Euis dan aku saling bertatapan, tersenyum lalu tertawa. ‘Tos’..
“Aku juga tos dong”, kata Kang Ohim. Lalu kami ‘tos’ bertiga ‘plok, plok’

.

2 komentar: