Minggu, 24 Mei 2009

Seks Perpisahan (4)

Acara pamitan hari ini membuatku capek karena ditambah kejutan berhubungan seks dengan dua ibu2 muda. Aku rebahan dikamar sambil memandang setiap sudut kamar. Aku terhenyak ternyata masih ada dua buku sekolah yang belum aku kembalikan, sudah beberapa hari ingin kukembalikan tetapi selalu terlewatkan. Besok harus segera kukembalikan.

Besoknya, aku segera ke Pak Bandi pegawai perpustakaan untuk mengembalikan buku, tetapi rumah Pak Bandi tutupan, kata tetangga lagi pulang kampong ke mertuanya. Lalu aku ke pegawai perpustakaan lain, tapi juga sedang tidak di rumah. Capek berkeliling2 aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Saat kembali aku melewati rumah Bu Lia, terpikir untuk menitipkan buku ke Bu Lia.

Saat aku datang, Bu Lia sedang santai menonton tivi di ruang tamu. Ia kaget aku mampir, tapi senang. Kami ngobrol2 sejenak. Lalu Bu Lia minta tolong aku pindahkan box ke atas lemari, karena suaminya sedang dinas tiga hari ke Cirebon. Bu Lia membawa box dari bawah, aku berdiri diatas kursi mengangkat ke atas lemari. Setelah itu Bu Lia merebahan di kasur. Aku membawakan minum untuknya.

“Lagi kurang enak badan ya Bu?” tanyaku.
“Enggak kok. Cuma ibu positif hamil dua bulan,” katanya.
“Kok perutnya nggak besar?”, kulihat perutnya masih rata
“Kalau baru dua bulan memang belum kelihatan. Nanti kalau sudah empat bulan baru mulai kelihatan”, jawabnya.

Kupegang perutnya dan kuelus2. Dia tersenyum. Entah pikiran apa yang ada dalam benakku, aku tidur disamping Bu Lia sambil mengelus2 perutnya. Dia menatap tajam.

“Kalau hamil susunya makin besar ya Bu?”, aku bertanya sambil memindahkan tanganku dari perutnya ke dadanya. Bu Lia mengangguk dan tersenyum lagi. Tanganku menyingkap baju dan bh nya, sehingga muncullah susunya yang mulai membesar. Aku belai2 susunya dan putingnya, dia hanya memandangku. Kuhisap putingnya, tangan Bu Lia membelai kepalaku. Tanganku beralih kebalik celana dalamnya dan mengusap2 jembut, bibir vagina, lubang vagina dan itilnya. Bu Lia mulai mendesah.

Kulepas celana dalamnya, lalu kuciumi dan kumainkan vaginanya. Bu Lia menikmati, lalu dia bangkit untuk mencopot celanaku.

“Seperti dulu lagi ya Bu”, tanyaku. Bu Lia tersenyum.
“Bagusnya sih sekalian bugil”, aku mencopot bajuku. Bu Lia juga mencopot baju dan bh nya.
Dalam keadaan bugil, dikasur itu kami saling memainkan kelamin. Bu Lia memainkan penisku dan aku memainkan vaginanya. Orang bilang posisi 69. Cukup lama kami bermain dan aku sudah tak sabar ingin memasukkan penis ke vaginanya.

“ibu sekarang sudah hamil oleh Pak Endang kan?, jadi sekarang boleh dong”, aku minta izin mencoblos. Bu Lia tersenyum. Seolah mendapat izin, segera aku mengambil posisi menindih tubuhnya. Bu Lia menahan.
“ada bayi diperut. Tidak boleh ditindih”, katanya. Aku bingung harus bagaimana. Selama ini aku cuma bisa menindih saat beradegan seks.

Melihat aku bingung, akhirnya Bu Lia merebahkanku terlentang, lalu dia mengambil posisi duduk diselangkanganku. Di luruskan penisku ke vaginanya dan dia mulai menekan perlahan. Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke vaginanya. Bu Lia meringis dan menghentikan tekanannya. Lalu dia coba menekan lagi, sehingga penisku masuk lebih dalam. Lalu bu Lia berhenti sejenak. Lalu menekan lagi. Lalu berhenti sejenak. Demikian terus sampai penisku tak bisa masuk lebih dalam karena mentok.

“ohh..” desah Bu Lia. “punyamu panjang, nggak muat di memek ibu”, desahnya.

Bu Lia mulai menggoyang2kan pantatnya, keatas kebawah, kedepan kebelakang, ke kiri ke kanan. Dia bergoyang sambil kumat kamit. Aku merasakan enaknya digoyang2. Goyangan Bu Lia semakin kencang dan semakin kencang. Sampai akhirnya ia mengerang panjang dan menjatuhkan tubuhnya diatas tubuhku. ‘aaahhh..’

“Bu hati2 bayi dalam perut kegencet”, aku mengingatkan. “hhhe” ia tersenyum dan tertawa tersengal. Bu Lia tetap rebah diatasku. Aku tak bisa bergerak.
“Bu, aku belum keluar”, kataku berbisik

Bu Lia tersenyum, “dari belakang saja” katanya sambil bergerak menungging di kasur
Aku segera kebelakangnya dan memasukkan penisku ke vaginanya. Lalu kuhunjamkan penisku membentur dinding dalam vagina Bu Lia. Dia mengaduh sakit tapi nikmat. Cukup lama aku menghunjam hingga akhirnya maniku muncrat didalam vaginanya. Aku terkulai lemas dan karena capek berkeliling kota, aku terlelap sejenak.

Lima belas menit kemudian aku terjaga, kulihat Bu Lia sedang menyiapkan minuman sirup untukku. Ia hanya menggunakan daster tipis dan dari bayangan tubuhnya terlihat ia tidak memakai bh dan celana dalam. Aku jadi terangsang.

Dalam keadaan masih bugil, aku menghampiri Bu Lia dan memeluknya dari belakang. Bu Lia tersenyum, "Mau lagi?". Aku mengangguk.

Bu Lia mencopot dasternya, membalikkan badannya dan menciumku. Aku meraba2 seluruh lekuk tubuhnya dan menggesek2kan penisku yang sudah ngaceng ke vaginanya. Bu Lia tersenyum, berjongkok mencium penisku dan membimbingku lagi ke kasur. Dikasur ia merebahkan diri sambil membuka selangkanganya. Aku merayap diatasnya dan mulai menusukkan kembali penisku ke vaginanya. Agak canggung karena tidak mau menindih perutnya yang hamil muda. Bu Lia lalu mengangkat kakinya dan meletakkan dipundakku. Posisi ini memudahkanku untuk menggenjot tanpa harus menindih perutnya.

Yang mengasyikan, dengan posisi ini vagina Bu Lia terasa lebih dangkal, sehingga penisku cepat mentok. Terasa nikmat bagiku dan bagi Bu Lia.
"Ahh uhh ahhh uhhh..", Bu Lia mengeluh setiap penisku menyentuh dinding dalam vaginanya.

Setelah sama2 mencapai puncak kami akhiri adegan seks kedua ini, lalu minum bersama dalam keadaan bugil. Rasanya aneh berjalan2 di dalam kamar dalam keadaan sama2 bugil. Sampai akhirnya aku berpamitan.

Bu Lia menyuruhku untuk mandi dan makan dulu. Saat mandi Bu Lia menemani dan menyabuniku. Aku kembali ngaceng dan mau tidak mau kembali menghunjamkan penisku di vagina Bu Lia.

Tidak ada angin tidak ada hujan, hari ini aku mendapat anugerah menyetubuhi guru favorit yang menggemaskan itu. Bahkan hari ini kami bersetubuh sampai tiga kali. Mungkin karena merasa akan berpisah jauh, kami benar2 memanfaatkan waktu tersisa.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar