Minggu, 24 Mei 2009

Seks Perpisahan (6)

Pagi ini aku bangun dengan perasaan riang karena pengalaman2 seksku di hari2 kemarin, yang akan berlanjut dengan Ening sampai aku pindah. Dikejauhan tampak Kang Ohim datang membawa calon pembeli, Euis ikut mengantar. Setelah selesai melihat2 rumah kakek, Kang Ohim mengantar calon pembeli ke tanah kakek dibalik bukit. Karena jauh Euis tdk ikut dan akan menunggu disini minta dijemput lagi disini.

Saat ditinggal berdua, Ening langsung ‘tos’ dan memelukku, “Aku minta kenang2an lagi dong. Punyamu enak”, katanya. Aku tersenyum dan ‘tos’.

Euis mengajak masuk kamar, lalu kami sama2 bugil dikamar. Diranjang itu kami lebih bebas dan santai menikmati setiap bagian tubuh. Berulangkali Euis membelai penis dan memuji penisku. Saat bersetubuhpun Euis berkicau tentang penisku, “Uuh.. ahh.. gedee.. mentok.. enaakk.. ahh.. uhh”.

Saat Euis telah mencapai puncak, aku juga berhenti. Aku tidak ingin mengeluarkan maniku, karena maniku akan kuberikan kepada Ening supaya dia hamil.
Karena berkeringat, usai bersetubuh kami mandi. Karena takut terlihat habis mandi, Euis pulang duluan ke rumahnya, dan saat Kang Ohim datang menjemput aku bilang sudah dari tadi pulang.

Siang itu aku masih bingung atas pengalaman seksku yang luar biasa. Mengingat wanita2 yang aku gauli kemarin, aku teringat Bu Lia yang suaminya dinas tiga hari. berarti hari ini dan besok Bu Lia masih sendiri. Aku ke rumah Bu Lia, sekedar ingin tahu apakah Bu Lia mau lagi bersetubuh denganku atau cukup perpisahan kemarin saja.

Diluar dugaan, Bu Lia malah semakin bernafsu. Dia mengajari dan mempraktekkan posisi2 bersetubuh yang pernah ditonton di BF. Kami bercinta di atas kasur hingga ke atas kursi dan kamar mandi. beberapa kali Bu Lia mengejang. Sedang aku menjaga untuk tidak sampai mengeluarkan mani.

Selesai dengan Bu Lia, aku ke pabriknya Maman dan diantar Maman ke rumahnya. Lalu Maman kembali ke pabriknya meninggalkan kami berdua. Ening agak berat melepas Maman pergi.

Aku duduk berdua ditepi ranjang dengan Ening. Kubilang agar kita melakukan pemanasan supaya sama2 terangsang. Karena Ening menunggu, maka aku berinisiatif memainkan melakukan pemanasan. Saat kumainkan susunya dan itilnya ia memejamkan mata. Lalu saat kujilati itilnya, dia kaget. Aku berhenti. Setelah tenang, kujilati lagi vaginanya. Ening menikmati.

Lalu kubimbing tangannya memegang penisku. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat penisku.
"punyamu gede..", kata Ening pelan.
"Supaya aku panas, tititku dielus2", aku minta Ening mengelus2. Dan Ening mengelus2. kelihatannya dia masih terkagum dengan ukuran penisku.
"Terus diemut, dihisap2", kataku. Ening diam.
"Kayak aku tadi, menghisap2 memek Ening", aku menjelaskan.

Agak ragu Ening menciumi penisku. Lalu memasukkan penisku kemulutnya dan dihisap2. Aku menggoyang2kan pantatku sehingga penisku masuk dan keluar mulutnya.
Ening menikmati dan selanjutnya mudah bagi kami untuk berhubungan seks. Aku coba beberapa posisi, aku diatas, Ening diatas, dari samping dan Ening nungging. Ening berkali2 mencapai puncak, sedangkan aku sekali.

Kami istirahat. sejam kemudian kuhampiri lagi Ening dan kuajak berhubungan lagi. Ening menyambut senang. Kali ini kami bermain di kamar mandi dengan berbagai posisi berdiri. Ening dan aku mencapai puncak. Dan kami beristirahat lagi.

Setelah Maman pulang, kami makan malam bersama. Lalu Maman minta aku menggauli istrinya lagi. Aku membimbing Ening ke kamar sedangkan Maman menunggu di ruang tamu. Selesai menggauli Maman masuk ke kamar dan kudengar suara suami istri yang sedang bergaul. Setelah itu Maman keluar, kami berbasa basi sebentar lalu aku pamit pulang.


Esoknya, aku sempatkan sekali lagi ke Bu Lia dan bersetubuh di pagi hari. Sedangkan sorenya kembali menyetubuhi Ening berkali2. Setelah itu malamnya Maman menggauli istrinya.

Dua hari berikutnya aku tidak ke Bu Lia karena suaminya sudah pulang. Aku nginap di rumah Maman dan bersetubuh dengan Ening, pagi, siang , sore, malam. Di malam hari saat Ening dan aku berhubungan, Maman tiduran di ruang tamu. Setelah aku selesai, Maman menyetubuhi Ening sebagai penutup. Dan besok pagi buta, saat penisku ngaceng setiap bangun tidur, aku menghampiri Ening. Maman yang tidur disebelahnya sempat terganggu, namun ia segera berpindah tidur. Dan aku menyetubuhi Ening.

"Aku capek dan pegel2 di ewe berkali2. Sama kamu terus gantian sama Maman. Tapi enak dan puas..", Ening kelihatannya sudah kecanduan seks

Bukan hanya Ening. Akupun sudah kecanduan seks. Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke Padang benar2 takkan terlupa. Sebuah 'pesta seks' perpisahan bersama lima wanita yang mengasyikkan .


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar