Jumat, 24 April 2009

Senjata Makan Tuan

Saat belajar bersama, temanku bercerita bahwa di sekolah kami ada tiga siswi yang menamakan diri sebagai geng tiga bidadari. Mereka kakak kelas kami, anak orang yang cukup kaya dan berparas cantik2. Cuma sering iseng. Ada isu bahwa sudah ada 2 cowok yang dikerjain disuruh menari striptis hingga telanjang dihadapan tiga bidadari itu. Aku memang sering melihat mereka, masing2 kesekolah diantar mobil yang lumayan mewah utk ukran kami, BMW kecil, baby benz dan Honda accord. Aku juga sejak setahun lalu kenal dengan salah satu dari mereka, Dian, karena sama2 aktif di mading (majalah dinding) disekolah.

Sabtu siang sepulang sekolah adalah saat mengisi mading untuk ditampilkan mulai senin-sabtu minggu depan. Siapa yang punya karya bisa menempelkan karyanya di mading, bila tidak cukup maka akan diseleksi dan sisanya dipasang minggu depan. Sabtu itu aku punya karya karikatur yang ingin dipasang di mading. Ternyata sabtu itu Dian juga sedang punya karya puisi yang ingin dipasang di mading.

“Wah lapar juga ya”, kataku seusai memasang mading.
“Makan bareng yuk”, kata Dian. Kami senang, sebagian dari kami makan ditraktir Dian, sebagian pulang.
“Harusnya dia yang nraktir, kan dia ulang tahun”, kata temanku sambil menunjukku. Memang hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke tujuhbelas.
“Ditalangin Kak Dian saja. Aku kan lagi tongpes (kantong kempes)”, kataku.

Kami makan bersama di rumah makan (padang) dan mumpung ditraktir, kami melahap banyak lauk. Sambil makan, kuperhatikan Dian memang cantik dan berbeda dengan teman2 lain. Kulitnya bersih kuning langsat dan mukanya segar dan cerah. Mungkin karena tidak pernah kena polusi, makannya sehat dan lain-lain, khas anak orang kaya. Selesai makan kami tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kak Dian lalu berpamitan dan berpencar.

“Jar sini sebentar”, Kak Dian memanggil. Aku menghampiri.
“Aku ada kado buat teman2 yang berulang tahun. Kamu kan temanku juga. Nanti sore ambil dirumahku ya.. Jam tujuhan saja, soalnya aku mau belanja dulu.”, kata Dian. Aku mengangguk dan menanyakan alamatnya.

Karena takut nyasar saat mencari alamat, aku berangkat agak sore. Ternyata alamatnya mudah, dan rumahnya mewah sekali. Belum jam tujuh sudah sampai dan karena kulihat mobil Dian sudah ada di garasi, aku langsung menuju rumahnya. Yang membuka gerbang adalah bibinya, dan oleh bibi aku ditunjukkan bangunan pavilion disamping rumah utama. Katanya mereka sudah datang duluan. Mereka?

Dipintu pavilion Dian menyambutku, dan didalam pavilion itu telah ada teman Dian di geng tiga bidadari, yaitu Saras dan Aida. Saras sedang mempersiapkan makanan di meja, sedang Aida sedang menuangkan gula ke dalam minuman.

“Ini markas kami. Kita mau merayakan ulang tahun kamu”, kata Dian sambil memperkenalkan kedua temannya. Dalam hati aku bertanya, mengapa ultahku harus dirayakan mereka?
Akhirnya kami mengobrol lalu makan bersama. Masakannya enak, karena beli di restoran.
“Ini masakan jepang. Selesai makan nanti kita minum ocha, teh jepang, bagus buat tubuh.”, kata Dian.

Saat makan aku permisi ke toilet yang letaknya dekat dapur. Didapur kulihat teh jepang, sepintas hanya ada satu sachet gula yang terpakai, berarti yang lainnya belum diberi gula. Kulihat masih ada beberapa sachet gula di dusnya, kelihatannya gula impor jepang karena semua tulisan jepang. Maka kutambahkan gula untuk ketiga cangkir teh lainnya, dan supaya rapi seluruh kertas sachet gula itu kubuang ketempat sampah.

Seusai makan, “Saatnya minum teh jepang, harus habis satu cangkir”, kata Aida sambil menuju kedapur mengambil keempat cangkir teh jepang. Lalu kami bersulang untuk ulang tahunku dan minum teh jepang itu sampai habis.

Selesai minum kami ngobrol lagi sambil diiringi musik santai. Tapi arah pembicaraan mulai melenceng ke arah2 porno. Entah kenapa aku cepat sekali terangsang.
“Panas ya, coba buka baju kamu”, kata Saras memegang kerah bajuku. Aku tidak merasa panas, tapi aku mengikutinya untuk membuka baju.
Saras membelai2 dadaku. “wo..”, kata Dian dan Aida. Aku yang sudah terangsang balas membelai2 dada Saras. “wo..”, Dian dan Aida tertawa2.
“Gantian dong”, kata Dian lalu menghampiriku. Dian membelai dadaku dan akupun membelai dadanya. Lalu gantian Aida membelai dadaku dan aku membelai dadanya.

Berikutnya saras mencoba membuka celanaku. Aku menghampiri Dian dan Aida, mencium mereka bergantian dan membuka baju mereka, sehingga terlihatlah bh mereka. Bh anak orang kaya memang berbeda dengan bh biasa. Tapi karena sama2 menutupi maka kusingkap kedua bh itu sehingga terlihatlah susu Dian dan susu Aida. Lalu Dian dan Aida mencopot sendiri bh nya sehingga mereka bertelanjang dada sepertiku. Aku meremas2 keempat susu itu.

Saras berhasil melepas celanaku hingga aku bugil dan mendapatkan penisku sudah ngaceng. Dia senang dan memanggil Dian dan Aida untuk bersama2 memegang dan memainkan penisku.

“Bugil semua dong..”kataku. Dan mereka satu persatu mencopot pakaian sehingga kami berempat dalam keadaan bugil. Aku heran mengapa mereka mau, tapi aku tak peduli karena aku merasa sangat terangsang.

Kami menuju kasur dan diatas kasur itu kami bergumul. Secara bergantian kuciumi bibir mereka bertiga. Secara bergantian kucium dan kuhisap susu mereka bertiga. Secara bergantian kucium dan kujilati vagina mereka bertiga. Kulit mereka semua mulus2 dan bersih. Susu dan vagina mereka bagai buah beraneka warna yang sedang ranum.

Sambil mencium Dian, aku mengarahkan penisku ke Saras. Dan blessss… pelan2 penisku masuk ke vagina sarah. “Auw”, sarah menjerit kecil. Lalu kugenjot pelan-pelan. Kulihat penisku yang sedang keluar masuk vagina Saras. Ada darah, Saras masih perawan. Saat sedang menggenjot Saras, Aida merebahkan diri dan minta digenjot juga. Aku mencabut penisku dari vagina saras, lalu kubersihkan darah perawannya menggunakan celana dalam Saras.

Lalu aku menuju ke Aida dan mengarahkan penis ke vaginanya. Blesss.. pelan2 penisku masuh ke vagina Aida. "ohh..", Aida memejamkan matanya. Kali ini tidak terlalu dalam ujung penisku sudah menyentuh dasar vaginanya, mentok. Lalu kuayun perlahan. Aku penasaran, maka kulihat lagi penisku yang keluar masuk vagina Aida. Ternyata ada darah lagi. Berarti Aida juga perawan. Cukup lama aku menggenjot Aida, Saras sudah minta lagi.
“Gantian, Dian belum”, kataku. Sebelum ke Dian, aku membersihkan darah di penisku menggunakan celana dalam Aida.

Lalu aku menuju Dian yang sudah terlentang menanti. Blesss.. untuk ketiga kalinya penisku masuk perlahan ke vagina. "mmphh..", Dian menggigit bibirnya merasakan sakit tapi nikmat. Aku menggenjot perlahan dan kulihat ada darah lagi menempel dipenisku. Ketiga bidadari ini masih perawan.
Saras menagih untuk digenjot lagi. Kubersihkan dulu darah dipenisku menggunakan celana dalam Dian. Jadi ada tiga celana dalam, masing-masing dengan darah perawan pemiliknya. Darah perawan Dian lebih terang dan lebih kental, yang lainnya. Sedangkan darah perawan Aida paling banyak.

Malam itu aku berhubungan seks dengan tiga bidadari diatas kasur yang empuk. Kami terus mengenjot dan bergoyang, cukup lama. Aku heran aku bisa sekuat ini. Mereka seperti berebut bergantian memasukkan penisku kevaginanya. Aku sudah tak tahu lagi punya siapa yang sedang aku coblos. Sampai akhirnya Saras bersikeras tidak mau diganti, menggoyang dengan kencang dan mencapai puncak. Lalu gantian Dian. lalu Aida. Lalu aku, karena tak ingin mereka hamil, kukeluarkan maniku dan kubagi di perut mereka. Kami berempat mencapai puncak kenikmatan dan terkulai lemas, lalu tertidur. Lelap.

Aku terbangun karena mendengar suara. Rupanya bibi mengecek dan melihat motorku masih ada, dia segera kembali ke rumah utama. Aku bangun dari kasur, minum segelas air putih dan masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Tiga bidadari tidur bugil dikasur itu bersamaku. Aku juga melihat tiga celana dalam yang ada darahnya. Aku terus berpikir kenapa ini bisa terjadi, kenapa mereka mau berbugil dan bahkan menyerahkan keperawanannya. Apakah pengaruh teh jepang, atau…
Aha, aku menduga ini gara2 gula yang berbahasa jepang itu. Kuhampiri dapur, kulihat masih ada dua sachet ‘gula’ lalu kutuangkan ke dalam kendi air putih. Lalu memakai celana pendek dan duduk menikmati tiga tubuh mulus.

Dian terjaga dan kaget melihatku. Dia lebih kaget karena melihat dirinya bugil. Secara reflek dia menutup tubuhnya dengan seprei mengambil pakaiannya dan menuju kamar mandi. Belum sampai kamar mandi dia berhenti dan kembali kepadaku. Dia menunjukkan celana dalamnya yang ada darah. Lalu dia mencari celana dalam Aida dan Saras dan melihat ada darah juga di kedua celana dalam itu.

Dian segera membangunkan kedua temannya. Keduanya juga kaget dan saat Dian menunjukkan celana dalam yang ada darah perawan, mereka bertiga duduk tertunduk. “Kok bisa?”, mereka saling berbisik.
Mereka melihat ke dapur, lalu segera menuju dapur bertiga. Setelah melihat kantong ‘gula’ jepangnya kosong, mereka menghela napas panjang. Lalu menghampiriku dimeja makan dan duduk bersama.

“Kamu menumpahkan ini ke teh kami ya?”, Dian bertanya. Aku mengangguk. Aida marah dan henda menghardikku tapi di tahan oleh Dian.
“Salah kamu juga Aida, menyimpan obat perangsang sembarangan”, kata Dian. Oo, jadi gula itu adalah obat perangsang.
“Maaf”, kata Aida tertunduk
“Terus kita gimana?”, tanya Saras.
“Salahmu juga Saras, yang punya ide untuk mengundang cowok ini untuk kita kerjain striptis”, kata Dian
“Maaf”, kata Saras tertunduk
“Aku juga salah, karena mentang2 papa mama tidak ada aku gunakan kesempatan ini di pavilion. Kita semua salah”, kata Dian.

Mereka semua terdiam, bingung, resah. Sambil memegangi selangkangan masing2 yang kini terasa sakit, karena baru pertama kali berhubungan seks. Aku berdiri mengambil gelas, lalu kutuangkan air putih dari kendi untuk menenangkan mereka. “Minum dulu biar tenang”, kataku. Mereka minum. Tak berapa lama kemudian kulihat mata mereka menatapku dengan degup jantung yang meningkat. Oo, aku lupa kalau air putih itu sudah kuberi obat perangsang. Mereka bergairah lagi.

“Tadi malam kita berhubungan seks ya. Kayaknya enak banget tuh, kerasa keluar masuk kontol ke memekku,” Saras mulai berkicau. Lalu yang lain berkicau. Dan akhirnya melepas kembali sprei, selimut dan kain yang menutupi tubuhnya sehingga bugil lagi. Lalu menghampiriku dan memerosotkan celana pendekku. Dielus2 bertiga, penisku segera ngaceng karena memang dari tadi juga terangsang melihat tubuh bugil mereka.

Kami kembali kekasur. Dan dikasur itu untuk kedua kalinya aku rakus menghisapi tiga pasang susu segar dan untuk kedua kalinya menggenjot penisku memasuki tiga vagina ranum. Kalau sebelumnya aku setengah sadar karena obat perangsang, kali ini aku sadar sepenuhnya dan benar2 menikmati persetubuhan berempat ini. Aku yang tadinya mau dikerjain untuk striptis, malah berbalik mengerjain mereka, walaupun tidak sengaja. Senjata makan tuan.

Sambil terus menggenjot salah satu bidadari, aku tak habis2nya mengagumi keindahan ketiga bidadari ini. Aku merasa mendapat rejeki nomplok. Kali ini aku tidak tahan, baru Saras dan Aida yang mencapai puncak. Saat menggenjot Dian, aku sudah muncrat. Untung aku sempat mencabut penisku dari dalam vagina Dian dan mengeluarkan maninya di wajah Saras dan Aida yang sudah terlelap. Sementara kulihat Dian masih menggoyang2kan pinggulnya. Dengan sisa ngaceng, penisku kumasukkan kembali ke vagina Dian, dan tak lama Dian pun mengerang panjang. "Mmmmmhhhhh...". Kami mencapai puncak semuanya, lalu tertidur lagi.

Aku terbangun oleh kokok ayam. Dian juga terbangun. Dia benar2 kaget dan bingung. Lalu menghampiriku, “sebaiknya kamu pulang saja”.

Aku pulang dan tak tahu apa yang terjadi diantara mereka bertiga saat terbangun. Sampai di rumah terpaksa aku beralasan kepada om bahwa aku melanjutkan pemasangan mading dan tertidur di sekolah. Om mencium mulutku, ternyata tidak ada bau alkohol. Untung om tidak mencium celanaku, karena bau mani dan cairan vagina..

Di sekolah tiga bidadari itu terlihat jalan sendiri2. Orang2 heran melihat mereka tidak kompak. Tetapi tidak sampai sebulan, mereka telah terlihat kompak lagi. hingga mereka lulus dan melanjutkan kuliah. Aida kuliah di Jakarta, Saras di Singapura dan Dian di Australia. Sebelum pergi merantau kuliah, Saras sempat sekali mengajakku ke hotel dan kami berhubungan seks. Katanya waktu itu dia tidak sadar, dan sekarang dia ingin merasakan orang yang telah memerawani dia secara sadar.
Ada-ada saja, tapi aku tidak keberatan.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar