Jumat, 24 April 2009

Selingkuh Sekali Saja

Waktu aku naik kelas 2 SMA, Rendi anak om lulus SMA dan meneruskan kuliah di sekolah komputer Jakarta. Rendi mengadakan acara perpisahan bernuansa alam, khusus dengan teman2 akrab gengnya yang dilakukan di luar kota. Om mengizinkan karena semua anggota gengnya adalah laki2. Untuk mengabadikan acara perpisahannya, Rendi berniat pinjam kamera bapaknya, tetapi karena hari ini masih dipakai, maka aku diminta untuk mengantarkannya besok.

Karena besok aku ada acara disekolah, maka begitu Om selesai pakai kamera, sore itu aku segera mengantarkannya ke penginapan Rendi. Lamanya perjalanan sekitar satu setengah jam jadi perkiraan sampai sana jam enaman dan bisa segera pulang kembali, sehingga sebelum jam delapan sudah sampai rumah.

Sesampai di penginapan aku diberi tahu nomor kamarnya Rendi. Sesampai di kamar Rendi, saat ngebel terdengar grendel dibuka dan suara perempuan “Masuk saja, sudah gak dikunci”
Ragu-ragu aku membuka pintu dan kulihat perempuan tanpa busana berjalan ke kamar mandi yang terbuka.
“Maaf, apakah ini kamarnya Rendi?”, aku bertanya.
Dari cermin kamar mandi kulihat perempuan sedang berendam di bathub dan kaget mendengar suaraku.
“Kamu siapa?!”, tanyanya agak keras.
“Saya adiknya Rendi. Ini kak Lisa ya?”, aku memperkenalkan diri dan menebak perempuan itu. Lisa adalah pacarnya Rendi. Aku pernah dua kali bertemu saat dibawa ke rumah om dan saat diminta Rendi mengantarkan bingkisan ke rumahnya.
“O, kamu Jar. Kata Rendi kamu datangnya besok. Bawa kamera kan? Simpan saja di meja”, kata Lisa.

Aku menyimpan di meja lalu kembali ke pintu kamar mandi yang terbuka. Lisa kaget dan menenggelamkan tubuhnya ke dalam air di bathub, satu tangan menutupi vagina dan satu tangan menutupi kedua susunya.
“Kak Rendi kemana?”, tanyaku.
“Baru saja pergi. Jalan sama teman2 reuniannya mau api unggun diatas bukit. Tadi saya kira kamu itu Rendi yang balik lagi kesini, karena dompetnya ketinggalan. Tapi mungkin dia tidak butuh dompet, kalau ada apa2 bisa pinjam teman2nya.” Lisa menjelaskan.

“Numpang pipis ya”, aku memang sudah dari tadi menahan ingin kencing.

Tanpa menunggu izin aku segera membuka celana dan pipis di WC. Karena sempat melihat Lisa bugil dan berendam di bathub, penisku agak ngaceng. Dan karena WC dekat dengan posisi kepala Lisa, maka Lisa leluasa melihat penisku saat pipis. Pipisku cukup lama. Untuk membersihkan penis aku meminjam shower yang ada di bathub diatas kepala Lisa. Saat mengambil hampir menyentuh mukanya. Lisa bengong dan bingung melihat kecuekanku.

Selesai pipis aku teringat pesan om,"Kata Om, kamera yang biasa yang ada di Kak Rendi disuruh bawa pulang, jadi tukaran, karena mau dipinjam temannya". Lisa tidak menjawab. Aku bertanya lagi, “ditaruh dimana ya?”, tanyaku.
Lisa masih belum menjawab, aku mendekatinya. Lisa kaget dan mempererat tutupan tangannya ke vagina dan susunya. “Dimana kameranya?”, tanyaku.
“Dimana ya.. aku cari dulu ya”, Lisa berdiri dari bathub dan segera mengambil handuk untuk menutupi tubuh bugilnya. Saat turun dari bathub masih basah, terpaksa dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk itu. Dan terlihat jelaslah dua susu dan vaginanya.

Lalu dia segera keluar kamar mandi mencari kamera, aku mengikuti dari belakang. Beberapa kali ia membungkuk, sehingga menyingkap vagina dibalik handuk. Dan membuatku semakin terangsang.
Saat ia membungkuk lagi untuk memeriksa tas koper Rendri aku mendekati dari belakang. “Ada nggak?”, tanyaku sambil menempelkan selangkanganku ke pantatnya. Lisa kaget, “nggak tahu tuh, sedang ku cari,” jawabnya, suaranya sedikit bergetar, mungkin agak gugup.
“Biasanya disimpan di koper ya?”, tanyaku asal2an sambil menggoyangkan selangkanganku dipantatnya.
“Iya.. eh .. nggak tahu.. mungkin..”, jawab Lisa makin gugup. Dia tidak berdiri dari nunggingnya dan gerakan tangannya asal2an mencari kamera di dalam tas.

Aku memelorotkan celanaku sehingga penisku yang ngaceng bisa keluar. Lalu segera kutempelkan penis ngacengku ke vagina Lisa. Lisa tersentak, dia menghentikan mencari kamera di tas koper, posisinya masih tetap membungkuk, dan diam menunggu. Aku tak mau dia keburu sadar dan berubah pikiran, maka segera kuarahkan penisku ke vaginanya yang ternyata juga sudah basah. Lalu.. bless.. perlahan tapi pasti penisku masuk hingga ke ujung dalam vaginanya. “hhh…”, Lisa menarik napas kaget. Dia tetap diam menungging. Aku tarik pelan2 penisku keluar dari vaginanya, lalu kudorong lagi pelan2 masuk lagi ke vaginanya. “hhh..”, lagi2 Lisa menarik napas.

Kali ini kucabut dan kumasukkan penisku dengan lebih cepat. Tiba2 Lisa berdiri. Nah lo, aku kaget dan menunggu reaksinya. Ternyata dia memelukku dan menciumku. Lalu menyeretku ke tepi kasur. Sambil tetap memeluk dan menciumku Lisa duduk, melepas dan melempar handuknya, lalu merebahkan diri. Wow, tubuh putih yang padat walaupun perawakannya tidak tinggi. Dua susunya seimbang dengan tubuhnya dan vaginanya sudah mulai dilebati bulu jembut yang menyembunyikan bibir vagina yang cukup tebal.

Aku tidak menyianyakan tawarannya, segera kucopot seluruh pakaianku. kunikmati dan kuciumi bibir, susu dan vaginanya. Lalu tanpa banyak kata aku merangkak diatas tubuhnya, dan menekan penisku masuk ke vaginanya. Bersama kami saling menggenjot, bergulingan, bergantian diatas dan dibawah. Lisa bergerak sangat aktif seperti keranjingan. Sampai akhirnya dia memuncak dan terkulai lemas diatas tubuhku. Kubalikkan dia terlentang dan karena belum keluar aku meneruskan genjotanku.

Lisa menahan genjotanku dan mendorong sehingga penisku tercabut. Lalu dia beranjak mengambil handuk untuk menutup tubuh dan sambil tertunduk kembali ke kamar mandi dan menutup pintu. Aku menyusul dan mengetuk pintu, Lisa tidak menyahut. Kudorong pintunya, ternyata tidak terkunci, dan kulihat Lisa kembali berendam di bathub. Aku menghampiri dan jongkok dipinggir bathub. Kugenggam tangannya, “Maaf..”. Lisa masih acuh dan masih asyik membilas tubuhnya.

Melihatnya diam seribu basa, aku berdiri meninggalkannya.
“Jar”, Lisa memanggilku. Aku berbalik. Dia berdiri dan menghampiriku. Lalu memelukku erat. Lama dia memelukku, aku berusaha melepaskan tapi dia tetap memelukku.

Lalu Lisa menatapku dengan mata berlinang. “Aku selingkuh. Aku takut Rendi tahu”, katanya.
“Cuma kita yang tahu, dan aku tidak akan kasih tahu”, kataku mencoba menenangkannya.
“Janji?”, tanyanya. “Janji”, jawabku sambil mengangkat tangan kanan. Lalu Lisa memeluk erat. “Terimakasih”, katanya sambil melepas pelukannya.
“Aku ambilkan minum ya..”, kataku lalu menuangkan aqua ke gelas dan kami sama2 minum.

Setelah tenang, Lisa nyeletuk, “Kamu tadi belum keluar ya?”.
“Iya, tapi nggak apa-apa”, kataku, karena memang penisku sudah tidak tegang lagi.
Lisa menghampiriku. “Kasihan..”, katanya sambil mengelus2 penisku. Aku diam saja, Lisa terus membelai2 penisku sambil tersenyum. Aku merespon dengan membelai dan meremas susunya. Lisa terus membelai penisku. Aku mulai membelai vagina dan mencari itilnya. Lama2 penisku ngaceng juga.

Lisa mengajakku ke bathub, kami berdua masuk dan melakukan hubungan seks di bathub itu. Berduaan di bathub memang sedikit sempit tapi masih bisa melakukan manuver-manuver seks. Sekali2 aku diatas, gantian Lisa diatas atau sambil duduk di bathub.
“Aku mau keluar”, kataku dan Lisa mempercepat goyangannya. Lisa memuncak dan meregang duluan dan hampir bersamaan akupun memuncak. Segera kucabut penisku dari vaginanya dan mengeluarkan mani diluar. Terlihatlah maniku terapung2 di air bathub itu.

“Impas, nggak ada hutang lagi”, kata Lisa tersenyum. Maksudnya bukan hanya dia yang sampai puncak, tapi aku juga sampai puncak.

Istirahat sebentar, kami mandi bersama di shower. Karena sudah malam, aku pamit pulang.
“Janji ya”, kata Lisa sambil mengangkat tangannya.
“Janji”, aku juga mengangkat tangan dan meyakinkan bahwa aku akan merahasiakan perselingkuhan ini.

Rendi kuliah di Jakarta dan setahun berikutnya Lisa juga kuliah di Jakarta. Selama itu beberapa kali aku bertemu Lisa, tetapi dia menahan diri untuk tidak berselingkuh.
“Cukup sekali dan satu2nya”, kata Lisa padaku.
“kayaknya dua kali deh”, kataku. Lisa memandangku dengan rasa heran, karena dia merasa hanya sekali berselingkuh.
“Satu kali selingkuh tapi dua kali keluar. Ha ha ha..”, aku meledeknya. Dia hanya tersenyum cuek.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar