Jumat, 24 April 2009

Motivasi bercak perawan

Wali kelas kami, Pak Arman pindah ke SMA lain menjadi wakil kepala sekolah. Kami tidak punya wali kelas selama sebulan, katanya pengganti Pak Arman akan datang dari Pekanbaru. Dan siang itu kami diperkenalkan dengan guru baru sekaligus walikelas kami yang baru, Bu Neni. Dia mengajar kimia, umurnya 28 tahun, belum menikah, perawakannya tinggi tapi agak kurus, rambut model pendek, dan berkulit putih. Sikap Bu Neni tidak banyak basa basi, mungkin termasuk sedikit judes. Saat ulangan, Bu Neni memberi soal yang sulit, sehingga rata2 nilai kami rendah.

Ketua kelas, beberapa siswa termasuk aku pernah menghadap Bu Neni perihal nilai ulangan yang rendah. Bu Neni hanya menyarankan agar kami lebih giat belajar dan harus haus mencari sumber bacaan lain selain textbook. Kami juga sudah mengadu ke kepala sekolah. Bahkan kepala sekolah pernah memanggil Bu Neni. Tetapi Bu Neni tetap bertahan bahwa tujuannya adalah meningkatkan kesungguhan belajar siswa-siswinya.

Akhirnya kami putuskan untuk datang ke rumahnya. Berlima kami ke rumahnya. Disambut hangat oleh Bu Neni. Kami melaporkan kegiatan kelas dari segi aktivitas kelas, sampai tabungan kelas, serta persiapan jalan2 kelas disaat libur sebelum pembagian rapot kenaikan kelas nanti. Lalu kami juga menyampaikan kembali rasa takut apabila nilai kimia kami rendah atau merah. Sekali lagi Bu Neni menenangkan kami. Nilai rendah adalah untuk memacu semangat belajar. Terus terang aku jadi sebel melihat sikapnya ini.

Setelah ngobrol banyak hal, kami pamit pulang dan melanjutkan pembahasan di rumah ketua kelas. Saat kami hendak merekap kegiatan kelas di rumah ketua kelas, buku kas kelas ketinggalan. Karena sebel dengan Bu Neni, tak ada yang mau kembali kerumahnya. Akhirnya ketua kelas memutuskan dan menyuruhku mengambil buku kas kelas di Bu Neni. Saat kuketuk pintu tak ada yang menyahut, mungkin Bu Neni sedang pergi. Saat kucek pintunya ternyata terbuka dan kulihat buku kas kelas ada di meja tamu.

Aku masuk mengambil buku kas kelas. Saat itu kudengar suara tivi dikamar Bu Neni. O, pantas Bu Neni tidak mendengar suara ketukan karena sedang asyik nonton tivi. Melihat pintu kamarnya terbuka, aku menuju kamarnya untuk minta izin ambil buku. Ups, aku melihat pemandangan luar biasa. Ternyata di dalam kamar Bu Neni sedang bugil mendesah sendirian sambil nonton film porno. Sambil duduk dilantai tepi kasur, tangan Bu Neni meremas susu dan vaginanya sendiri. Walaupun agak kurus, tetapi susu Bu Neni besar, sedangkan vaginanya tertutup bulu jembut yang lebat mulai dari bibir vagina melebar hingga kebagian perutnya.

Karena masih sebel dengan Bu Neni, aku segera pergi. Tetapi tiba2 aku berubah pikiran. Justru karena sebel, sebaiknya aku ngerjain Bu Neni. Maka kukunci pintu rumah Bu Neni, lalu aku mencopot seluruh pakaianku, dan dalam keadaan bugil aku mengendap masuk kamar. Posisi Bu Neni sedang tidur menghadap tivi dengan tangan masih memainkan susu dan vaginanya. Aku terangsang melihat adegan film porno dan tubuh bugil Bu Neni, lalu mengocok penis agar cepat ngaceng.

Aku mendekat dan ikut merebahkan diri dibelakang Bu Neni dengan posisi penis yang sudah terarah ke vaginanya. Tanganku menggapai vaginanya. Bu Neni kaget dan ingin berbalik. Kutahan gerakan badannya, segera tanganku membuka pahanya, dan penisku mengarah kevaginanya. Kudorong pantatku dan ..clepss.. karena vagina Bu Neni sudah basah maka mudah bagi penisku masuk ke dalamnya. “Aawwhh..” bu Neni berteriak. Lalu kubiarkan ia melihatku.

“Jar.. kamu..”, bu Neni kaget melihat aku. Tubuhnya kuterlentangkan dan segera menindihnya. Penisku dengan cepat mencari lubang vaginanya, dan tanpa membuang2 waktu kutancapkan penis memasuki lubang. Blesss.. cukup dalam untuk mencapai dasar vaginanya. “Awwhh.. Bu Neni berteriak lagi “pelan-pelan..” rintihnya. Aku mulai menggenjot pantat naik turun pelan2. Bu Neni memandangku, mulutnya terbuka bersuara ahh ahh… Kulihat dia masih kaget tapi dia juga sedang bergairah. Mau marah tapi nikmat.

Aku tidak berhenti menggenjot, malah menambah dengan ciuman ke susunya. Bu Neni memejamkan mata, mulutnya tertutup. Terlihat ada air menitik dari matanya. Aku menghentikan genjotan. Bu Neni membuka matanya yang berlinang. “Teruskan..”katanya pelan. Maka aku kembali meneruskan genjotan, Bu Neni memeluk punggungku dengan erat. Kuberanikan mencium bibirnya dan dia membalas.

Tak lama kemudian dia mengejang dan meremas punggungku. Aku semakin bernafsu menggenjot.
“Aku mau keluar Bu… Di dalam atau diluar?..” tanyaku sambil terus menggenjot
“Di dalam saja”, kata Bu Neni.

Kupercepat genjotan dan crot.. crot..crot..crot. sambil menggenjot, penisku memuncratkan banyak air mani di dalam vagina Bu Neni. “Uhh.. uuuhhh..”Kucoba mengeluarkan mani sebanyak mungkin, lalu aku terkulai lemas diatas tubuhnya. Kubiarkan penisku didalam vaginanya. Bu Neni mendekapku, airmatanya semakin banyak. Aku merasa bersalah. Yang tadinya aku sebel sama dia, sekarang menjadi kasihan.
“Ibu menangis?”, tanyaku.
“Ini seks pertama Ibu”, katanya berusaha tersenyum.

Aku kaget, segera aku cabut penis yang masih mendekam didalam vaginanya. Dan kulihat ada darah dan mani di penisku, ada darah dan mani di vagina Bu Neni dan juga di lantai. Aku tertunduk lemas, tak tahu mau berkata apa. Tadinya karena nonton bf, kukira Bu Neni sudah pernah berhubungan seks.

Bu Neni berdiri mengambil celana dalamnya dan membersihkan darah dan mani di vaginanya. Ia mengambil plastik dan menyimpan celana dalam kotor itu dalam plastik. Lalu ia mengambil kain pel untuk membersihkan lantai. Dan kemudian menuju kamar mandi. Selesai mandi dia menyuruhku untuk membersihkan diri sambil mematikan film porno.

Bu Neni membuka pintu rumahnya dan duduk menungguku di ruang tamu. Setelah berpakaian akupun duduk di kursi tamu.
“Jar, seharusnya Ibu menuntut pertanggungan jawabmu karena telah menyetubuhi Ibu. Tetapi ibu pikir2, masa depanmu masih panjang. Jadi Ibu menganggap peristiwa ini adalah kecelakaan. Kamu terus belajar dan capai cita2mu”, Bu Neni menasehatiku.

Aku minta maaf pada Bu Neni. Lalu kusampaikan tujuanku kerumahnya. Setelah itu aku pamit dengan membawa buku kas kelas. Di rumah ketua kelas, teman2 marah karena telah lama menungguku.
“Pasti diceramahin lagi ya? Tentang apa?”, kata temanku.
“Ngobrolin tentang cita2ku kedepan?”, kataku sekenanya.

Sejak kejadian itu Bu Neni lebih banyak tersenyum, dan nilai kimia kami membaik. Perubahan sikap Bu Neni membuat seorang duda tertarik, lalu mendekatinya dan menikahinya. Bu Neni pindah ke rumah suaminya dan sempat mengundang kami untuk makan2 dirumahnya bersama suami dan satu anak tirinya.

Pada kesempatan itu aku sempat ngobrol berdua dengan Bu Neni. Dia mengucapkan terimakasih. Karena kejadian itu dia jadi termotivasi untuk berubah. Setiap dia kembali judes, dia ambil plastik yang didalamnya ada celana dalam yang masih tersisa bercak darah perawan dan mani yang sudah kering. Lalu dia termotivasi kembali.
“Memangnya plastik itu tidak ketahuan suami?”, tanyaku.
“Sebelum pernikahan kemarin, plastik itu sudah Ibu buang”, katanya tertawa. Aduh cerianya Ibu guruku..

Yuni, bendahara kelas yang memegang buku kas kelas, curiga dan mengkaitkan perubahan sikap bu Neni dengan lamanya aku mengambil buku kas kelas di rumah Bu Neni. “Kamu apain Ibu?”, berulangkali Yuni bertanya kepadaku, berusaha menyelidiki.

Tentu saja aku tak menjawab.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar